Diabadikan Jadi Nama Jalan di Solo, Ini Kisah Pengorbanan Arifin Melawan Penjajah Jepang
Arifin merupakan salah satu tokoh kunci atas menyerahnya Jepang di Kota Solo.
Dia merupakan salah satu tokoh kunci atas menyerahnya Jepang di Kota Solo.
Diabadikan Jadi Nama Jalan di Solo, Ini Kisah Pengorbanan Arifin Melawan Penjajah Jepang
Di Kota Solo, ada sebuah jalan bernama Jalan Arifin. Jalan ini memiliki ruas yang cukup panjang, membentang dari Gereja Katolik Santo Antonius Purbayan hingga ke utara mengarah ke Jalan Margoyudan.
-
Apa yang Zainul Arifin lakukan saat penjajahan Jepang? Saat masa penjajahan Jepang, Zainul Arifin ikut mewakili NU dalam kepengurusan Masyumi dan ikut berpartisipasi dalam pembentukan pasukan semi militer Hizbullah.
-
Mengapa Suparna Sastra Diredja melawan penjajah Jepang? Perginya Belanda dan masuknya tentara Jepang tidak disambut baik Suparna. Dia tetap kritis, dan skeptis terhadap pasukan Asia timur tersebut.Firasatnya tepat. Tentara Jepang sama kejamnya dengan Belanda, sehingga ia dengan tegas melawan.
-
Apa yang membuat Alimin bin Prawirodirjo menjadi pahlawan nasional? Meski dirinya sempat ikut terlibat dalam politik Komunis yang mungkin saat ini cukup sensitif dan dilarang, namun pada saat itu ia cukup berpengaruh dalam memberikan dampak dalam pergerakan nasional Indonesia.
-
Dimana nama pahlawan nasional digunakan sebagai nama jalan? Buat menghargai dan mengingat jasa-jasa mereka kepada negara, nama para pahlawan ini juga kerap dipinjam sebagai nama jalan.
-
Siapa yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia? Mari kita hormati para pemberani yang telah berjuang untuk kemerdekaan kita. Selamat Hari Kemerdekaan 17 Agustus!
-
Siapa pahlawan yang berjuang melawan penjajah di Sumatera Utara? Djamin Ginting adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia yang berasal dari Tanah Karo, Sumatra Utara.
Jalan Arifin juga punya ruas yang unik. Semakin ke utara jalannya semakin menyempit. Ya, nama Arifin terdengar begitu umum di telinga orang Indonesia. Tak banyak yang tahu nama Arifin yang satu ini merupakan sosok yang rela berkorban jiwa raga demi kemerdekaan Indonesia. Siapa sosok Arifin di balik nama jalan di Kota Solo ini?
Cerita ini dimulai di Kota Solo pada 12 Oktober 1945. Saat itu Jepang baru saja kalah perang dari Amerika dan sekutunya. Kondisi Jepang yang sedang lemah ini dimanfaatkan beberapa organisasi pejuang Indonesia saat itu, Pimpinan Barisan Rakyat, Barisan Keamanan Rakyat (BKR) dan Komite Nasional Indonesia, menemui Komandan Kempetai Surakarta, Kapten Sato untuk melakukan perundingan.
Dalam perundingan itu, delegasi Indonesia meminta pada Jepang untuk segera menyerahkan kekuasaannya. Dalam perundingan itu, Kempetai setuju untuk menyerah dengan syarat penyerahan dilakukan di Tampir, Boyolali. Saat itu Tampir menjadi lokasi pertahanan Jepang.
Di sisi lain, Pimpinan Barisan Rakyat dan Barisan Keamanan Rakyat ingin agar penyerahan senjata tetap dilakukan di Surakarta. Mereka memiliki sikap yang keras pada pendiriannya.
Sikap Kempeitai yang tetap ingin penyerahan dilakukan di Tampir membuat para pejuang Indonesia marah. Mereka menyerbu markas Kempeitai pada malam hari. Penyerbuan itu membuat pihak Jepang kalang kabut. Pertempuran yang berlangsung semalam itu membuat pihak Jepang menyerah pada pagi harinya. Dalam pertempuran sengit itu, seorang pemuda bernama Arifin gugur dan beberapa lainnya luka-luka.
Pengorbanan Arifin yang gigih bertempur di depan markas Kempeitai membuahkan hasil. Kelompok pejuang tanah air berhasil melucuti senjata para tentara Jepang.
Tak hanya itu, para tentara Jepang juga digiring masuk ke Penjara Surakarta. Tak lama berselang pasukan Jepang yang kalah dibawa ke Tampir, Boyolali untuk menghindari balas dendam rakyat Solo. Penyerahan pasukan Jepang pada 13 Oktober 1945 itu menandai berakhirnya kekuasaan Jepang di kawasan Solo.