Peristiwa Pertempuran di Tebing Tinggi, Perjuangan Berdarah Pemuda Indonesia Melawan Penjajah
Peristiwa berdarah di Tebing Tinggi, merupakan perjuangan para pemuda melawan penjajah pasca kemerdekaan Indonesia.
Pasca kemerdekaan menjadi masa-masa pemuda Indonesia berjuang untuk mengusir penjajah kolonial Jepang.
Peristiwa Pertempuran di Tebing Tinggi, Perjuangan Berdarah Pemuda Indonesia Melawan Penjajah
Rampas Senjata Jepang
Pemuda-pemuda di Sumatra Utara khususnya daerah Tebing Tinggi menjadi medan pertempuran melawan penjajah Jepang. Pada awalnya beberapa tempat di Tebing Tinggi memang menjadi tempat perkumpulan tentara Jepang. Maka dari itu, insiden perampasan senjata sering terjadi di wilayah tersebut.
-
Siapa pahlawan yang berjuang melawan penjajah di Sumatera Utara? Djamin Ginting adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia yang berasal dari Tanah Karo, Sumatra Utara.
-
Kapan pemuda Medan Area bertempur melawan Sekutu? Salah satunya pertempuran Medan Area yang melibatkan pemuda pribumi melawan tentara Sekutu. Kejadian Awal Medan Area Melansir dari berbagai sumber, tentara Sekutu datang bersama NICA untuk mengambil alih pemerintahan pada tanggal 9 Oktober 1945.
-
Mengapa Jepang menyerang Indonesia? Jepang menilai bahwa keberadaan negara sekutu akan menghambat ekspansinya di kawasan Asia.
-
Siapa yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia? Mari kita hormati para pemberani yang telah berjuang untuk kemerdekaan kita. Selamat Hari Kemerdekaan 17 Agustus!
-
Siapa yang berjuang untuk Indonesia? Kata-kata ini membangkitkan semangat juang dan patriotisme dalam diri setiap pemuda Indonesia.
-
Bagaimana Jepang menaklukan Indonesia? Jepang memasuki Indonesia dengan melakukan invasi militer selama Perang Dunia II.
Awal Mula Pertempuran
Mengutip buku "Sejarah Revolusi Kemerdekaan Daerah Sumatera Utara", peristiwa ini berawal para pemuda berusaha merampas senjata milik Jepang dengan damai. Namun, terjadi gesekan antara dua kubu tersebut dan akhirnya pertempuran tak dapat dibendung. Dari pertempuran melawan pemuda Indonesia, pihak Perwira Jepang yang terbunuh. Pertempuran ini terjadi di beberapa wilayah seperti di Dolok Merawan dan di Paya Pinang.
Keadaan Semakin Keruh
Pertempuran ini membuat pihak sekutu dan Belanda tak tinggal diam. Mereka terus memperalat Jepang untuk melawan dan menindas para pemuda Indonesia di Tebing Tinggi. Kemudian, keadaan semakin keruh dan terjadilah pertempuran dahsyat ketika empat perwira Jepang dinyatakan hilang setelah melakukan perundingan antara Indonesia dan Jepang.
Mengutip dari sumber serupa, penculikan ini terjadi tanpa sepengetahuan pemuda Indonesia. Diduga, skenario ini dilakukan oleh kaki tangan NICA untuk memperkeruh suasana dan mengadu domba. Dari situlah, pecah pertempuran berdarah dan dikenang sebagai "Peristiwa Tebing Tinggi 13 Desember 1945". Tepat di hari itu, tentara Jepang mengepung Bukit Tinggi dan mengerahkan 1.200 tentara untuk balas dendam.
Meriam Pertama
Pertempuran dimulai dengan tembakan meriam yang dilakukan oleh tentara Jepang di Bukit Tinggi. Hal tersebut menjadi penanda bahwa medan pertempuran telah dibuka dan saatnya pemuda Indonesia untuk berjuang mempertahankan kedaulatan negara Indonesia. Dalam pertempuran itu, tentara Jepang melakukan pembantaian tanpa ampun kepada rakyat Indonesia dan juga para pemuda.
Pembantaian Massal
Teror Jepang pun tak hanya sampai situ saja, mereka juga melakukan serangkaian serangan dan tembakan kepada rakyat dengan membabi buta. Markas pemuda pun juga digempur dengan keji dan para pemuda banyak yang tidak selamat. Pertempuran ini berlangsung hingga 14 Desember 1945. Kondisi Tebing Tinggi pun mencekam, sunyi, tanpa ada kehidupan. Hanya terdapat orang-orang Cina saja di sana. Korban yang gugur pada pertempuran ini mencapai 3.000 jiwa.
Mereka yang menjadi korban pembantaian Jepang di antaranya Jaksa Suleman, Harun Al-Rasyid, Yacub Lubis, Tahir Hasyim, Deplot Sundaro, Arif Hasibuan. Mereka adalah tokoh-tokoh pimpinan dari Barisan Pemuda Indonesia dari Tebing Tinggi. Petempuran ini menjadi salah satu yang paling kelam dalam sejarah Indonesia khususnya di Tebing Tinggi.
Terus Dikenang
Hingga saat ini, sejarah pun masih terus menyala. Peristiwa 13 Desember 1945 di Tebing Tinggi diabadikan dalam sebuah tugu peringatan. Tugu ini kemudian menjadi ikon kota tersebut dan menjadi salah satu bukti sejarah kelam di masa lampau. Mengutip pariwisatasumut.net, pada tugu ini ada tulisan "Esa Hilang Dua Terbilang" yang artinya kota tua dan historis itu tak akan pernah hilang dan terus ada mengikuti zaman.