Mengenal KH Zainul Arifin, Tokoh Pejuang dan Politik Indonesia Keturunan Raja Barus
KH Zainul Arifin, tokoh nasional yang berkutat di bidang politik dari Barus.
Berkiprah di lingkup organisasi sejak usia muda, KH Zainul Arifin dinilai sebagai sosok pejuang sekaligus tokoh organisasi di Indonesia.
Mengenal KH Zainul Arifin, Tokoh Pejuang dan Politik Indonesia Keturunan Raja Barus
Masa Kecil
Pria dengan nama lengkap Zainul Arifin Pohan ini merupakan anak tunggal dari pasangan raja Barus, Sultan Ramali bin Tuangku Raja Baru Sultan Sahi Alam Pohan dengan ibunya merupakan bangsawan Kotanopan, Mandailing Natal bernama Siti Baiyah br. Nasution. Saat usia balita, orang tuanya berpisah, Zainul Arifin terpaksa pindah bersama ibunya ke Kotanopan, lalu ke Kerinci, Jambi.
-
Dari mana Zainul berasal? Pria yang sering dipanggil Zain atau Zainul ini berasal dari Bangka Belitung.
-
Siapa Arifin, pahlawan di Jalan Arifin? Tak banyak yang tahu nama Arifin yang satu ini merupakan sosok yang rela berkorban jiwa raga demi kemerdekaan Indonesia.
-
Siapa pahlawan yang berjuang melawan penjajah di Sumatera Utara? Djamin Ginting adalah seorang pejuang kemerdekaan Indonesia yang berasal dari Tanah Karo, Sumatra Utara.
-
Siapa Zainul Basyar? Zainul Basyar adalah juara Rising Star Dangdut tahun 2022.
-
Siapa pahlawan nasional dari Sumatera Barat yang melawan Belanda? Sosok Ilyas Ya'kub mungkin masih belum begitu familiar di kalangan masyarakat Indonesia. Ia merupakan seorang pahlawan nasional Indonesia dari Sumatera Barat yang punya jasa besar dalam melawan Belanda.
-
Siapa Tokoh Besar Muhammadiyah dari Minangkabau? Nama Buya Haji Ahmad Rasyid Sutan Mansur atau dikenal dengan A.R. Sutan Mansur menjadi salah satu tokoh berpengaruh di Indonesia. Beliau merupakan salah satu tokoh besar Muhammadiyah di Minang dan berkecimpung di dunia politik semasa perjuangan kemerdekaan.
Di Kota Jambi, Zainal mengenyam pendidikan di Hollandsch-Inlandsche School (HIS) dan sekolah menengah calon guru. Selama sekolah, ia juga menyempatkan untuk belajar dan memperdalam ilmu agama saat mengikuti pelatihan seni bela diri Pencak Silat. Di luar pendidikan, Zainul Arifin juga aktif dalam bidang seni yaitu seni sandiwara musikal melayu bernama Stambul Bangsawan sebagai penyanyi dan pemain biola.
Pindah ke Ibu Kota
Saat usianya menginjak 17 tahun, Zainul memutuskan pindah ke Ibukota Jakarta. Ia sempat bekerja sebagai pegawai di Perusahaan Air Minum (PAM) di Jakarta pusat, pemerintahan Kotapraja Kolonial (Gemeente). Setelah lima tahun bekerja, ia pun terkena PHK. Ia pun berganti pekerjaan menjadi seorang guru di suatu sekolah dasar. Selain itu, ia sudah mulai bergerak di bidang kemanusiaan dengan mendirikan balai pendidikan untuk orang dewasa, perguruan rakyat dan sebagainya.
Bergabung Organisasi
Awal mula Zainul bergabung dengan organisasi saat mendirikan kelompok seni musikal tradisional Betawi, Tonil Zainul. Dari kegiatan itu, dirinya kenal dekat dengan tokoh perfilman nasional, Djamaluddin Malik yang juga bergiat di bidang yang sama. Dari situlah keduanya bergabung dengan Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) yang saat itu sangat aktif merekrut tenaga-tenaga muda nasional.
Selama berada di GP Ansor, Zainul Arifin semakin memperdalam ilmu agamanya serta keahliannya dalam berdakwah sebagai mubaligh muda. Seiring berjalannya waktu, Zainul Arifin semakin piawai dalam berpidato, berdebat, dan juga berdakwah. Keahliannya ini rupanya menarik perhatian tokoh-tokoh besar Nahdlatul Ulama termasuk Wahid Hasyim.
Karir Melejit
Hanya dalam beberapa tahun, Zainul Arifin sudah dipercaya menjadi Ketua Cabang NU Jatinegara. Kemudian ia juga sempat menjabat sebagai Ketua Majelis Konsul NU Batavia sampai datangnya pasukan Jepang. Saat masa penjajahan Jepang, Zainul Arifin ikut mewakili NU dalam kepengurusan Masyumi dan ikut berpartisipasi dalam pembentukan pasukan semi militer Hizbullah.
Ikut Berjuang
Saat mewakili Masyumi di Badan KNIP atau cikal bakalnya DPR-MPR, ia masih terus memegang kepemimpinan Hizbullah hingga sempat berpindah tempat karena situasi yang genting. Ia juga memimpin gerakan gerilya Laskar Hizbullah di Jawa Tengah dan Jawa Timur saat Agresi Militer Belanda. Zainul Arifin juga melahirkan inovasi yang dinamakan tonarigumi atau Rukun Tetangga seperti yang kita kenal saat ini.
Kursi Pemerintahan
Pada tahun 1949, Zainul Arifin kembali ke parlemen sebagai wakil Partai Masyumi di DPRS. Ia juga menjadi tokoh pertama NU yang menjabat menjadi Waperdam. Peran dirinya untuk NU cukup besar, pasalnya mampu membawa NU ke tiga besar pemenang Pemilu Legislatif tahun 1955. Selain itu, Kabinetnya juga berhasil menyelenggarakan Konferensi Asia-Afrika di Bandung.
Selama masa hidupnya, ia berjuang sekaligus menjadi tokoh penting organisasi. Karirnya di politik pun juga tidak bisa diremehkan begitu saja. Di akhir hayatnya, ia tertembak peluru dari pemberontak DI/TII dalam percobaan membunuh presiden. Ia wafat pada tanggal 2 Maret 1963 setelah menderita luka tembak selama kurang lebih 10 bulan lamanya.