Pernah Dilarang Sekolah karena Namanya Dianggap Tak Keren, Pria Nganjuk Ini Berhasil Jadi Dokter yang Dicintai Masyarakat
Namanya dianggap terlalu Jawa hingga tidak diizinkan sekolah di institusi pendidikan milik Belanda
Namanya dianggap terlalu Jawa hingga tidak diizinkan sekolah di institusi pendidikan milik Belanda
Pernah Dilarang Sekolah karena Namanya Dianggap Tak Keren, Pria Nganjuk Ini Berhasil Jadi Dokter yang Dicintai Masyarakat
dr. Soetomo dikenal sebagai dokter yang berjiwa sosial sehingga sangat dicintai oleh masyarakat. Ia bersama sang istri sering sukarela membantu masyarakat yang mengalami masalah kesehatan.
-
Apa kontribusi dr. Soetomo di bidang kesehatan? Ia punya kontribusi besar menangani wabah lepra di Kota Surabaya dengan memberikan pengobatan gratis di kliniknya.
-
Dimana dr. Soetomo mendirikan klinik? Saat itu, dr. Soetomo meminta masyarakat pribumi yang tidak mampu membayar biaya pengobatan di Rumah Sakit Umum Simpang/Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting (sekarang Delta Plaza), menuju kliniknya di Simpang Dukuh 12 untuk mendapatkan pengobatan gratis.
-
Bagaimana dr. Soetomo membantu pasien yang tidak mampu? Soetomo dikenal sebagai dokter yang berjiwa sosial. Ia tidak menetapkan tarif khusus kepada para pasiennya. Caranya dengan meletakkan kotak untuk pembayaran sukarela. Sementara itu, pasien yang tidak mampu dibebaskan dari pembayaran. Bahkan, dokter Soetomo memberi mereka uang untuk membeli obat.
-
Kenapa ASKOMPSI dukung dr. Roebiono jadi Pahlawan Nasional? 'Kami seluruh jajaran ASKOMPSI sepakat untuk mendukung Mayjen TNI dr. Roebiono Kertopati sebagai Pahlawan Nasional. Karena atas jasa, peran, dan segala yang telah dirintis beliau saat itu.'
-
Kenapa dr. Soetomo mengobati gratis? Saat itu, dr. Soetomo meminta masyarakat pribumi yang tidak mampu membayar biaya pengobatan di Rumah Sakit Umum Simpang/Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting (sekarang Delta Plaza), menuju kliniknya di Simpang Dukuh 12 untuk mendapatkan pengobatan gratis.
-
Dimana Soedjatmoko lahir? Pria kelahiran Sawahlunto, Provinsi Sumatra Barat pada 10 Januari 1922 ini merupakan tokoh yang cukup tersohor di kancah diplomasi Indonesia.
Gara-gara Nama
Pria kelahiran Nganjuk, 30 Juli 1888 ini memiliki nama kecil Soebroto. Ia memiliki pengalaman dilarang bersekolah di sekolah milik Belanda karena namanya dianggap terlalu Jawa. Demi bisa menempuh pendidikan tingkat atas, nama Soebroto kemudian diganti jadi Soetomo.
Semasa kecil. dokter yang dikenal sebagai Bapak Pergerakan Nasional Indonesia ini dikenal dengan nama panggilan Tom.
Pendiri Organisasi Modern Pertama
Pada tahun 1903, Soetomo menempuh pendidikan kedokteran di School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA) DI Batavia. Lima tahun kemudian yakni pada tahun 1908, Soetomo bersama kawan-kawannya di STOVIA mendirikan organisasi modern pertama di Indonesia yang diberi nama Budi Utomo.
Mengutip Instagram @lovesuroboyo, lahirnya Budi Utomo menjadi titik awal munculnya berbagai pergerakan nasional bangsa Indonesia untuk memerdekakan diri.
Soetomo lulus dari STOVIA pada tahun 1911. Selanjutnya, ia bekerja sebagai dokter pemerintah di berbagai daerah di Pulau Jawa dan Sumatera.
Jiwa Sosial
Tugasnya sebagai seorang dokter dimulai saat ia mengabdikan diri di Semarang. Selanjutnya, ia dipindahkan ke Tuban, lalu ke Lubuk Pakam dan terakhir di Malang.
Selama berpindah-pindah tempat bertugas, dr. Soetomo menyaksikan kesengsaraan rakyat hampir di segala penjuru wilayah Indonesia.
Melihat kenyataan tersebut, rasa empati dr. Soetomo terhadap penderitaan rakyat semakin besar.
Mengutip situs library.pppkpetra.ac.id, dr. Soetomo tidak pernah meminta bayaran sepeserpun dari pasien yang ia rawat. Ia membantu siapapun yang membutuhkan bantuannya dengan rasa tulus ikhlas.
dr. SoetomoKisah Cinta
Pada tahun 1917, Soetomo menikah dengan seorang perawat Belanda bernama Everdina Broering. Pasangan suami istri ini sangat dicintai warga Kota Surabaya karena senang membantu orang lain. Sebaliknya, keduanya juga sangat mencintai warga Surabaya.
Surabaya menjadi saksi perjuangan dr. Soetomo menyusun langkah pergerakan melawan kolonialisme. Kota Pahlawan ini sangat berkesan di hati Soetomo.Bahkan, sebelum meninggal dunia, ia berpesan agar dimakamkan di Surabaya, dekat dengan kediamannya. Ia ingin dimakamkan di Surabaya agar senantiasa dekat dengan masyarakat kota itu.
Makam pahlawan nasional ini berada di Jalan Bubutan, Kota Surabaya. Selain makamnya, generasi masa kini bisa mempelajari jejak perjuangan dr. Soetomo di museum yang berada satu lokasi dengan makam.
Penghargaan
Pada tahun 1964, rumah sakit CBZ Karangmenjangan diubah namanya menjadi RSUD dr. Soetomo hingga saat ini.