6 Tokoh Pahlawan Nasional dari Jateng Beserta Jasanya bagi Indonesia, dari Tokoh Militer hingga Pendiri Media
Walaupun masing-masing punya cara yang berbeda, mereka punya peran besar bagi perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah
Walaupun masing-masing punya cara yang berbeda, mereka punya peran besar bagi perjuangan rakyat Indonesia melawan penjajah
6 Tokoh Pahlawan Nasional dari Jateng Beserta Jasanya bagi Indonesia, dari Tokoh Militer hingga Pendiri Media
Tanggal 10 November setiap tahun diperingati sebagai Hari Pahlawan. Para pahlawan Indonesia berasal dari berbagai daerah. Di antara pahlawan itu banyak pula yang berasal dari wilayah Jawa Tengah.
Dalam tulisan ini, Merdeka.com akan mengulas lima di antara banyak tokoh pahlawan itu. Mereka menjadi pahlawan nasional dengan jasa-jasa yang beragam. Ada yang berjuang di bidang diplomatik, peperangan, pengabdian masyarakat, dan bidang perusahaan media massa.
Lalu siapa saja mereka? Simak ulasan berikut ini.
-
Siapa yang berjuang untuk Indonesia? Kata-kata ini membangkitkan semangat juang dan patriotisme dalam diri setiap pemuda Indonesia.
-
Siapa pahlawan Timnas Indonesia? Dalam laga yang berakhir imbang 1-1 di King Abdullah Sports City, Jeddah, Maarten Paes berperan sebagai pahlawan sekaligus penjahat.
-
Siapa yang menjadi pahlawan Timnas Indonesia? Maarten Paes berhasil menjadi pahlawan bagi Timnas Indonesia. Berkat penampilannya yang gemilang, Skuad Garuda mampu menahan imbang Australia.
-
Siapa yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia? Mari kita hormati para pemberani yang telah berjuang untuk kemerdekaan kita. Selamat Hari Kemerdekaan 17 Agustus!
-
Siapa pahlawan nasional dari Langkat? Amir Hamzah merupakan salah sastrawan Indonesia angkatan Pujangga Baru.
-
Siapa yang dikenal sebagai Bapak Pergerakan Nasional Indonesia? Gara-gara Nama Semasa kecil. dokter yang dikenal sebagai Bapak Pergerakan Nasional Indonesia ini dikenal dengan nama panggilan Tom.
RA Kartini
Raden Ayu Adipati Kartini Djojoadhiningrat merupakan tokoh emansipasi perempuan di Indonesia. Namanya cukup populer, bahkan ada hari khusus yang diperingati tiap tahun untuk mengenang jasanya. Semasa hidupnya, ia banyak menulis soal pemikiran-pemikirannya terkait budaya di Jawa yang dipandang sebagai penghambat kemajuan perempuan.
Kumpulan tulisannya dikumpulkan dalam beberapa buku, salah satu yang paling fenomenal adalah buku berjudul “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
Dokter Moewardi
Selain itu, ada pula tokoh pahlawan nasional dari kalangan dokter. Di Jateng ada nama dr. Moewardi. Oleh teman-temannya, ia dijuluki “dokter gembel” karena sering mengobati orang-orang miskin tanpa meminta biaya pengobatan. Ia juga aktif turun ke medan pertempuran dengan mengobati tentara yang terluka.
Ia sempat ditawari menjadi menteri oleh Soekarno. Namun ia menolak. Dokter Moewardi tetap memilih berjuang bersama rakyat hingga akhir hayatnya.
Pakubuwono VI
Sri Susuhunan Pakubuwono VI merupakan raja kelima Keraton Surakarta. Semasa hidupnya, ia merupakan pendukung perjuangan Pangeran Diponegoro.
Untuk mengelabui Belanda, ia memainkan sandiwara perang dengan Pangeran Diponegoro. Namun setelah Pangeran Diponegoro tertangkap, persekongkolannya itu akhirnya terungkap juga. Karena ditakutkan akan melakukan pemberontakan, Pakubuwono VI diasingkan ke Ambon pada 8 Juli 1830.
Jenderal Soedirman
Dari tokoh militer, Jateng punya seorang Jenderal Besar TNI Anumerta Raden Soedirman. Berawal dari komandan PETA, selama masa revolusi ia memimpin berbagai pertempuran. Salah satunya adalah memimpin Perang Gerilya saat peristiwa Agresi Militer.
Albertus Soegijapranata
Dari tokoh agama ada seorang Albertus Soegijapranata. Dia adalah uskup pribumi pertama di Indonesia. Pada masa pendudukan Jepang, ia menggunakan kedudukannya untuk memastikan para tawanan perang diperlakukan dengan baik.
Selama pendudukan revolusi, Soegijapranata mengirim beberapa tulisannya ke luar negeri yang kemudian dimuat di majalah Commonweal. Dalam tulisannya, ia menceritakan kehidupan sehari-hari orang Indonesia di bawah kekuasaan Belanda dan menggugat agar masyarakat internasional mengutuk Belanda.
Tirto Adhi Soerjo
Tirto Adhi Soerjo merupakan seorang tokoh pers kelahiran Blora yang menjadi perintis persuratkabaran di Indonesia. Ia menerbitkan surat kabar Soenda Berita (1903-1905), Medan Prijaji (1907), dan Putri Hindia (1908).
Melalui surat kabarnya, Tirto melakukan propaganda berisi kecaman-kecaman pada pemerintah kolonial Hindia Belanda. Karena sepak terjangnya itu ia kemudian disingkirkan dari Pulau Jawa ke Pulau Bacan, Halmahera. Ia meninggal di Batavia pada 7 Desember 1918 dalam usia 38 tahun.