Mohammad Nazir Datuk Pamoentjak, Diplomat Asal Solok yang Perjuangkan Kemerdekaan dari Luar Negeri hingga Dipenjara
Berprofesi sebagai diplomat dan menjadi utusan Jong Sumatranen Bond ini turut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari luar negeri bersama tokoh lainnya.
Berprofesi sebagai diplomat dan menjadi utusan Jong Sumatranen Bond ini turut memperjuangkan kemerdekaan Indonesia dari luar negeri bersama tokoh lainnya.
Mohammad Nazir Datuk Pamoentjak, Diplomat Asal Solok yang Perjuangkan Kemerdekaan dari Luar Negeri hingga Dipenjara
Mr. Mohammad Nazir Datuk Pamoentjak mungkin namanya terdengar asing di telinga kita. Namun, peran jasa dan perjuangannya selama hidup patut mendapat apresiasi sebesar-besarnya.
Nazir merupakan salah satu putra kebanggaan dari Minangkabau yang lahir di Salayo, Kabupaten Solok, Sumatera Barat pada 10 April 1896.
Semasa mudanya, ia menempuh pendidikan di Hoogere Burgerschool (HBS) di Batavia lalu melanjutkan studi di Fakultas Hukum Universitas Leiden di Belanda. (Foto: Wikipedia)
-
Siapa Laksamana Muda Mohammad Nazir? Sosok Laksamana Muda Mohammad Nazir, Orang Indonesia Pertama yang Raih Ijazah Pelayaran Samudera Nama Mohammad Nazir Isa mungkin banyak orang yang tidak mengetahui siapa sosok yang satu ini.
-
Siapa yang berjuang mempertahankan kemerdekaan di Padang? Bagindo Aziz Chan sendiri adalah tokoh penting bagi Kota Padang saat pihak kolonial Belanda menjajah wilayah tersebut.
-
Kenapa Laksamana Muda Mohammad Nazir dihormati? Atas jasanya begitu besar bagi sejarah kemajuan pelayaran di Indonesia, kini namanya diabadikan menjadi nama jalan di depan Mako Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut V yang bermarkas di Surabaya, Jawa Timur.
-
Siapa yang berjuang untuk kemerdekaan? Pahlawan Indonesia telah berjuang mempertaruhkan jiwa, raga serta hartanya untuk kemerdekaan Indonesia.
-
Siapa pahlawan nasional dari Langkat? Amir Hamzah merupakan salah sastrawan Indonesia angkatan Pujangga Baru.
-
Dimana Laksamana Muda Mohammad Nazir lahir? Lahir di Maninjau, Agam pada 10 Juli 1910, dirinya memberikan dampak besar bagi kemajuan pelayaran dan mengharumkan ibu pertiwi di kancah dunia.
Nazir Pamoentjak lebih dulu lahir ketimbang Mohammad Hatta yang terpaut lima tahun. Selama hidupnya, Nazir menjadi salah satu mentor semasa muda Moh. Hatta hingga menjadi teman dekat dalam memperjuangkan Kemerdekaan Indonesia.
Lantas, seperti apa sosok dari Mohammad Nazir Datuk Pamoentjak selama memperjuangkan kemerdekaan Indonesia? Simak rangkuman informasinya yang dihimpun dari beberapa sumber berikut ini.
Dirikan Cabang JSB
Ketika Nazir sudah lulus menempuh pendidikan HBS di Batavia, ia memang sudah memiliki keinginan untuk melanjutkan studi di Universitas Leiden. Namun, mimpinya ini terhalang oleh kapal ke Eropa sering terhalang akibat perang dunia.
Sembari menunggu kondisi terkendali, Nazir menyempatkan kembali ke kampung halamannya untuk bertemu keluarga. Mendengar kepulangannya ke Solok membuat pengurus Jong Sumatranen Bond (JSB) mendorong dirinya untuk mendirikan cabang di Padang di Bukittinggi.
Dorongan tersebut ia penuhi, kemudian Nazir menyempatkan berpidato di depan siswa sekolah menengah di Padang.
Saat itulah ia berbicara soal pendirian kumpulan pemuda di Sumatera yang sudah terlambat dua tahun dari Jawa yang didirikan tahun 1915.
Ketua Perhimpunan Indonesia
Saat dirinya sudah berangkat menuju Belanda, di sana ia mengemban tugas sebagai Ketua Perhimpunan Indonesia. Saat itu ia ikut dalam kelompok pergerakan kemerdekaan Indonesia bersama dengan Moh. Hatta.
Perjuangan kemerdekaan di luar negeri semakin melebar setelah lebih aktif menyuarakan kemerdekaan melalui majalah Indonesia Merdeka dan memperluas propaganda ke luar negeri Belanda.
Kemudian, PI mengirim Nazir, Moh. Hatta, Ahmad Subardjo dan beberapa tokoh lainnya untuk menghadiri Kongres Internasional Menentang Kolonialisme yang berlangsung di Brussels, Belgia pada tahun 1927.
Sempat Dipenjara
Masih di tahun 1927, Nazir bersama Moh. Hatta, Ali Sastroamijoyo, dan Abdulmajid Djojohadiningrat dijebloskan ke penjara oleh Kerajaan Belanda karena gerakan kemerdekaannya yang semakin menggeliat. Mereka semua ditahan selama kurang lebih 5,5 bulan.
Kemudian Moh. Hatta sempat berpidato secara fenomenal dalam sidang Indonesie Vrij kedua pada tahun 1928 dan berhasil dibebaskan oleh hakim dari segala tuntutan dan juga dituduhan karena tidak ada bukti satupun.
Mereka kemudian mendapat apresiasi dari Perdana Menteri Belanda, Willem Drees dan anggota parlemen Belanda bernama Mr. Duys.
Menetap di Luar Negeri
Setelah memperjuangkan kemerdekaan Indonesia di luar negeri, Nazir memutuskan untuk tetap tinggal di Belanda dan memiliki seorang putri bernama Lidia Djunita Pamoentjak yang dikenal dengan Jajang C. Noer.
Ia wafat di Bern, Swiss pada tanggal 10 Juli 1965 di usianya yang sudah 68 tahun.
Untuk mengenang jasa-jasanya, namanya kini diabadikan menjadi salah satu ruas jalan yang ada di tanah kelahirannya, Solok.