Jenderal TNI Lolos Dari Maut, Tipu Kapten PKI yang Mau Menangkapnya
Kapten yang terpengaruh G30S/PKI itu menodongkan senjata pada Brigjen Suryo Sumpeno. Bagaimana cara untuk lolos?
Siasat Brigjen Suryo Sumpeno berhasil mengelabui perwira Dewan Revolusi yang mau menangkapnya.
Jenderal TNI Lolos Dari Maut, Tipu Kapten PKI yang Mau Menangkapnya
Aksi Gerakan 30 September Tidak Hanya Terjadi di Jakarta
Di Semarang, sejumlah perwira TNI yang telah dipengaruhi PKI membentuk Dewan Revolusi Jawa Tengah.
Mereka menduduki Kodam Diponegoro dan Kantor RRI. Siaran soal Dewan Revolusi Jateng pun terus menerus disiarkan.
-
Bagaimana KGB mengintai Jenderal TNI? “Koper yang dibawa anggota staf Athan itu dibuka dan digeledah lagi oleh pihak Soviet saat anggota itu keluar kamar,“ kisah Sayidiman.
-
Siapa yang memimpin PKI saat peristiwa G30S PKI? Di mana peristiwa ini dilancarkan oleh PKI yang saat itu dipimpin Dipa Nusantara (DN) Aidit dan Pasukan Cakrabirawa di bawah kendali Letnan Kolonel Untung Syamsuri.
-
Kenapa KGB mengintai Jenderal TNI? Kedatangan Mayjen Sayidiman, sebagai jenderal yang memiliki posisi penting di Dephankam Indonesia pasti menimbulkan kecurigaan pihak Uni Soviet.
-
Siapa yang terlibat dalam G30S/PKI? Baru saja terjadi G30S/PKI. Harga barang dan BBM naik terus. Perekonomian sangat sulit.
-
Apa yang dilakukan TNI? Peristiwa penyiksaan yang dilakukan sejumlah prajurit TNI terhadap seorang warga Papua diduga merupakan anggota Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) viral di media sosial.
-
Siapa yang diincar TNI? Satu sosok yang diincar para prajurit TNI itu adalah Kapolres Tuban, AKBP Suryono.
Pimpinan Dewan Revolusi di Jawa Tengah Adalah Kolonel Sahirman
Sahirman adalah Asisten Intelijen Kodam Diponegoro. Namun dia malah berkhianat.
Letkol Usman, komplotan Sahirman, mengambil alih posisi Pangdam Diponegoro dari Brigjen Suryo Sumpeno.
Mereka telah mempengaruhi banyak perwira dan prajurit di Jawa Tengah untuk ikut mendukung komplotan Letkol Untung di Jakarta.
Brigjen Suryo saat itu sedang berada di Magelang.
Ketika hendak pulang ke Semarang, di Salatiga dia tiba-tiba ditodong senjata oleh seorang kapten.
"Saya dari dewan revolusi," kata Kapten tersebut. Dia berusaha menahan Brigjen Suryo.
Brigjen Suryo yang Ditodong Senjata Tetap Tenang, Dia Malah Menghardik Kapten Itu
"Kapten kamu tahu apa soal Dewan Revolusi? Saya lebih tahu soal Dewan Revolusi," kata Brigjen Suryo.
Kapten tersebut terkejut. "Panglima dari Dewan Revolusi?"
"Ya, kamu mau apa?" tegas brigjen Suryo.
Tentu saja ini hanya akal-akalan sang Panglima agar bisa lolos dari gerombolan tersebut.
Kapten tersebut terlihat bingung. Dia diam saja tidak mengambil tindakan apa-apa.
Kesempatan ini digunakan Brigjen Suryo untuk cepat-cepat meninggalkan tempat tersebut.
"Kapten, saya mau ke Semarang, kamu tinggal di sini!' perintahnya.
Berhasil, Taktik Psikologis Panglima Sukses Menipu Kapten Tersebut
Brigjen Suryo bersama sopir dan ajudan segera meninggalkan Salatiga dan pulang ke rumah dinasnya di Semarang.
Tidak diketahui siapa kawan dan siapa lawan saat itu. Ternyata belakangan diketahui ajudan Panglima yang berpangkat Letnan pun sudah disusupi PKI.
Dia diberi tugas membunuh Brigjen Suryo, namun tidak berhasil.
Brigjen Suryo Segera Menuju Magelang, Mencari Kekuatan Untuk Melawan Komplotan Sahirman
Pasukan yang masih setia adalah unsur Kavaleri, Zeni Tempur dan Artileri.
Mereka segera bergerak menuju Semarang untuk merebut Makodam dan obyek vital lain.
Kedatangan Panser dan Tank Membuat Pasukan Yang Dihasut PKI Kocar-Kacir
Tanpa kesulitan dan jatuhnya korban jiwa, Markas Kodam dan RRI berhasil direbut kembali.
Sejumlah pasukan yang dihasut pun berhasil disadarkan untuk meninggalkan Kolonel Sahirman dan kembali ke markas masing-masing.
Brigjen Suryo meminta Sahirman dan Usman menyerah. Namun mereka malah melarikan diri.
Kedua pimpinan Gerakan 30 September Jawa Tengah itu akhirnya ditembak oleh pasukan gabungan RPKAD dalam operasi di Gunung Merbabu-Merapi pada Bulan Desember 1965.
Berakhirlah kisah Dewan Revolusi Jateng.