Berperang dari Bantaran Sungai Siak, Panglima Perang dari Riau Ini Bikin Belanda Ketar Ketir
Panglima Perang dari Riau ini terlibat langsung dalam peperangan melawan Belanda di Sumatera Barat di bawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol.
Panglima Perang dari Riau ini terlibat langsung dalam peperangan melawan Belanda di Sumatera Barat di bawah pimpinan Tuanku Imam Bonjol.
Berperang dari Bantaran Sungai Siak, Panglima Perang dari Riau Ini Bikin Belanda Ketar Ketir
Peperangan melawan Belanda tentu bukanlah hal yang mudah. Butuh banyak tenaga, tekad, dan keinginan yang besar untuk bisa mempertahankan tanah air agar terbebas dari penjajahan.Tak sampai situ, kedatangan Belanda ini juga bertujuan untuk berdagang sehingga banyak kapal-kapal besar yang singgah di pesisir. Namun, di wilayah tersebut terdapat sosok yang bikin pihak Belanda ketar ketir. Sosok tersebut adalah Datuk Tabano dari Desa Muara Usai, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Ia merupakan dalang yang mengakibatkan Belanda merugi karena Sungai Siak berhasil dikuasai olehnya dengan cara bergerilya.
Datuk Tabano yang pemberani ini pernah menjadi salah satu panglima perang Tuanku Imam Bonjol saat melawan Belanda di Sumatera Barat. Kemudian saat Imam Bonjol ditangkap, ia melanjutkan perjuangan ke Muara Uwai.
Mulai Begerilya
Melansir dari kanal Liputan6.com, Datuk Tabano memulai perang gerilya pada tahun 1894 di Sungai Kampar yang menjadi basis pilihannya agar bisa bekerja sama dengan para datuk atau ninik mamak suku di sana.
Letak Sungai Kampar ini juga lumayan strategis. Alirannya pun terhubung dengan Sungai Siak, salah satu sungai yang cukup penting untuk aktivitas perdagangan karena hilirnya sampai ke Malaka.
-
Siapa panglima perang yang ditakuti Belanda? Guru Somalaing Pardede merupakan panglima yang dianggap penjajah Belanda paling ditakuti dan salah satu yang terkuat.
-
Siapa pahlawan nasional dari Sumatera Barat yang melawan Belanda? Sosok Ilyas Ya'kub mungkin masih belum begitu familiar di kalangan masyarakat Indonesia. Ia merupakan seorang pahlawan nasional Indonesia dari Sumatera Barat yang punya jasa besar dalam melawan Belanda.
-
Siapa yang memimpin perang melawan Belanda? Perang Diponegoro (1825-1830) adalah konflik antara Pangeran Diponegoro dengan Belanda yang dipicu oleh pemasangan patok-patok di lahan milik Diponegoro dan eksploitasi terhadap rakyat dengan pajak tinggi.
-
Bagaimana Panglima Polem melawan Belanda? Singkat cerita, Panglima Polem bersama dengan 400 pasukannya memutuskan untuk bergabung dengan Teuku Umar untuk melawan tentara Belanda.
-
Kenapa Belanda menguasai wilayah Batak? Selain menguasai wilayah, Belanda pun juga membawa pengaruh budaya baru, yaitu penyebaran agama kristen yang tergabung dalam gerakan Rijnsche Zending dan tokoh penyebarannya yaitu Nommensen.
-
Mengapa Pangeran Diponegoro melawan Belanda? Perang Diponegoro (1825-1830) adalah konflik antara Pangeran Diponegoro dengan Belanda yang dipicu oleh pemasangan patok-patok di lahan milik Diponegoro dan eksploitasi terhadap rakyat dengan pajak tinggi.
Lokasinya yang strategis, Belanda pun akhirnya bisa menguasai Sungai Siak. Hal ini sejalan dengan perjanjian damai dengan Kerajaan Siak pada tahun 1841. Dengan menguasai sungai ini, kapal-kapal Belanda dengan leluasa berlayar dari Sumatera Barat menuju Singapura.
Lakukan Penyamaran
Ketika Sungai Siak banyak pos-pos tentara Belanda sebagai tameng pengamanan, Datuk Tabano pun mulai melakukan gerilyanya.
Ia memiliki dua orang kepercayaan, yaitu Usman dan Saleh. Mereka berdua ditugaskan untuk mengawasi kapal-kapal perdagangan Belanda.
Saleh dan Usman juga menyamar sebagai nelayan. Mereka berhasil menyusup ke pelabuhan untuk bisa memetakan kapan dan tujuan kapal-kapal Belanda.
Dari penyamaran tersebut, akhirnya mereka pun mendapatkan informasi yang cukup. Datuk Tabano pun juga kerap menyabotase sampai menenggelamkan kapal-kapal dagang Belanda sehingga menimbulkan kerugian.
Buronan Belanda
Akibat ulah Datuk Tabano yang kerap menyabotase kapal-kapal dagang Belanda, pemerintah pusat di Batavia pun mengirimkan satu batalion tentara ke Kampar untuk memburunya.
Kabar datangnya tentara dari Batavia ini sudah diketahui oleh Datuk Tabano lebih dulu melalui dua orang kepercayaannya itu. Uniknya, Datuk Tabano konon disebut kebal peluru itu tak gentar dan menyatakan akan menunggu seluruh pasukan Belanda di Kampar.
Serbuan Tentara Belanda
Pada suatu sore, pasukan Belanda pun akhirnya tiba di Kampar. Datuk Tabano langsung mengambil pisau dan lembing untuk melawan para tentara tersebut.
Namun, karena kalah jumlah, dua orang kepercayaannya pun terbunuh, dan Datuk Tabano pun mundur ke dalam rumah.
Ketika berada di dalam, ternyata sudah banyak darah bercucuran. Tak disadari, Datuk Tabano pun terpeleset dan akhirnya berhasil ditangkap oleh tentara Belanda.
Datuk Tabano pun tidak langsung dihabisi, melainkan disiksa lebih dulu dengan cara dicambuk. Sepekan diikat di depan rumah dan tak henti-hentinya di siksa, akhirnya Datuk Tabano gugur.
Namanya Diabadikan
Atas jasanya, makam Datuk Tabano berada di desa tersebut tepat di pinggir jalan dan terdapat sebuah masjid tua. Bahkan, masih banyak masyarakat yang mengunjungi makamnya.
Tak hanya itu, namanya pun sudah diabadikan sebagai salah satu jalan di Kecamatan Bangkinang, Kabupaten Kampar, Provinsi Riau.
Selain itu, namanya juga sudah diajukan untuk masuk dalam jajaran pahlawan nasional, namun semua itu belum terealisasikan sampai sekarang.