Mengenal Sosok Depati Amir, Pahlawan Nasional Kebanggaan Masyarakat Bangka Belitung
Dengan tekad yang kuat dan penuh keberanian untuk menentang dan melawan pihak kolonial, Depati Amir mendapatkan dukungan penuh dari masyarakat Bangka.
Dengan tekad yang kuat dan penuh keberanian untuk menentang dan melawan pihak kolonial, Depati Amir mendapatkan dukungan penuh dari masyarakat Bangka.
Mengenal Sosok Depati Amir, Pahlawan Nasional Kebanggaan Masyarakat Bangka Belitung
Depati Amir adalah seorang Pahlawan Nasional yang berasal dari Bangka Belitung. Namanya kini dikenang menjadi sebuah nama Bandar Udara di Kota Pangkalpinang, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Selain itu, nama Depati Amir juga disematkan di beberapa fasilitas umum.
Sosok Depati Amir bagi masyarakat Bangka tentu sangat membekas hingga hari ini. Ia merupakan pejuang yang gigih melawan kolonialisme Belanda terutama dalam aktivitas pertambangan timah. (Foto: kebudayaan.kemdikbud.go.id)
-
Siapa pahlawan nasional dari Sumatera Barat yang melawan Belanda? Sosok Ilyas Ya'kub mungkin masih belum begitu familiar di kalangan masyarakat Indonesia. Ia merupakan seorang pahlawan nasional Indonesia dari Sumatera Barat yang punya jasa besar dalam melawan Belanda.
-
Siapa pahlawan nasional dari Langkat? Amir Hamzah merupakan salah sastrawan Indonesia angkatan Pujangga Baru.
-
Siapa tokoh inspiratif dari Aceh yang melawan Belanda? Teuku Nyak Arif, sosok pejuang dan gubernur pertama Aceh. Saat kolonialisme menguasai tanah Aceh, muncul orang-orang yang ingin melawan dan mengusir Belanda dengan berbagai cara.
-
Apa peninggalan Belanda di Tapanuli Selatan? Salah satu jejak peninggalan kolonial Belanda ada di Tapanuli Selatan berupa kolam renang.
-
Mengapa Basuki Rahmat menjadi Pahlawan Nasional? Ia iberi gelar Pahlawan Nasional sehari setelah meninggal, yakni pada tanggal 9 Januari 1969.
-
Siapa yang memulai penambangan timah di Belitung? Belanda telah merintis penambangan timah di Belitung pada 1851 dan mendapat konsesi setahun setelahnya.
Dengan tekad yang kuat dan penuh keberanian untuk menentang dan melawan pihak kolonial, Depati Amir mendapatkan dukungan penuh dari masyarakat Bangka.
Nama Depati Amir dikukuhkan oleh Presiden Joko Widodo sebagai Pahlawan Nasional Indonesia pada tahun 2018 dalam surat Keppres Nomor 12/TK/tahun 2018.
Profil Singkat
Depati Amir lahir di Mendara, Bangka, pada 1805. Ia merupakan putra dari bangsawan Bangka bernama Depati Bahrin. Sebelum memperjuangkan tanah kelahirannya, namanya sudah menjadi tokoh berpengaruh di sana.
Amir sendiri pernah menjadi pemimpin untuk melawan dan menumpas para perompak yang berada di sekitar perairan Bangka. Keberhasilannya dalam melawan perompak ini tentunya memulihkan keamanan di tengah masyarakat.
Dengan gerakan dan gebrakan yang ia lakukan demi tanah Bangka, ia pun mendapatkan gelar "Depati" oleh Kesultanan Palembang sebagai seorang kepala beberapa kampung di sana.
Menolak Gelar Depati
Dikutip dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, berkat keterlibatannya dalam menumpas perompak dan juga membela rakyat Banda, ia menerima gelar Depati. Namun, Amir sendiri menolak pemberian gelar yang akan disematkan pada namanya tersebut.
Amir menolak lantaran dirinya ingin tetap menjadi rakyat biasa seperti orang-orang kenal. Namun, masyarakat tetap menyebutnya dengan nama Depati Amir seperti yang kita ketahui saat ini.Perjuangkan Depati Amir masih terus berlanjut hingga masa kolonialisme Belanda khususnya di wilayah Bangka.
Kongsi Tambang Timah
Sang ayah, Depati Bahrin memiliki sebidang tanah dengan tambang timah di dalamnya. Ia pun akhirnya melakukan kongsi dengan pemerintah Kolonial Belanda. Mulailah pihak kolonial melakukan pengerukan dan membuat parit-parit di sekitar pertambangan tersebut.
Konflik kemudian muncul setelah Pemerintah Kolonial tidak memenuhi kewajibannya untuk membayarkan hasil tambangnya itu kepada pemilik tanah yaitu Depati Bahrin.
Sontak, Depati Amir pun tersulut emosinya dengan perlakuan pihak kolonial. Ia tidak segan-segan untuk melayangkan tuntutan kepada perusahaan Belanda dan mendapat dukungan langsung dari masyarakat Banda.
Tuntutan tersebut terdengar hingga Residen Belanda saat itu. Ia kemudian mengirimkan pasukan untuk memburu Depati Amir agar tidak terjadi pengaruh dan pergolakan pada masyarakat Banda. Namun, usaha mereka untuk menangkapnya pun nihil.
Perlawanan Depati Amir ini sontak mendapatkan perhatian dari masyarakat maupun tokoh-tokoh pemimpin lokal. Ia pun mendapat bantuan senjata dari lokal maupun dari Singapura. Perlawanannya pun semakin meluas hingga sepanjang pesisir Timur Bangka.
Tertangkap dan Diasingkan
Upaya Belanda untuk memburu Depati Amir pun akhirnya membuahkan hasil pada 7 Januari 1851. Ia ditangkap karena melakukan pengkhianatan kepada Belanda.
Ia bersama sang adik, Hamzah atau Cing diasingkan ke Pulau Timor. Selama di pengasingan mereka pun tetap berjuang dengan menjadi penasihat raja-raja Timor yang berjuang melawan Belanda.
Setelah beberapa tahun diasingkan, Depati Amir wafat pada 28 September 1869. Setelah itu disusul adiknya Hamzah yang wafat pada 12 Maret 1903. Keduanya dimakamkan di pemakaman muslim Batukadera Kampung Air Mata, Kupang, Nusa Tenggara Timur.