Kisah Pemberontakan Batipuh 1841, Dampak Sistem Tanam Paksa Terhadap Rakyat Pantai Barat Sumatera
Pemberontakan ini sebagai bentuk reaksi rakyat terhadap sistem tanam paksa oleh Belanda.
Pemberontakan ini sebagai bentuk reaksi rakyat terhadap sistem tanam paksa oleh Belanda.
Kisah Pemberontakan Batipuh 1841, Dampak Sistem Tanam Paksa Terhadap Rakyat Pantai Barat Sumatera
Penegakan sistem tanam paksa di Nusantara oleh pemerintah Belanda tentu memberikan dampak buruk bagi warga Pribumi. Mereka dituntut untuk menanam komoditas yang sudah ditentukan namun mendapat upah yang tidak sepadan. (Foto: Pixabay)
-
Kenapa Belanda menguasai wilayah Batak? Selain menguasai wilayah, Belanda pun juga membawa pengaruh budaya baru, yaitu penyebaran agama kristen yang tergabung dalam gerakan Rijnsche Zending dan tokoh penyebarannya yaitu Nommensen.
-
Bagaimana Belanda mengontrol masyarakat Minangkabau? Tanpa diketahui pasti dampak dari pembentukan jabatan oleh pemerintah kolonial, tetapi Tuanku Lareh ini dibentuk untuk mengontrol masyarakat Minangkabau.
-
Kenapa Belanda membantai rakyat Sulawesi Selatan? Upaya Merebut Wilayah Nusantara Melansir dari kanal Liputan6.com, kejadian ini bermula ketika Belanda berupaya untuk merebut kembali wilayah kedaulatan Indonesia pada tahun 1940-an yang disebut dengan 'tindakan pengawasan' terhadap 'teroris' dan 'ekstrimis' nasionalis.
-
Mengapa Suku Basemah melawan penjajah Belanda? Selain itu, Suku Basemah dan sekitarnya juga sempat melawan penjajah Belanda yang berlangsung selama puluhan tahun.
-
Apa peninggalan Belanda di Tapanuli Selatan? Salah satu jejak peninggalan kolonial Belanda ada di Tapanuli Selatan berupa kolam renang.
-
Siapa pahlawan nasional dari Sumatera Barat yang melawan Belanda? Sosok Ilyas Ya'kub mungkin masih belum begitu familiar di kalangan masyarakat Indonesia. Ia merupakan seorang pahlawan nasional Indonesia dari Sumatera Barat yang punya jasa besar dalam melawan Belanda.
Lebih dari itu, sistem tanam paksa ini juga menjadi bagian dari diskriminasi hingga pelanggaran HAM yang cukup berat. Di wilayah Pantai Barat Sumatera, penerapan cultuurstelsel ini mendapatkan perlawanan dari rakyat Pribumi pada tahun 1841 silam.
Dianggap merugikan dan bertindak semena-mena, reaksi rakyat terhadap pemerintah Belanda ini dipimpin langsung oleh Tuan Gadang. Pihak Belanda pun turut menurunkan pasukan di bawah pimpinan Kolonel Michiels.
Sesaat Setelah Perang Paderi
Berakhirnya Perang Paderi membuat Tuan Gadang yang sebelumnya menjabat sebagai Regent oleh Belanda pun meminta agar diakui sebagai Raja Pagaruyung. Namun, permintaan Tuan Gadang ini ditolak mentah-mentah oleh mereka.
Situasi ini semakin memanas setelah adanya perubahan sistem adminsitrasi di Minangkabau serta adanya penerapan Cultuurstelsel. Momen ini menjadi pemantik terjadinya konflik antara rakyat Pribumi dan pemerintah Hindia Belanda.
Rakyat Batipuh pun memutuskan untuk angkat senjata tepat pada 22 Februari 1841 yang dipimpin langsung oleh Tuan Gadang.
Perlawanan ini semakin hari semakin menyebar hingga menyerang pos garnisun milik tentara Belanda di Guguk Melintang, Padang Panjang.
Siapakah Tuan Gadang?
Dikutip dari berbagai sumber, Tuan Gadang ini adalah kebesaran untuk seorang penghulu yang ada didalam struktur pemerintahan Pagaruyung. Ada yang menyebut jika Tuan Gadang ini adalah seseorang dari Basa Ampek Balai atau pembantu raja.
Namun, ada versi lainnya jika Tuan Gadang bukan termasuk dari golongan Basa Ampek Balai, melainkan seorang panglima perang dari Raja Pagaruyung. Sehingga tidak diketahui pasti nama atau sosok seorang Tuan Gadang yang memimpin perang di Batipuh ini.
Rakyat Melawan
Konflik ini dimulai ketika seorang sersan yang berada di Tangsi melihat kebakaran besar dan terdengar suara teriakan dari penduduk Padang Panjang. Sersan Holij pun melaporkan kejadian ini kepada komandannya.
Di saat bersamaan, Sersan Mayor JG. Schelling melaporkan jika dari luar benteng banyak pasukan bersenjata yang menyelinap. Mereka pun terjebak dan kesulitan untuk melarikan diri karena sudah terlambat.
Mereka pun tidak bisa berbuat apapun, para pasukan bersenjata yang diduga rakyat Batipuh ini berhasil menguasai benteng dan mengalahkan Garnisun pimpinan Letda JB. Panzer.
Dikepung Habis-habisan
Para prajurit Belanda pun kewalahan. Benteng mereka sudah disusupi orang-orang bersenjata. Schelling dan beberapa prajurit lainnya terluka parah akibat serangan kelewang dan tombak yang menghujam tubuhnya.
Mereka pun panik, situasi benteng sudah memanas, banyak korban berjatuhan dan api membara dimana-mana. Sebagai reaksi, Belanda pun mengirimkan Kolonel Michiels bersama pasukannya untuk melawan rakyat Batipuh.
Pihak Belanda pun akhirnya mendirikan sebuah tugu bernama Monumen Batipuh pada tahun 1920 untuk memperingati gugurnya sejumlah tentara Belanda.