Sosok Pong Tiku, Pemimpin Asal Bugis yang Melawan Kolonial Belanda Terlama di Sulawesi Selatan
Putra penguasa Pangala ini memimpin masyarakat di Tanah Toraja untuk melawan kolonial Belanda dalam rentang waktu yang cukup lama.

Putra penguasa Pangala ini memimpin masyarakat di Tanah Toraja untuk melawan kolonial Belanda dalam rentang waktu yang cukup lama.

Sosok Pong Tiku, Pemimpin Asal Bugis yang Melawan Kolonial Belanda Terlama di Sulawesi Selatan
Pong Tiku atau dikenal dengan ejaan Pontiku dan Pngtiku ini lahir di Rindingallo, Toraja Utara, Sulawesi pada 10 Juli 1846. Ia merupakan pemimpin keturunan putra penguasa Pangala yang berhasil merebut kerajan Baruppu.
(Foto: Wikipedia)
Tiku juga berhasil memperoleh kekayaan, tanah, dan kekuasaan yang besar karena perdagangan kopi dan menjalin relasi dengan Suku Bugis. Selama dirinya memimpin rakyat di Sulawesi, ia menjadi yang terlama ketika berlawanan dengan Belanda.
Gubernur Jenderal Belanda saat itu, J.B. van Heutsz menganggap Tiku sebagai perusak dari kontrol Belanda atas wilayah Sulawesi. Ia kemudian mengirim Gubernur Sulawesi untuk mengawasi penangkapannya.
Masa Muda
Dilansir dari berbagai sumber, ketika era kelahiran Pong Tiku ini wilayah Sulawesi Selatan menjadi pusat bagi perdagangan kopi dan dikendalikan oleh banyak panglima perang. Tiku merupakan salah satu anak dari panglima tersebut.
Selama masa mudanya Tiku cukup dekat dengan para pedagang kopi yang berkunjung ke desanya. Pada tahun 1880 saat terjadi perang Pangala' dan Baruppu', namun Tiku lebih aktif dalam kampanye melawan Baruppu.
Kemudian, ketika Tiku berperan aktif dalam melawan Baruppu, ia diangkat penguasa dan memberi kelulasaan atas kekayaan sawah. Namun, dalam sejarah lisan Baruppu, Tiku digambarkan sebagai pembunuh pria, wanita, dan anak-anak tanpa ampun.
Ketika ayahnya wafat, Tiku memimpin tahta Pangala. Ia bekerja untuk memperkuat ekonomi dengan meningkatkan perdagangan kopi dan membentuk aliansi strategis dengan penduduk dataran rendah yang didominasi oleh orang Bugis.
Peperangan dan Komoditas Kopi
Saat Tiku memimpin Pangala, ia berusaha untuk bisa memperkuat pertahanan negaranya. Kerajaan dia akhirnya mencapai kesepakatan dengan beberapa perjanjian perdagangan. Namun, dampak dari perjanjian itu justru menimbulkan masalah baru, yaitu puncaknya pada Perang Kopi tahun 1889.
Kemudian, Tiku berusaha melawan dalam peperangan tersebut dengan membentuk aliansi bersama para pemimpin Bugis terdekat untuk mengurangi ketegangan dan meningkatkan hubungan dagang.
Serangan Kolonial Belanda
Pada tahun 1905, Tanah Bugis dan Toraja diserang oleh kolonial Belanda, kemudian raja Gowa mengumpulkan para tentaranya untuk melawan penjajah dan meminta bantuan kepada Tiku.
Kemudian pada tahun 1906 Tiku mengirim pengintai ke daerah yang diserbu Belanda untuk melihat jalannya pertempuran. Ia cukup memberikan kontribusi penting saat perlawanan Belanda sedang gencar-gencarnya.
Setelah itu Tiku sempat menjadi buron tentara Belanda namun ia segera mengetahuinya. Ia lantas memerintahkan sebagian besar pengikutnya untuk kembali ke daerahnya, sementara ia terus kabur ke daerah Selatan.
Pahlawan Nasional
Berkat perjuangan dalam melawan kolonial Belanda di Tanah Toraja, Tiku pun sudah diangkat menjadi pahlawan nasional indonesia pada tahun 2002.