Kisah Hidup Pythagoras yang Tewas secara Tragis
Kisah menarik dari seorang ilmuwan ternama Pythagoras.
Sekitar 2.500 tahun lalu, Pythagoras, filsuf dan matematikawan asal Yunani, menggabungkan filosofi, matematika, dan agama dalam ajarannya. Gagasan-gagasannya yang tidak hanya mempengaruhi Plato dan Aristoteles, tetapi juga menjadi dasar pemikiran Barat yang bertahan hingga kini.
Pythagoras lahir di Pulau Samos pada tahun 570 SM dari keluarga bangsawan. Ayahnya, Mnesarchus, adalah pengukir batu mulia, sementara ibunya, yang bernama asli Parthenida, kemudian dikenal sebagai Pythaida setelah ramalan seorang pendeta wanita di Delphi mengenai kelahiran Pythagoras.
-
Bagaimana Pythagoras meninggal? Sayangnya, dia masuk ke sebuah ladang kacang-kacangan. Pythagoras yang percaya bahwa kacang dapat mengandung jiwa orang mati, enggan untuk masuk ke dalam ladang dan menyentuh kacang-kacang itu. Singkat cerita, dia akhirnya tertangkap dan dibunuh di sana.
-
Apa yang dipelajari oleh Pythagoras? Ia terkenal dengan pembukitannya tentang ilmu matematika. Saat ini barangkali ia lebih dikenal lewat sebuah rumus bernama Pythagoras.
-
Apa yang hilang dari karya Pythagoras? Salah satu fakta yang paling mengejutkan di dunia modern adalah bahwa tidak ada karya asli dari ahli matematika Yunani kuno, Pythagoras, yang masih ada.
-
Apa yang dilakukan Cangkir Pythagoras? Cangkir Pythagoras disebut juga cangkir serakah. Cangkir ini dirancang agar penggunanya menuangkan minuman dalam takaran secukupnya. Jika penggunanya terlalu rakus dan menuangkan anggur secara berlebihan, maka cangkir akan menumpahkan isi gelas sepenuhnya.
-
Siapa yang menemukan Cangkir Pythagoras? Pythagoras dari Samos, merupakan salah satu filsuf Yunani Kuno yang paling berpengaruh sepanjang massa. Buah pikirannya masih digunakan hingga saat ini.
Seperti dikutip GreekReporters, Minggu (22/12), beberapa legenda juga mengklaim bahwa Pythagoras adalah putra dewa Apollo. Bahkan, ia digambarkan memiliki paras rupawan dan “paha emas” yang dianggap sebagai tanda keilahian.
Sejak kecil, Pythagoras menunjukkan rasa ingin tahu yang besar terhadap dunia. Ia memulai perjalanannya mencari “Pengetahuan Absolut” dengan belajar kepada para filsuf besar seperti Thales dan Anaximander di Miletus, serta Ferekidis di Lesbos.
Ia juga menjelajahi berbagai tempat seperti Mesir, Persia, Suriah, Sparta, dan Kreta untuk mendalami filsafat, geometri, dan ajaran religius. Ia selalu diterima dengan baik oleh para pendeta di tempat-tempat yang ia kunjungi, dan kehadirannya dihormati karena kebijaksanaan dan pencariannya yang tulus.
Pythagoras Mendirikan Sekolah
Sekitar tahun 530 SM, Pythagoras mendirikan sebuah sekolah di Croton, Italia Selatan. Sekolah ini menjadi pusat pemikiran filsafat yang dikenal dengan organisasi dan tata tertibnya yang ketat.
Para murid disumpah untuk menjaga kerahasiaan dan menjalani kehidupan komunal yang sederhana, termasuk mematuhi aturan diet yang melarang konsumsi daging.
Aturan ini didasarkan pada keyakinan transmigrasi jiwa, di mana hewan dianggap sebagai tempat tinggal jiwa manusia yang telah meninggal.
Sekolah ini juga menerima wanita, sesuatu yang sangat jarang terjadi pada masa itu. Para anggota tidak diizinkan mencatat ajaran dan teori, sehingga banyak gagasan Pythagoras yang hilang seiring waktu.
Bangunan sekolah yang disebut Oimakoion, menjadi tempat berbagi ilmu dan harta secara kolektif tanpa mengaitkan penemuan dengan individu tertentu.
Di pintu masuk sekolah, terdapat ukiran pepatah "ΜΗΔΕΙΣ ΑΓΕΩΜΕΤΡΗΤΟΣ ΕΙΔΙΣΙΤΩ" yang berarti "tidak seorang pun yang tidak memahami pengukuran duniawi boleh masuk."
Para calon murid juga harus melewati ujian ketat yang mencakup pengamatan perilaku mereka, termasuk cara berbicara, berjalan, dan bahkan tertawa.
Teorema Pythagoras
Moto sekolah Pythagoras adalah “Segala sesuatu adalah angka.” Pandangan ini mencerminkan keyakinannya bahwa matematika adalah inti dari alam semesta.
Teorema Pythagoras, yang menyatakan bahwa dalam segitiga siku-siku, kuadrat panjang sisi miring sama dengan jumlah kuadrat kedua sisi lainnya, menjadi salah satu kontribusi utamanya.
Meski teorema ini telah dikenal oleh bangsa Babilonia, Pythagoras adalah orang pertama yang membuktikannya secara matematis.
Teorema ini menjadi dasar berbagai cabang matematika, termasuk geometri, trigonometri, aljabar, dan teori bilangan. Lebih dari 370 bukti berbeda dari teorema ini telah ditemukan, menunjukkan pengaruhnya yang luar biasa.
Selain teorema terkenalnya, Pythagoras juga menyumbangkan banyak penemuan lain, seperti teori proporsi, lima bangun ruang beraturan, dan konsep bumi yang bulat. Ia juga mengidentifikasi bintang pagi dan sore sebagai planet Venus.
Akhir Hidup yang Tragis
Pythagoras wafat sekitar tahun 495 SM di Metapontum, Italia, setelah mengalami penganiayaan terhadap para pengikutnya. Beberapa catatan juga menyebutkan bahwa ia meninggal karena kelaparan selama 40 hari akibat kesedihan atas pembunuhan banyak muridnya.
Tidak hanya itu, ada juga catatan lain yang mengatakan bahwa ia dibunuh karena konflik politik dengan pengikut lawannya, Cylon.
Meski begitu, warisan Pythagoras tetap hidup. Setelah kematiannya, rumahnya dijadikan tempat suci untuk Dewi Demeter, dan jalannya menjadi tempat suci bagi para Muses.
Reporter magang: Nadya Nur Aulia