Siapa Penemu Ilmu Matematika? Ternyata Bukan Orang Arab, Romawi atau Yunani, Tapi dari Afrika
Matematikan dikenal dalam berbagai peradaban seperti Romawi, Yunani, Mesir, China, dan Babilonia.
Matematikan dikenal dalam berbagai peradaban seperti Romawi, Yunani, Mesir, China, dan Babilonia.
Sumber: IFL Science
Namun terlepas dari apakah matematika adalah ratu ilmu pengetahuan atau bukan, dipastikan bahwa subjek ini lebih tua dibandingkan bentuk penyelidikan rasional lainnya, setidaknya sudah ada sejak puluhan ribu tahun yang lalu; ketika Ibn al-Haytham sibuk menciptakan sains pada abad ke-10, dia sudah mengandalkan pengetahuan dan penemuan matematika selama ribuan tahun untuk mendukung penyelidikannya.
Hal ini menimbulkan pertanyaan menarik: siapa penemu matematika sejak awal?
Kata "matematikawan" dalam bahasa Inggris pertama kali digunakan pada abad ke-15 dalam karya sejarawan Ranulf Higden berjudul Polychronicon. Karya ini menceritakan kisah Domitianus, Kaisar Roma antara tahun 81 dan 96 M.
Orang Yunani kuno juga mempelajari matematika. Mereka memanfaatkan geometri dan logika untuk menghasilkan teorema dan bukti.
Di peradaban China kuno, matematika tumbuh terutama sebagai sistem praktis untuk tata kelola dan perbekalan. Di India, teks-teks kuno abad ke-8 SM Shatapatha Brahmana menggunakan matematika sebagai cara untuk berkomunikasi dengan para dewa.
Namun bagi orang Babilonia Kuno, yang sudah ada sejak tahun 1600 SM, astronomilah yang membedakan tradisi matematika mereka dari tradisi lainnya. Pengamatan mereka membentuk beberapa contoh paling awal dari matematika kuno: “Para juru tulis secara sistematis mulai mendokumentasikan fenomena langit (misalnya gerhana) sekitar abad ke-8 SM,” tulis matematikawan Chris Linton dalam bukunya yang terbit tahun 2004 From Eudoxus to Einstein: A History of Mathematical Astronomy .
“Untuk melaksanakan pekerjaan mereka, para astrolog membutuhkan tabel posisi masa depan benda-benda langit dan keinginan ini menjadi kekuatan pendorong di balik produksi tabel tersebut selama lebih dari 2000 tahun.”
Matematika Babilonia disebut sebagai bukti tradisi matematika yang sangat kuno, yang menurut beberapa orang mampu menyaingi Renaisans Eropa dalam kecanggihannya.
Di Mesir, orang-orang telah menggunakan dan mencatat matematika sejak mereka masih menulis, dengan bukti sistem bilangan basis 10 yang ditemukan pada artefak dari lebih dari 5.000 tahun lalu.
“Pada tahun 3000 SM, pertanian telah dikembangkan dengan memanfaatkan periode basah dan kering setiap tahun,” tulis John Joseph O'Connor dan Edmund Robertson, keduanya peneliti di Fakultas Matematika dan Statistik Universitas St Andrews.
“Mengetahui kapan musim hujan akan tiba sangatlah penting dan studi astronomi dikembangkan untuk memberikan informasi kalender.”
Mereka mengatakan, luasnya wilayah Mesir memerlukan administrasi yang rumit, sistem pajak, dan dukungan militer.
“Seiring dengan semakin kompleksnya masyarakat, pencatatan perlu dilakukan, dan penghitungan dilakukan saat masyarakat melakukan barter barang. Muncul kebutuhan akan penghitungan, kemudian diperlukan tulisan dan angka untuk mencatat transaksi.”
Dan untuk bukti terbaik kehebatan matematika Mesir adalah pembangunan piramida.
Banyak orang beranggapan piramida dibangun dengan mempertimbangkan konstanta matematika tertentu.
Jadi, apakah orang Mesir Kuno merupakan ahli matematika pertama? Buku teks matematika paling awal yang diketahui adalah Rhind Papyrus yang berasal dari Mesir. Teks ini berisi sekitar 84 soal latihan yang mencakup aritmatika, geometri, dan aljabar primitif, berasal dari apa yang disebut Periode Menengah Kedua Mesir, sekitar tahun 1650 SM.
Penulis Rhind Papyrus adalah Ahmes, namun dia bukan ahli matematika dan sebatas juru tulis yang tercatat dalam sejarah matematika.
Menurut peneliti, ahli matematika pertama bukan dair Romawi, Mesir, Yunani, maupun Babilonia, tetapi ia adalah siapapun yang menciptakan tulang Ishango. Tulang ini ditemukan di Republik Demokratik Kongo.
Benda ini bentuknya kecil, panjangnya hanya sekitar 10 sentimeter. Ada goresan di setiap sisinya yang ternyata merupakan pola numerik dalam setiap baris, kata matematikawan, dan spesialis sejarah matematika, George Gheverghese Joseph dalam bukunya The Crest of the Peacock: Non-European Roots of Mathematics.
Ada yang meyakini artefak ini digunakan untuk permainan matematika dan kalender untuk tujuan keagamaan atau meteorologi. Bahkan ada spekulasi bahwa orang-orang Ishango pada akhirnya mewariskan sistem bilangan mereka kepada orang Mesir – menjadikan tulang tersebut tidak hanya sebagai bukti kalkulator kuno, namun juga benda terdekat yang dimiliki dunia matematika dengan Leluhur Universal Terakhir.
Dengan usia antara 20.000 dan 25.000 tahun, memang benar bahwa artefak matematis lain yang berpotensi ditemukan mendahuluinya – tulang Lebombo, misalnya, berusia sekitar 20.000 tahun atau lebih, dan mungkin merupakan pelacak periode paling awal yang diketahui.
Namun untuk saat ini, tulang Ishango yang dianggap sebagai objek matematika tertua yang pernah ada – dan penciptanya, siapa pun mereka, tidak diragukan lagi adalah ahli matematika pertama yang diketahui di dunia.
Berikut contoh soal cerita matematika lucu yang bikin orang lain mikir keras cari jawabannya.
Baca SelengkapnyaDalam waktu dekat ia akan berangkat ke Jepang sebagai penerima beasiswa.
Baca SelengkapnyaJelajahi konsep pembagian pecahan dan bagaimana hal itu dapat diterapkan dalam berbagai situasi.
Baca SelengkapnyaSeorang muslim tidak boleh menjadi orang yang bodoh, orang yang tidak memiliki ilmu.
Baca SelengkapnyaAda kera terbesar yang pernah hidup di Bumi. Punya tinggi 3 meter dan berat 300 kilogram.
Baca SelengkapnyaApakah bumi kita sudah tua? Anggapan itu tampaknya tidak bisa dipahami secara matematis karena ada banyak pendapat yang berbeda.
Baca SelengkapnyaBRIN mengungkapkan alasan Selat Muria kini menjadi daratan
Baca SelengkapnyaBerikut adalah formula hitung-hitungan ilmuwan untuk mengetahui orgasme pria.
Baca Selengkapnya