Sejarawan ini Tak Sengaja Temukan “HP Pertama di Dunia” Usianya 1.000 Tahun, Ada Catatan Doa Agama Islam
Instrumen yang disebut sebagai “HP pertama di dunia” ini sebenarnya merupakan astrolab.
Instrumen yang disebut sebagai “HP pertama di dunia” ini sebenarnya merupakan astrolab.
Sejarawan ini Tak Sengaja Temukan “HP Pertama di Dunia” Usianya 1.000 Tahun, Ada Catatan Doa Agama Islam
“HP pertama di dunia” ternyata ditemukan sudah berusia lebih dari 1.000 tahun. Alat itu ditemukan oleh Dr Federica Gigante, seorang ahli sejarah dan instrumen saintifik Islam dari Universitas Cambridge, seperti dikutip dari situs Cambridge, The Guardian, dan Indy100, Kamis (7/3).
Instrumen yang disebut sebagai “HP pertama di dunia” ini sebenarnya merupakan astrolab, yaitu sebuah alat untuk memetakan bintang-bintang dan mengetahui waktu.
-
Apa bukti tertua agama? Benda itu dianggap sebagai bukti tertua adanya keyakinan tertentu yang dipraktikkan manusia.
-
Apa yang ditemukan dalam manuskrip kuno itu? Lembaran Injil ini ditemukan oleh spesialis abad pertengahan dari Akademi Ilmu Pengetahuan Austria (OeAW), Grigory Kessel. Setelah dianalisis, penemuan ini merupakan salah satu terjemahan Injil tertua yang berasal dari abad ke-3 dan ke-6. Rupanya, dua halaman manuskrip itu berisi bagian yang hilang dari injil, yang diterjemahkan dalam bahasa Suriah kuno.
-
Siapa yang menemukan masjid tertua ini? Tim Arkeolog Israel menemukan sebuah masjid kuno langka di Kota Rahat, Badui Negev, Israel.
-
Di mana prasasti tertua di dunia ditemukan? Prasasti berisi teks tulis tertua di dunia ditemukan di sebuah danau di Dispilio, Provinsi Kastoria, Yunani, pada 1993 lalu oleh profesor arkeologi prasejarah, George Hourmouziadis.
-
Dimana penemuan surat kuno ini terjadi? Sekelompok mahasiswa yang menjadi sukarelawan dalam penggalian arkeologi di Prancis utara menemukan surat atau catatan yang ditulis arkeolog 200 tahun lalu pada Senin.
-
Bagaimana doa peletakan batu pertama dibaca? Doa peletakan baru pertama rumah baru Islam bisa dibaca ketika Anda dalam proses membangun hunian impian.
Gigante menemukan instrumen tersebut secara tidak sengaja saat mengunjungi situs web dari sebuah museum di Italia, Fondazione Museo Miniscalchi Erizzo, di mana astrolab tersebut juga disimpan.
Museum tersebut, ketika dihubungi oleh Gigante, belum mengetahui nilai sejarah penting yang dipunyai oleh astrolab tersebut. “Ketika saya mengunjungi museum dan mempelajari astrolab dari dekat, saya melihat bahwa tidak hanya terdapat inskripsi berbahasa Arab yang diukir dengan indah, tetapi saya juga dapat melihat inskripsi samar-samar dalam bahasa Ibrani. Instrumen ini sekarang menjadi objek paling penting dalam koleksi mereka,” kata Gigante dalam sebuah pernyataan di laman Universitas Cambridge.
Gigante mengatakan bahwa astrolab ini merupakan “catatan kuat dari pertukaran ilmiah antara orang Yahudi, Arab, dan Kristen selama ratusan tahun.”
Selain untuk memetakan bintang dan mengetahui waktu, astrolab ini juga digunakan untuk berbagai keperluan lain, seperti untuk mengkalkulasi jarak, mempredikisi masa depan dengan membuat horoskop, hingga menyediakan model alam semesta dalam bentuk dua dimensi yang bisa dibawa dalam genggaman penggunanya.Oleh karena itu, menurut Tom Almeroth-Williams, sejarawan dan penulis di situs Cambridge, astrolab dapat dikategorikan sebagai ponsel pintar pertama di dunia.
Gigante mengidentifikasikan bahwa astrolab tersebut berasal dari Andalusia, atau tepatnya al-Andalus, wilayah Spanyol yang dikuasai kaum Muslim pada abad ke-11. Pada ukiran tersebut, terdapat ukiran-ukiran dalam bahasa Arab.
Pada salah satu lempeng astrolab tersebut, terukir tulisan “Toledo” di satu sisi dan “Cordoba” di sisi lainnya, yang menandakan bahwa instrumen tersebut mungkin dibuat di daerah tersebut.
Toledo, pada abad ke-11, memang merupakan pusat keberadaan dan pertukaran budaya yang berkembang antara Muslim, Yahudi, dan Kristen.
Identifikasi umur dari astrolab tersebut didasarkan oleh peta bintangnya yang sesuai dengan peta bintang astrolab lain yang berasal dari abad ke-11.
Dengan umurnya itu, astrolab tersebut menjadi salah satu contoh astrolab tertua yang pernah ditemukan dan hanya ada beberapa yang diketahui di dunia.
Ukiran lain yang ada pada astrolab tersebut, antara lain, adalah sebuah doa agama Islam yang ditulis dalam bahasa Arab.
Selain itu, terdapat juga ukiran yang menuliskan nama “Ishaq” dan “Yunus”, dua nama Yahudi yang dituliskan dalam bahasa Arab.
Hal tersebut menunjukkan bahwa astrolab tersebut pernah beredar di kalangan komunitas Yahudi Sefardi di Spanyol, yang bahasa utamanya merupakan bahasa Arab.
Terdapat juga ukiran yang menunjukkan titik lintang di Afrika Utara, yang menandakan bahwa instrumen tersebut juga mungkin pernah dipakai di Mesir atau Maroko.
Selain tulisan Arab, pada astrolab juga terdapat tulisan dalam bahasa Ibrani yang ditambahkan pada waktu yang berbeda. Tulisan-tulisan Ibrani tersebut merupakan terjemahan dari tulisan Arab yang sudah ada sebelumnya.
Dengan demikian, Gigante juga menyimpulkan bahwa astrolab tersebut pada akhirnya meninggalkan Spanyol dan Afrika Utara menuju tempat di mana masyarakat Yahudinya berbicara dengan bahasa Ibrani, yaitu Italia.
Unsur sejarah panjang yang dipunyai oleh astrolab ini merupakan kontribusi yang berharga dalam sejarah instrumen saintifik di dunia. “Objek ini merupakan objek Islam, Yahudi, dan Eropa, mereka tidak dapat dipisahkan,” ucap Gigante.