Sejarawan Ungkap Penemuan Ilmiah Pertama Ilmuwan di Dunia Sekitar 4.000 Tahun Lalu, Ini Temuannya
Penemuan ini berasal dari salah satu peradaban tertua di dunia.

Astronomi bangsa Babilonia dianggap sebagai salah satu penemuan ilmiah pertama yang memiliki sistem pencatatan dan prediksi terstruktur. Bangsa Babilonia hidup sekitar 2.500 hingga 4.000 tahun yang lalu di wilayah yang sekarang menjadi Irak.
Hal yang paling menonjol dari sistem astronomi Babilonia adalah cara mereka yang cermat dan terorganisasi, di mana para juru tulis Babilonia mengamati, mencatat, dan akhirnya secara matematis meramalkan cara matahari, bulan, bintang, dan planet bergerak di langit.
Sebelum adanya jam, mengamati langit adalah cara orang mengetahui waktu melalui keberadaan matahari dan bulan. Banyak kalender juga didasari oleh langit. Seperti yang kita ketahui, sebulan adalah tentang berapa lama waktu yang dibutuhkan bulan melalui fase-fasenya. Dan setahun adalah satu revolusi penuh bumi mengelilingi matahari.
Namun, melacak waktu bukanlah satu-satunya cara orang Babilonia menggunakan sistem astronomi. Mereka mengamati bagaimana perubahan cuaca, panen buruk yang menyebabkan harga biji-bijian naik, orang lahir dan meninggal, peristiwa politik, hingga peristiwa tidak terduga lainnya.
Bagi mereka, perubahan langit adalah pertanda bagi peristiwa di bumi. Misalnya, gerhana bulan bisa diartikan sebagai pertanda banjir. Mereka mencatat dan menafsirkan tanda-tanda ini dengan menyusun buku yang berjudul Enuma Anu Enlil, sebuah buku yang mencantumkan pertanda dan maknanya.
Dalam buku tersebut, jika gerakan langit yang tampaknya berubah dapat diprediksi, maka peristiwa-peristiwa duniawi juga dapat diprediksi. Keyakinan ini mendorong para juru tulis Babilonia mempelajari lebih lanjut mengenai astronomi.
Cara Kerja Astronomi Babilonia
Fondasi astronomi Babilonia dicatat dalam sebuah buku yang disebut MUL.APIN yang memiliki arti “Bintang Bajak,” seperti nama sebuah konstelasi. Buku tersebut mencatat posisi bintang-bintang, kapan bintang pertama kali terlihat, lintasan matahari dan bulan, periode ketika planet-planet terlihat di langit malam, dan pengetahuan astronomi mendasar lainnya.
Setelahnya, para juru tulis Babilonia mulai menyimpan Astronomical Diaries (Jurnal Astronomi), berisi catatan terperinci tentang posisi bulan di planet-planet beserta peristiwa-peristiwa di bumi, seperti cuaca dan harga gandum. Dengan kata lain, mereka mencatat pengamatan mereka terhadap pertanda-pertanda astronomi dan peristiwa-peristiwa yang telah mereka prediksi.
Pengamatan dan pencatatan yang cermat ini merupakan bagian utama dari sains. Astronomical Diaries disimpan selama lebih dari 700 tahun, diperkirakan menjadikan buku tersebut sebagai proyek ilmiah terlama yang pernah ada.
Jurnal tersebut membantu para juru tulis Babilonia mengambil langkah ilmiah lainnya, seperti memprediksi peristiwa-peristiwa astronomi. Salah satu bagiannya adalah menghitung apa yang disebut orang Babilonia sebagai tahun tujuan: jumlah tahun yang dibutuhkan sebuah planet untuk kembali ke tempat yang sama pada hari yang sama.
Misalnya, mereka menghitung bahwa periode Venus adalah delapan tahun Babilonia. Jadi, jika Venus berada di suatu tempat pada hari tertentu, ia akan berada di tempat dan hari yang sama pada delapan tahun kemudian.
Sekitar abad keempat SM, juru tulis Babilonia mengembangkan pengetahuan ini menjadi sistem prediksi matematis untuk peristiwa astronomi. Mereka membuat tabel yang disebut ‘Ephemeris’ yang menunjukkan kapan peristiwa ini akan terjadi di masa mendatang. Hasilnya, mereka berhasil membuat gerakan matahari, bulan, dan planet-planet menjadi dapat diprediksi.
Perhitungan Seksagesimal
MUL.APIN, Astronomical Diaries, Ephemerides, dan seluruh astronomi Babilonia memiliki dampak besar pada astronom-astronom berikutnya, hingga saat ini.
Astronom Yunani menggunakan pengamatan Babilonia untuk membuat model geometris gerakan planet, bagian dari jalan panjang menuju astronomi modern. Ephemerides merupakan nenek moyang tabel astronomi, yang masih ada hingga saat ini. Seperti NASA yang memiliki tabel gerhana daring yang berlaku hingga tahun 3000.
Namun, hal yang paling familiar dari astronomi Babilonia adalah cara kita menentukan waktu. Bangsa Babilonia tidak menggunakan sistem desimal dengan satuan 10, seperti yang kita lakukan sekarang.
Sebaliknya, mereka menggunakan sistem seksagesimal, dengan satuan 60. Pengamatan Babilonia sangat penting sehingga orang-orang di kemudian hari tetap menggunakan satuan Babilonia untuk astronomi, meskipun mereka menggunakan sistem satuan berbasis 10 untuk hal-hal lainnya.
Sistem seksagesimal ini ditemukan dalam kehidupan sehari-hari kita, seperti perhitungan satu jam yang memiliki 60 menit, dan satu menit memiliki 60 detik. Ini merupakan salah satu pengaplikasian cara pengukuran yang dipertahankan dari astronomi Babilonia.
Reporter Magang: Devina Faliza Rey