Ilmuwan Ungkap Kera Berlayar dari Afrika ke Amerika Pakai Rakit 35 Juta Tahun Lalu, Ini Buktinya
Penemuan fosil gigi di Peru-Brasil mengungkap migrasi menakjubkan monyet purba dari Afrika ke Amerika Selatan.

Sebuah penemuan fosil gigi di dekat perbatasan Peru dan Brasil telah mengungkap sebuah kisah migrasi yang luar biasa: perjalanan epik kera purba dari Afrika ke Amerika Selatan jutaan tahun lalu. Fosil gigi tersebut, milik spesies monyet yang telah punah bernama Ucayalipithecus perdita, menunjukkan kemiripan yang mencolok dengan spesies monyet Afrika Utara. Perjalanan melintasi Samudra Atlantik ini diperkirakan terjadi sekitar 35 juta tahun lalu, pada zaman Eosen Akhir, menggunakan rakit alami berupa vegetasi yang terbawa arus laut.
Para peneliti meyakini kera-kera kecil ini, seukuran marmoset modern, berhasil menempuh jarak sekitar 1.450 kilometer dengan menumpang rakit alami tersebut, seperti dikutip dari laman All That Interesting, Jumat (21/3).
Ukuran tubuh mereka yang kecil menjadi kunci keberhasilan perjalanan berbahaya ini, karena kebutuhan makanan dan air selama pelayaran menjadi lebih sedikit. Peristiwa alam dahsyat, seperti badai besar atau tsunami, kemungkinan besar menjadi pemicu perjalanan tak terduga ini.
"Ini mungkin alasan mengapa sebagian besar peristiwa penyebaran melalui air yang kita ketahui dalam catatan fosil melibatkan hewan yang sangat kecil," jelas penulis studi, Erik Seiffert.
Seiffert menemukan empat gigi fosil dari kelompok primata kedua ini di tepi Sungai Río Yurúa di Peru. Spesies yang dimaksud diperkirakan hanya hidup di Afrika sampai ahli paleontologi menemukan bukti dari batuan berusia 32 juta tahun.
Rakit Alami
Ahli paleoprimatologi Ellen Miller dari Universitas Wake Forest menjelaskan "gigi parapithecid bersifat khas," sehingga sangat tidak mungkin kera atau hewan lain dapat menumbuhkan gigi seperti yang ditemukan dalam fosil di Peru.
Sementara itu, rakit yang digunakan bukan seperti buatan manusia tapi potongan-potongan tanah yang terlepas dari garis pantai dalam kondisi cuaca yang buruk. Primata kecil yang pandai itu kemudian menaiki pulau-pulau kecil yang mengapung ini dan menggunakannya sebagai alat transportasi.
Menurut para peneliti, kombinasi faktor, termasuk ukuran tubuh yang kecil, kemampuan beradaptasi yang tinggi, dan keberuntungan dalam menghadapi kondisi alam yang ekstrem, memungkinkan mereka untuk menyelesaikan perjalanan ini.
Jarak antara benua Afrika dan Amerika Selatan pada zaman Eosen Akhir lebih dekat daripada sekarang, yang mungkin memudahkan perjalanan ini. Namun, tetap saja, perjalanan tersebut merupakan tantangan yang luar biasa bagi makhluk kecil ini. Mereka harus menghadapi badai, gelombang tinggi, dan kelangkaan makanan dan air selama berhari-hari, bahkan berminggu-minggu.