Pecahan Tengkorak Berusia 210.000 Tahun Ditemukan di Yunani, Arkeolog Ungkap Sosoknya
Tengkorak ini ditemukan terjepit di dinding teratas Gua Apidima di Yunani.
Tengkorak ini ditemukan terjepit di dinding teratas Gua Apidima di Yunani.
-
Dimana fosil Homo sapiens tertua ditemukan? Sebelum ini, fosil Homo sapiens tertua disebut berasal dari 195.000 tahun lalu yang ditemukan di situs Omo Kibish, Etihopia dan berasal dari 160.000 tahun lalu yang ditemukan di Herto, Ethiopia.
-
Siapa yang menemukan Fosil Manusia Purba? Para peneliti berhasil mengekstrak 13 genom dari gua batu Oakhurst, Afrika Selatan.
-
Dimana Fosil Manusia Purba ditemukan? Situs arkeologi batu Oakhurst berada di dekat kota George di pantai selatan Afrika Selatan. Tempat ini terletak di tebing batu pasir di Lembah yang subur dengan pohon-pohon yellowwood.
-
Dimana fosil nenek moyang manusia ditemukan? Dua fosil Laos--berupa tulang kaki dan bagian dari tulang tengkorak kepada--ditemukan di Gua Tam Pa Ling. Situs arkeologi itu ditemukan pada 2009 ketika bagian lain dari tengkorak kepala itu ditemukan.
-
Kapan Fosil Manusia Purba ditemukan? Para peneliti berhasil mengekstrak 13 genom dari gua batu Oakhurst, Afrika Selatan. Genom-genom tersebut mencakup DNA purba tertua di wilayah tersebut hingga saat ini dari dua individu yang hidup sekitar 10.000 tahun lalu.
Pecahan Tengkorak Berusia 210.000 Tahun Ditemukan di Yunani, Arkeolog Ungkap Sosoknya
Pecahan tengkorak ditemukan di sebuah gua di Yunani selatan. Ternyata tengkorak ini adalah bukti paling awal keberadaan Homo sapiens di luar Afrika, menurut para ilmuwan.
Pada 1978, arkeolog melakukan penggalian di Gua Apidima di Semenanjung Mani, Yunani dan menemukan dua fosil penting: pecahan tengkorak dan tulang rahang. Fosil ini awalnya diperkirakan milik manusia Neanderthal, spesies manusia purba yang mendominasi Eropa pada Zaman Paleolitukum Pertengahan.
Namun setelah penelitian ulang pada 2019, usia fosil ini ternyata jauh lebih tua dari yang diperkirakan sebelumnya dan terungkap fosil ini milik Homo sapiens, spesies manusia modern anatomis pertama.
Dikutip dari Greek Reporter, tim peneliti mengatakan tengkorak tersebut berusia sekitar 210.000 tahun atau 150.000 tahun lebih tua dari fosil Homo sapiens tertua yang ditemukan di Eropa dan contoh manusia modern tertua ketiga yang diketahui.
Tengkorak kedua ditemukan di lokasi yang sama diperkirakan berusia 170.000 tahun milik manusia Neanderthal. Neanderthal menyebar di Eropa sampai 40.000 tahun lalu, ketika Homo sapiens mengambil alih.
Upaya awal untuk menentukan usia tengkorak tidak meyakinkan karena tengkorak ditemukan terjepit di dinding gua paling atas dan mungkin tercampur oleh semburan lumpur.
Peneliti Yunani, Katerina Harvati, Direktur Paleoantropologi di Universitas Eberhard Karls Tübingen di Jerman, dan rekan-rekannya menemukan pecahan tengkorak yang relevan di Museum Antropologi di Universitas Athena.
Keduanya dikenali sebagai fosil manusia tetapi belum diberi tanggal atau dianalisis dengan benar. Dr Harvati dan timnya kini telah melakukannya, menggunakan rekonstruksi komputer, sebuah teknik yang tidak tersedia bagi para penemu aslinya.
Tim peneliti akhirnya membuat rekonstruksi virtual bagian tengkorak dan menggunakan metode penanggalan radiometrik – metode yang menganalisis peluruhan uranium untuk menentukan usia. Tantangan yang kini dihadapi para ilmuwan adalah mencari tahu bagaimana Apidima 1 cocok dengan sejarah kuno kita.
Selama dua dekade terakhir, para peneliti telah mengumpulkan banyak bukti yang menunjukkan bahwa populasi manusia yang tinggal di luar Afrika saat ini, semuanya merupakan keturunan dari kelompok kecil migran yang meninggalkan benua tersebut sekitar 70.000 tahun yang lalu. Dr Harvati mengatakan, Apidima 1 merujuk pada ekspansi awal Homo sapiens dari Afrika menuju Eropa.
Gelombang migrasi manusia purba ini mungkin berkembang pesat di luar Afrika karena mereka membawa peralatan yang lebih baik. Yunani mungkin merupakan tempat yang baik untuk menguji gagasan ini. Eropa Tenggara mungkin berfungsi sebagai koridor bagi berbagai jenis manusia yang pindah ke Eropa, serta tempat perlindungan ketika gletser zaman es menutupi seluruh benua.
“Ini adalah hipotesis yang harus diuji dengan data di lapangan,” kata Dr. Harvati.
Foto: University of Tübingen
“Dan ini adalah tempat yang sangat menarik untuk dilihat.”
“Penemuan ini menyoroti pentingnya Eropa Tenggara bagi evolusi manusia."
Katerina Harvati, Direktur Paleoantropologi di Universitas Eberhard Karls Tübingen, Jerman.