Mengapa Ada Tujuh Hari Dalam Sepekan? Begini Sejarahnya
Penentuan jumlah hari dalam sepekan tidak terkait seratus persen dengan benda langit.

Tujuh hari dalam seminggu telah digunakan dalam sistem penanggalan selama ribuan tahun, digunakan di berbagai wilayah seperti China, India, Timur Tengah, dan Eropa.
Tidak seperti bulan atau tahun, yang terkait erat dengan peristiwa astronomi, penentuan jumlah hari dalam sepekan tidak terkait seratus persen dengan benda langit. Penentuan ini sekitar 23 persen dari bulan lunar, namun telah digunakan secara luas selama berabad-abad.
Gagasan tentang tujuh hari dalam seminggu berasal dari orang Babilonia, yang merupakan astronom terampil. Sekitar tahun 2300 SM, Raja Sargon I dari Akkad meresmikannya.
Orang Babilonia memandang angka tujuh sebagai sesuatu yang istimewa. Sebelum teleskop, mereka mengidentifikasi tujuh benda langit penting: Matahari, Bulan, dan lima planet yang terlihat tanpa alat apa pun.
Bukan suatu kebetulan bahwa ada tujuh hari dalam seminggu; setiap hari diberi nama berdasarkan salah satu benda langit, yang mereka yakini berkeliaran di langit. Struktur ini kemudian mempengaruhi penamaan hari dalam banyak bahasa, seperti dikutip dari Greek Reporter, Kamis (26/9).
Misalnya, hari Minggu atau Sunday diambil dari kata "Sun" (Matahari) dan Sabtu atau Saturday diambil dari nama Saturnus. Pengaruhnya juga terlihat dalam bahasa Romawi, dimana “Martes” (Selasa) berasal dari Mars, dan “Jueves” (Kamis) dari Jupiter.
Mitologi Nordik juga berperan dalam bahasa Inggris, dengan nama Kamis (Thursday) diambil dari nama Thor, dewa petir, dan Rabu (Wednesday) diambil dari nama dewa Woden.
Penetapan 24 Jam Sehari

Tujuh hari seminggu juga berakar pada agama. Dalam Yudaisme, kisah dalam kitab Kejadian mengatakan bahwa Tuhan beristirahat pada hari ketujuh, yang menjadikan minggu itu strukturnya kekal.
Sementara itu, penetapan sehari ada 24 jam berasal dari zaman Mesir Kuno. Orang Mesir kuno yang pertama membagi hari menjadi 24 bagian. Mereka membagi waktu antara matahari terbit dan terbenam menjadi 12 jam, lalu melakukan hal yang sama pada malam hari, dari matahari terbenam hingga matahari terbit. Sistem ini memberi kita waktu 24 jam yang masih kita gunakan sampai sekarang.
Pembagian jam menjadi 60 menit dan menit menjadi 60 detik kemungkinan besar berasal dari angka 60 yang sangat berguna untuk perhitungan. Angka 60 dapat dengan mudah dibagi dengan banyak angka yang lebih kecil, seperti 2, 3, 4, 5, 6, 10, 12, 15, 20, dan 30. Hal ini membuatnya praktis bagi para ahli matematika dan astronom awal, itulah sebabnya mengapa angka ini digunakan. telah digunakan selama berabad-abad.