Parhalaan, Sistem Penanggalan Milik Suku Batak yang Jarang Diketahui
Suku Batak tidak hanya memilik kalender kuno yang digunakan oleh leluhur.
Suku Batak tidak hanya memilik kalender kuno yang digunakan oleh leluhur.
Parhalaan, Sistem Penanggalan Milik Suku Batak yang Jarang Diketahui
Sistem penanggalan tentunya sudah ada sejak ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu. Beberapa suku di dunia telah menentukan sistem kalendernya yang masih berkonsep tradisional. Tak terkecuali, orang Batak ternyata membuat kalendernya sendiri.
Parhalaan adalah sebuah lembaran surat berbahan kulit kayu yang berisikan tentang kalender untuk mengetahui waktu, mulai dari nama bulan sampai nama hari yang baik atau buruk.
Dari Parhalaan ini, leluhur Batak bisa menentukan waktu agar bisa menjalankan prosesi kegiatan tertentu.
-
Apa yang unik dari kalender Jawa? Kalender Jawa merupakan hasil dari perpaduan berbagai tradisi dan pengaruh, termasuk Hindu, Islam, serta budaya asli Jawa.
-
Kapan Aksara Batak mulai memudar? Aksara Batak sendiri mulai muncul sejak abad ke-18. Semua itu berubah ketika ajaran agama masuk ke daerah Sumatera dan mempengaruhi banyak orang.
-
Bagaimana Aksara Batak menyebar? Kemudian, aksara ini menyebar hingga ke bagian utara hingga membentuk aksara purba Toba-Timur-Simalungun.
-
Siapa yang menjaga tradisi Batak? Desa ini adalah tempat di mana tradisi adat Batak masih dijaga dengan baik.
-
Apa makna tradisi Marpege-pege bagi masyarakat Batak Angkola? Marpege-pege merupakan salah satu bentuk dari rasa solidaritas, saling membantu dan toleransi antar anggota keluarga dan masyarakat khususnya dalam upacara perkawinan.
-
Siapa yang menjalani ritual adat Batak? Chen Giovani menjalani ritual adat Batak menjelang pernikahannya dengan Fritz Hutapea.
Seperti apa penanggalan orang Batak? Simak rangkuman informasinya yang dihimpun dari beberapa sumber berikut ini.
Filosofi Parhalaan
Parhalaan terdiri dari 12 bulan yang masing-masing berjumlah 30 hari. Sistem penanggalan ini cenderung digunakan untuk meramalkan hari-hari kedepannya.
Maka, orang Batak zaman dahulu tidak mengenal kalender angka.
Mengutip dari situs oif.umsu.ac.id, kalender Batak ditentukan pada fenomena alam bernama bulan.
Sudah begitu lama orang-orang Batak tertarik pada ilmu-ilmu perbintangan atau astrologi.
Berbeda dengan kalender masehi, Parhalaan lebih digunakan untuk menentukan hari baik dan buruk serta dikaitkan dengan benda-benda langit.
Dalam praktiknya, orang Batak menghitung hari dengan cara melihat pola-pola benda langit seperti bulan, matahari, dan bintang. Pemantauan yang mereka lakukan ini akhirnya diubah menjadi pemetaan numerik yang dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari.
Penentuan Penanggalan Batak
Setiap tanggal 15 pertengahan bulan, para Guru dan Datu Batak menyadari jika terjadi Bulan Purnama.
Sehingga setiap tanggal pertengahan bulan dinamakan 'Tula'. S
Setiap bulan yang terdiri dari 4 minggu dengan diberi nama hari yang berbeda-beda.
Setiap minggunya penanggalan Parhalaan memiliki nama hari yang berbeda-beda, mulai dari minggu pertama, kedua, hingga seterusnya.
Contoh, pada minggu pertama diberi nama 'Artia', lalu minggu kedua bernama 'Aek' begitu seterusnya.
Nama Hari Batak
Dalam sistem penanggalan Batak, terdapat 30 nama hari yang terbagi dalam empat jenis.
Pada minggu pertama, kedua, ketiga berjumlah 7 hari. Sedangkan minggu keempat berjumlah 9 hari. Berikut jenis nama-nama hari yang dihimpun dari beberapa sumber:
Hari Suku Batak Minggu Ketiga:
- Tula (Bulan Purnama)
- Suma ni Holom
- Anggara ni Holom
- Muda ni Holom
- Boraspati ni Holom
- Sikkora Maraturun
- Samisa Mora Turu
Hari Suku Batak Minggu Keempat:
- Attian ni Anggara
- Sumani Mate
- Anggara ni Begu
- Muda ni Mate
- Boraspati ni Gok
- Sikkora Duduk
- Samisara Bulan Mate
- Hurung
- Li.
Bulan Batak
Setiap tahunnya terdapat 12 bulan yang disebut Bulan Batak atau 'Dalihan Na Tolu'. Setiap bulannya terdiri dari nama-nama khusus yang masih berkaitan dengan fenomena alam, kehidupan harian, sampai budaya batak itu sendiri.
Berikut nama-nama bulan yang menurut penanggalan Batak atau Parhalaan yang dihimpun dari beberapa sumber:
- Marumba (9 Februari - 10 Maret)
- Mena (11 Maret - 12 April)
- Gorda (13 April - 14 Mei)
- Marsoba (15 Mei - 16 Juni)
- Nituna (17 Juni - 18 Juli)
- Makara (19 Juli - 20 Agustus).
- Babiat (21 Agustus - 22 September)
- Hania (23 September - 24 Oktober)
- Tola (25 Oktober - 26 November)
- Martiha (27 November - 28 Desember)
- Dano (29 Desember - 30 Januari)
- Harahata (31 Januari - 8 Februari).