Mengenal Keuneunong, Sistem Penanggalan Kuno Suku Kluet Aceh saat Musim Tanam
Keuneunong ini diadaptasi dari zaman Sultan Iskandar Muda di mana saat itu Kerajaan Aceh memiliki sistem penanggalan sendiri yang berbeda dengan kalender Masehi

Keuneunong ini diadaptasi dari zaman Sultan Iskandar Muda di mana saat itu Kerajaan Aceh memiliki sistem penanggalan sendiri yang berbeda dengan kalender Masehi.

Mengenal Keuneunong, Sistem Penanggalan Kuno Suku Kluet Aceh saat Musim Tanam
Keuneunong atau Keunong merupakan sistem penanggalan yang masih digunakan oleh Suku Kluet di Provinsi Aceh. Sistem penanggalan ini ditentukan oleh arah angin, peredaran matahari, dan musim untuk keperluan bercocok tanam. Menentukan waktu tanam bagi masyarakat Suku Kluet sangatlah penting. Terutama mengetahui kapan musim kemarau dan musim hujan tiba agar tidak dilanda kekeringan atau gagal panen.
Keuneunong ini diadaptasi dari zaman Sultan Iskandar Muda di mana saat itu Kerajaan Aceh memiliki sistem penanggalan sendiri yang berbeda dengan kalender Masehi.

Asal Usul
Melansir dari beberapa sumber, Suku Kluet yang mayoritas tinggal di wilayah Aceh Selatan ini memiliki mata pencaharian sebagai petani.
Pekerjaan menanam padi dan tanaman lainnya sudah menjadi profesi turun-temurun.
Dari segi geografis, suku ini berada di empat kecamatan, yaitu Kecamatan Kluet Selatan, Kluet Utara, Kluet Timur, dan Kecamatan Kluet Tengah. Jarak perkampungan mereka jauh dari ibu kota.
Suku Kluek yang memiliki bahasa ibu yaitu Bahasa Kluek, menuntut masyarakat setempat untuk mengetahui sistem penanggalan yang tetap untuk menanam benih. Suku Kluek mengenalnya dengan Keuneunong.

Menentukan Sistem Tanggal
Ada beberapa versi dalam praktik sistem penanggalan Keuneunong ini. Mengutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, di Aceh Besar dalam menentukan tanggal itu dilakukan oleh seorang Teungku yang ahli di bidang penanggalan.Teungku akan menetapkan sebuah angka yang menunjuk kepada jumlah bulan. Misalnya angka 25. Kemudian ditentukan salah satu bulan, misalnya bulan Agustus yang berarti bulan 8, dan kemudian angka itu dikali dengan 3 menjadi 24, lalu angka 25 dikurangi dengan 24, sisa 1. Angka 1 itu dipandang sebagai keunong sa (keuna satu) untuk bulan Agustus, dan dengan demikian keunong dua untuk bulan September, dan seterusnya.

Tentukan Waktu Menanam
Tak hanya menentukan penanggalan bulan saja, Teungku juga dituntut untuk menentukan kapan Keuneunong yang tepat untuk menanam, apakah pagi, siang, atau malam hari.
Apabila sudah menentukan Keuneunong yang cocok, maka Keuchik memberi tahu masyarakat untuk segera menanam bibit padi. Masyarakat Kluet sangat percaya terhadap Teungku.
Meski sistem penanggalan kuno ini banyak diragukan keakuratannya, namun beberapa fenomena pernah terjadi. Contohnya pada waktu itu masih kemarau yang tidak tepat untuk menabur benih, namun biasanya terbukti bahwa setelah beberapa hari kemudian hujanpun mulai turun.