Cara Unik Petani Pangandaran Usir Hama di Sawah, Gunakan Topeng Hewan Buas
Kesenian Badud menggambarkan cara petani Pangandaran mengusir hama di sawah.
Kesenian Badud menggambarkan cara petani Pangandaran mengusir hama di sawah.
Cara Unik Petani Pangandaran Usir Hama di Sawah, Gunakan Topeng Hewan Buas
Ketukan angklung dan kendang bambu tradisional jadi pengiring Badud. Di daerah asalanya Kabupaten Pangandaran, kesenian Sunda ini menggambarkan cara petani untuk mengusir hama di sawah. Uniknya, para pelakon menggunakan topeng hewan buas sembari menari mengikuti irama musik.
-
Bagaimana masyarakat Baduy menjaga keasrian alam di kampung mereka? Salah satu upaya menjaga keasrian alam adalah melalui kegiatan bertaninya dengan sistem huma. Warga hanya boleh panen satu kali dalam satu tahun, dan merawat tanaman hasil buminya dengan tidak menggunakan pupuk kimia.
-
Bagaimana cara Suku Baduy menggunakan daun rane? Selesai mandi, daun rane disiapkan lalu ditumbuk halus. Tidak ada durasi pasti untuk menumbuknya. Namun, semakin halus semakin baik. Kemudian daun tersebut bisa diusapkan ke wajah secara merata, sampai seluruh wajah tertutup dengan daun rane halus itu. 'Ini sampai halus, setelah halus dipakaikan langsung ke muka, sambil digosok-gosok, kayak gini, lalu diamkan selama 10 menit, ' kata Asep.
-
Apa yang dimakan petani Pangandaran? Mereka cukup memanfaatkan alam sekitar demi mendapat bahan makanan.
-
Apa keunikan dari Pupuik Batang Padi? Bentuknya Mirip Corong, Intip Keunikan Alat Musik Pupuik Batang Padi Khas Minang Alat musik yang satu ini masuk dalam kategori alat musik tiup.
-
Kenapa petani Pangandaran makan daun? 'Biasanya kang Syarif ini memanfaatkan yang ada di hutan ya kayak papaya hutan, kacang-kacangan juga,' kata kreator video, Jerry saat mengikuti Syarif berburu makan siang.
-
Di mana petani Pangandaran tanam sayur? Mereka harus berjalan jauh dari tempat tinggal, bahkan harus menginap di saung-saung yang dibangun untuk beristirahat dan mengumpulkan hasil panen sayur dan buah.
Pertunjukan Badud
Mengutip laman Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), Kamis (19/10), Badud merupakan kesenian teater rakyat tradisional.
Ini karena adanya unsur musikal, memakai kostum hewan-hewan buas dan menirukan gerakannya saat berada di ladang.
Kesenian Badud berhasil dilestarikan oleh warga di Desa Margacinta, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran.
Menggunakan kostum hewan buas untuk usir hama
Penggunaan kostum hewan buas dalam pertunjukan Badud dilakukan untuk melakukan pengusiran terhadap hama.
Kostum hewan yang digunakan menggambarkan peran hewan-hewan yang biasa berinteraksi dengan tumbuhan yang ditanam petani.
Beberapa hewan tadi di antaranya harimau yang berfungsi sebagai pelindung dan raja hutan. Celeng dan monyet, pemakan buah dan sayur petani. Serta hewan-hewan lainnya.
Harimau mengusir celeng dan monyet
Menurut salah satu pelaku seni Badud, Haji Adwid di Pangandaran. Hewan-hewan yang ditampilkan di kesenian tersebut merupakan hewan yang biasanya menjadi perusak pertanian.
Sedangkan harimau, justru menjadi penolong, karena ketika harimau muncul, kawanan monyet dan celeng atau babi hutan tak berani menyentuh padi.
“Dulunya banyak sekali hama di sawah, ada celeng, ada monyet dan perusak lainnya. Sedangkan adanya macan yang biasa disebut raja hutan. Setelah dibantu leluhur, macan itu akan mengusir hama-hama tadi,” katanya, mengutip YouTube Andi Sukmayandi.
Hiburan para petani
Seni Badud sebelumnya muncul atas inisiatif dari para petani di Pangandaran yakni Aki Ardasim dan keturunannya Aki Ajot di tahun 1800-an.
Mereka memainkan ini untuk mengusir lelah, lantaran menunggu sawah di hutan agar tak diserang hama.
Lama kelamaan, kesenian ini terus dikembangkan melalui penambahan angklung agar lebih harmonis.
Seni Badud di era sekarang
Untuk saat ini seni Badud masih dipertahankan oleh para pegiat seni di Pangandaran, khususnya Desa Margacinta.
Fungsinya kini bertambah sebagai media hiburan di musim panen oleh para petani setempat.
Pementasan biasanya digelar sembari mengiringi pemilik sawah mengantarkan padi ke Leuit atau rumah penyimpanan tani tradisional.
Sepanjang pengangkutan berlangsung, kesenian ini tidak berhenti ditabuh. Bahkan, pemain yang memakai kostum hewan tak jarang kesurupan. Untuk itu di sana turut dilibatkan tokoh agama.
Upaya pelestarian
Sayangnya kesenian Badud sempat hampir punah di paruh tahun 2013, karena warga mulai menggesernya dengan kesenian modern.
Agar bisa tetap lestari, warga Margacinta mulai berinisiatif menghidupkannya lagi dengan mendirikan padepokan bernama Padepokan Seni Badud Rukun Sawargi. Penamaan ini terkait dari asal-usul nama Badud yakni Budaya Asli Urang Deukeut Jeung Dulur.
Kesenian Badud juga sudah mulai dijadikan sebagai ekstrakurikuler dari sekolah-sekolah yang ada di Margacinta.