Mengenal Sandur Bojonegoro Tuban, Hiburan Petani usai Seharian Kerja Pentasnya hingga Dini Hari
Sandur dulunya hiburan petani usai lelah seharian bekerja. Kesenian ini terdiri dari banyak cerita yang tidak bakal habis dipentaskan hingga pagi.
Pertunjukan Sandur kerap digelar di tanah lapang sebagai ungkapan syukur atas hasil panen yang didapat.
Mengenal Sandur Bojonegoro Tuban, Hiburan Petani usai Seharian Bekerja Dipentaskan hingga Dini Hari
Sandur yang dikenal di Kabupaten Bojonegoro dan Tuban dulunya hiburan petani usai seharian bekerja di sawah. Kemudian berkembang menjadi produk kesenian yang biasa dipentaskan untuk upacara ritual.
Asal-usul
Pertunjukan Sandur kerap digelar di tanah lapang sebagai ungkapan syukur atas hasil panen yang didapat. Para seniman meyakini Sandur sudah ada sejak zaman kerajaan dan terkait dengan animisme.
-
Bagaimana Seni Tani mendapatkan pemasukan? Kepastian pendapatan dari hasil penjualan hasil tani dilakukan melalui pendekatan sistem CSA (Community Supported Agriculture),
-
Apa yang dilakukan Artis Tanam Benang? Tanam benang, juga dikenal sebagai 'thread lift' atau 'thread lifting', telah menjadi rahasia kecantikan kulit wajah para penyanyi ternama di Tanah Air.
-
Siapa yang memainkan angklung saat panen raya? Selain itu, ada kelompok masyarakat yang memainkan musik angklung saat panen raya tersebut dengan tujuan menghibur atau memeriahkan.
-
Kenapa Seni Tani dibuat? Seni Tani lahir dari kegelisahan para pemuda, terutama saat terjadinya pandemi Covid-19 pada 2020 lalu. Ketika itu, masyarakat banyak kesulitan mendapat pangan murah. Belum lagi para pemuda yang kesulitan mencari pekerjaan.
-
Bagaimana buruh Jawa bekerja di perkebunan? Hampir seluruh kuli yang didatangkan ini rata-rata masih di usia yang cukup muda. Mereka yang berangkat ke Pulau Sumatera adalah orang-orang yang siap bekerja di perkebunan dengan sistem kontrak atau biasa disebut dengan istilah Koeli Kontrak.
-
Dimana Seni Tani berlokasi? Saat ini, sejumlah lahan di wilayah Arcamanik telah disulap dan menjadi pertanian kota yang teritegrasi.
Beragam Arti
Kata Sandur berasal dari kata san yang berarti selesai panen (isan) dan dhur yang artinya ngedhur (sampai habis).
Ada juga yang mengatakan bahwa Sandur berasal dari Bahasa Belanda, yakni dari kata son (anak-anak) dan door (meneruskan).
Versi lain lagi menyebutkan bahwa Sandur adalah akronim sandiwara ngedhur karena kesenian itu terdiri dari berbagai macam cerita yang tak habis sampai pagi tiba. Ada pula yang menyebut Sandur berasal dari kata beksan dan mundur.
Sandur adalah seni pertunjukan rakyat sederhana. Di dalamnya ada unsur cerita (drama), tari, karawitan, akrobatik (kalongking), juga terdapat unsur-unsur mistis. Konon setiap pementasan Sandur menghadirkan danyang (roh halus).
(Foto: Faizal Insani)
Pementasan Sandur dilakukan di tanah lapang, dibatasi pagar tali berbentuk bujur sangkar dengan ukuran 8 x 8 meter yang disebut Blabar Janur Kuning, diberi hiasan lengkungan janur kuning dan digantungi aneka jajan pasar, ketupat dan lontong ketan atau lepet. Dua batang bambu ditancapkan dengan ketinggian sekitar 10-12 meter. Di antara bambu tersebut dipasang tali besar yang menghubungkan keduanya untuk adegan Kalongking. Tata cahaya menggunakan obor mrutu sewu, yaitu sejenis obor dengan lubang untuk menyalakan api berjumlah lebih dari tiga buah.
Obor yang terbuat dari bambu dipasang di sekeliling arena pertunjukan. Selanjutnya dibacakan mantera dan sesaji dengan tujuan acara dapat berjalan lancar dan sukses. Sesaji yang dipersiapkan antara lain, beras, dupa, cikalan yang bagian tengahnya diberi gula merah, kembang setaman dan kembang boreh.
Waktu Pentas
Pertunjukan Sandur tidak memiliki batas waktu tertentu. Biasanya dipentaskan antara 3-5 jam dan dimulai pada malam hari mulai pukul 21.00 WIB. Selesainya menjelang subuh atau sekitar pukul 03.00 WIB.
Libatkan Banyak Orang
Pementasan Sandur dilakukan oleh sekitar 20-25 orang, yang terbagi dalam peran masing-masing. Dua orang pemain musik atau Panjak Kendang dan Panjak Gong, 10 sampai 15 orang sebagai Panjak Hore, satu orang pemain Jaranan, satu orang Srati (pawang/dukun), lima orang pemeran tokoh (Germo, Cawik, Pethak, Balong, Tangsil) dan satu orang pemain Kalongking. Tokoh Balong, Pethak, Cawik dan Tangsil diperankan oleh empat anak laki-laki yang belum sunat. I
Instrumen musik yang digunakan adalah Gong Bumbung dan sebuah Kendang Batangan/Ciblon yang dibantu Panjak Hore yang berperan sebagai pelantun tembang serta tukang senggak. Tembang yang digunakan dalam Sandur sangat fungsional, selain sebagai pengiring keluar-masuknya pemain juga sebagai mantera pemanggil roh halus.
Sandur terdiri dari delapan adegan dalam tiga babak. Setiap pergantian babak ditandai dengan tembang yang dilantunkan oleh Panjak Hore. Fungsi lain tembang yakni menjadi narasi perjalanan tokoh peran.
Sandur hanya mempunyai satu cerita yakni tentang pertanian. Cerita ini didasarkan pada cerita turun-temurun dan mitos yang berkembang di daerah tersebut.
Pertunjukan Sandur biasanya dilakukan dengan berjalan memutar searah jarum jam. Bahasa yang digunakan yakni bahasa Jawa Ngoko, namun ada kalanya menggunakan Bahasa Jawa Krama. Di sela-sela pementasan ada parikan atau pepatah yang disampaikan seperti cangkriman dan dandang gulo. Pepatah ini berusaha menasehati manusia sebagai makluk sosial tidak boleh semena-mena, harus berhati-hati, tidak boleh sombong dan harus hidup bergantian dengan yang lain.
Ceritra dalam Sandur
Kesenian ini berisi tentang kehidupan masyarakat pertanian tradisional yang di dalamnya terdapat berbagai macam kejadian. Ada tahapan yang menceritakan kehidupan manusia dari dalam kandungan hingga meninggal dunia. Selama hidup di dunia mereka mengerjakan lahan pertanian mulai dari membersihkan sawah, menanam padi, hingga panen. Kesenian ini juga banyak menceritakan sifat manusia.
Salah satu sifat manusia yakni bersyukur. Pengungkapan rasa syukur diejawantahkan dalam pentas Sandur. keberadaan sajen dalam pentas tersebut sebagai wujud rasa syukur dan terima kasih kepada leluhur. Selain itu, sajen juga jadi bentuk doa masyarakat memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, agar selalu diberi kesehatan dan dimudahkan rezekinya.
Perkembangan
Adegan puncak yang paling ditunggu adalah Kalongking. Seorang pemain memanjat bambu dan bermain akrobat di sebuah tali yang dibentangkan di antara dua bambu. Ia kemudian turun melalaui bambu satunya dengan posisi kepala di bawah.
Dalam perkembangan terakhir, ketika Sandur menjadi seni pertunjukan, adegan ini dihilangkan. Cerita juga sudah berkembang mengangkat persoalan kekinian dan menggunakan naskah tertulis.
Masa Emas
Kesenian ini mengalami kejayaan pada tahun 1960-an. Hampir setiap desa di Bojonegoro memiliki kelompok kesenian sandur, juga di Tuban dan Lamongan. Usai peristiwa G30S kesenian Sandur mengalami kemunduran drastis. Saat itu, kesenian ini dicurigai disusupi Lembaga Kesenian Rakyat (Lekra) yang berafiliasi dengan PKI.
(Foto: Faizal Insani)
Kebangkitan
Pada tahun 1978 kesenian ini muncul kembali. Kemudian pada tahun 1993 Sandur mulai dipentaskan kembali pada festival kesenian rakyat. Cerita yang tertulis dalam bentuk teks/naskah pertama kali dibuat pada tahun 1993 saat Sandur mengikuti pagelaran di Taman Mini Indonesia Indah. Di dalam naskah ini, tertulis urutan keluar masuknya para tokoh peran dan urutan tembang yang disajikan. Sutradara dalam Sandur biasanya berperan sebagai tokoh Germo yang berfungsi sebagai dalang sekaligus dukun yang mengobati para pemain Jaranan.