Mengenal Kliningan Bajidoran, Tarian Kuno “Pemikat” asal Subang yang Bikin Penonton “Terhipnotis”
Pertunjukannya selalu dinanti dan bisa “menghipnotis” penonton. Bahkan, mereka juga rela berdandan ala koboy sampai badut saat menari Kliningan Bajidoran.
Hentakan kendang dan merdunya penyanyi sinden, jadi ciri khas Kliningan Bajidoran, sebuah seni kuno asal Kabupaten Subang, Jawa Barat. Pertunjukkan ini selalu dinanti dan konon mampu “menghipnotis” para penontonnya.
Sejak 1950-an, kearifan lokal ini selalu menghiasi setiap perkampungan di wilayah utara Jawa Barat. Aksi sinden dan penabuh alat musik yang hiperaktif, membuat penampilan panggungnya selalu ditunggu penonton setia.
-
Dimana Kesenian Kutukuprak di Sumedang dulunya sering dipentaskan? Sebelumnya, kesenian ini lahir dan dirawat oleh warga di wilayah Jatigede dan sekitarnya yang sering dipentaskan.
-
Apa keunikan Ketinting Kiluan? Dimensi Kapal Ketinting Kiluan ini memiliki standar ukuran dengan panjang 11 meter dan lebar 60 cm. Perahu ini bahan dasarnya terbuat dari kayu Tabuh utuh yang dilubangi dan diserut menjadi bagian lambung perahu. Kayu Tabuh ini sendiri banyak tumbuh di sekitar Pesisir Kiluan.
-
Dimana Kesenian Badud berasal? Di daerah asalanya Kabupaten Pangandaran, kesenian Sunda ini menggambarkan cara petani untuk mengusir hama di sawah.
-
Apa itu Kesenian Badud? Kesenian Badud menggambarkan cara petani Pangandaran mengusir hama di sawah. Ketukan angklung dan kendang bambu tradisional jadi pengiring Badud.
-
Siapa yang menari Babukung? Penarinya disebut bakung, dan berasal dari desa tetangga.
-
Kenapa tarian Babukung dilakukan? Meski dilaksanakan pada momen kedukaan, namun makna dari tradisi ini baik, yakni menghibur tuan rumah. Kemudian tradisi ini merupakan ungkapan doa dari warga sekitar agar yang meninggal diberikan tempat yang layak oleh Tuhan.
Boleh dibilang, kesenian ini populer lebih dulu dibanding tari Jaipongan yang banyak beradaptasi dengan musik dangdut di era sekarang. Namun demikian, kesenian ini masih mendapat tempat di kalangan masyarakat sepanjang pantai utara hingga sebagian Jakarta.
Yuk kenalan dengan seni Kliningan Bajidoran yang jadi ikon kesenian di kabupaten berjuluk nanas itu.
Digemari karena Musik dan Sindennya
Mengutip buku Lokalitas, Gender dan Seni Pertunjukan di Jawa Barat oleh Endang Caturwati, Kliningan Bajidoran sempat tumbuh subur di Subang di wilayah sekitarnya seperti Indramayu, Karawang dan Bekasi pada dekade 1960-1980 an.
Di tahun itu, grup-grup serupa bermunculan bak jamur di musim hujan. Masing-masing dari mereka, menawarkan ciri khasnya tersendiri seperti sinden yang merdu, penyanyi yang cantik hingga atraksi pukul kendang yang hiperaktif.
Kemudian, kesenian ini juga mulai menawarkan variasi alat musik yang beragam seperti saron, bonang hingga terompet Sunda yang menarik.
“Ini karena pada pertunjukannya, terdapat banyak unsur tarian dari sinden dan tepak kendangnya, sebagai daya pikat penyajian,” sebut Endang.
Gabungkan Seni Bela Diri Pencak Silat
Dalam beberapa pertunjukkan, Kliningan Bajidoran juga menawarkan atraksi-atraksi unik dari para penarinya. Pencak silat jadi salah satu yang ditampilkan, dengan penarinya yang terkadang perempuan dan memamerkan jurus-jurus pukulan dan tendangan maut.
Itulah mengapa, peran para nayaga atau penabuh alat musik Sunda di sini amat memiliki peran penting. Tanpa mereka, gerakan pencak silat maupun tarian tidak bakal hidup.
“Pada umumnya, gerak tari yang ditampilkan pada Kliningan Bajidoran bersumber dari Tayub, Ketuk Tilu, Banjet, Jaipongan hingga Pencak Silat,” sebutnya.
Bakal Menghipnotis Penonton
Satu hal dari kesenian ini, adalah penonton akan terkena “hipnotis” saat menyaksikan setiap pertunjukuan. Hentakan kendang dan aktifnya sang penari, membuat para penonton secara tak sadar agak ikut berjoget.
Bahkan dengan gaya pikatnya, sinden maupun penari akan dengan mudah menarik penonton tersebut untuk ikut berjoget dengannya.
Para penari biasanya merupakan para laki-laki remaja atau paruh baya, yang hadir dari desa sekitar untuk menyaksikan Klining Bajidoran hingga tengah malam.
Adanya Fans Setia yang Berdandan Nyentrik
Keunikan lain dari kesenian ini juga bisa dilihat dari adanya penonton fanatik yang selalu hadir dalam setiap pertunjukkannya. Mereka datang berkelompok dan dari kalangan anak muda.
Uniknya, para penonton setia ini berupaya berdandan nyentrik dengan berpakaian koboy, batik sampai menjadi badut. Namun ia juga tak sekedar hadir, karena biasanya penonton ini akan menyawe sejumlah uang mulai dari belasan ribu sampai jutaan rupiah.
“Di panggung para penonton ini berdandan aneh-aneh, ada yang berpakaian lengkap layaknya jawara, bermake up khas badut hingga topi khas koboy dengan gerakan tari yang aneh-aneh,” tambahnya.
Nama Klining Bajidoran dari Sebuah Alat Musik
Merujuk warisanbudaya.kemdikbud.go.id, penamaan Kliningan Bajidoran disebut berasal dari kliningan yakni seperangan gamelan dalam karawitan Sunda.
Sedangkan bajidor merupakan kelompok penonton yang rela ikut menari bersama sinden di atas panggung. Kedua unsur ini kemudian dilengkapi dengan lagu yang ceria, dan beberapa adalah dangdut.
Kleningan Bajidoran biasa digelar siang atau malam, sesuai permintaan penyelenggara selaku pemilik hajat pernikahan atau khitanan.
Pertunjukan ini tidak memiliki alur baku, namun umumnya terdiri dari beberapa babak: tatalu (persiapan), ijabkabul (upacara pernikahan), sambutan-sambutan, lagu bubuka (lagu pembuka), tari bubuka (tarian pembuka), pakaulan (prosesi), lelang lagu, pesen lagu (pesan lagu), nunjuk bajidor (memperkenalkan bajidor), dan diakhiri dengan penutup. Alur ini dapat bervariasi tergantung pada kebutuhan acara.