Cerita Seni Kutukuprak yang Punah di Sumedang, Dulu Digelar untuk Hibur Warga yang Ditinggal Wafat Anggota Keluarga
Kesenian Kutukuprak adalah tradisi khas Sumedang yang dapat dikatakan sudah punah.
Kesenian Kutukuprak adalah tradisi khas Sumedang yang dapat dikatakan sudah punah.
Cerita Seni Kutukuprak yang Punah di Sumedang, Dulu Digelar untuk Hibur Warga yang Ditinggal Wafat Anggota Keluarga
Seni Kutukuprak khas Sumedang, Jawa Barat, kini dianggap telah punah. Padahal, tradisi ini amat menarik karena menjadi sarana hiburan bagi warga setempat yang ditinggal wafat anggota keluarganya.
Secara umum, Kutukuprak merupakan seni teater tradisional yang berkembang di wilayah timur Sumedang. Pertunjukannya melibatkan para pemain yang berlakon dan menceritakan kisah sehari-hari. Semakin meriah lantaran ada musik yang mengiringinya.
-
Apa itu Tradisi Cikibung? Dahulu, tradisi Cikibung lazim dilakukan oleh ayah di Kabupaten Subang, Jawa Barat, untuk melindungi anaknya. Tradisi ini biasanya digelar di kawasan leuwi atau sejenis sungai yang cukup dalam pada sore hari. Warga setempat juga menyebutnya sebagai kasidah air, lantaran pemainnya yang merupakan ayah dan anak laki-laki menepuk-nepuk air hingga menghasilkan nada tertentu mirip kasidahan.
-
Dimana tradisi ini dilakukan di Sumedang? Kebiasaan ini masih dijalankan oleh masyarakat di beberapa desa seperti Kadu, Lebaksiuh, Cintajaya, dan Cipicung, Kecamatan Jatigede.
-
Dimana Tradisi Cikibung dilakukan? Tradisi ini biasanya digelar di kawasan leuwi atau sejenis sungai yang cukup dalam pada sore hari.
-
Kenapa Tradisi Cikibung dilakukan? Tradisi Cikibung mulanya dilakukan oleh seorang ayah terhadap anak-anaknya yang tengah belajar mengembala kambing. Agar berani menyeberangi sungai besar, sang ayah akan mendampingi anak-anaknya untuk pelan-pelan melintasi sungai. Di sana sang ayah mulai menepuk-nepuk air di depan anak-anaknya, sekaligus untuk melindungi mereka.
-
Apa tradisi sungkem itu? Tradisi ini dilakukan dengan cara bersimpuh di hadapan orang yang lebih tua sambil mencium tangannya. Biasanya hal ini dilakukan oleh anak kepada orang tuanya sendiri saat Lebaran tiba.
-
Bagaimana tradisi kupatan di Serang dilakukan? Ketupat kemudian dibelah dan dibagikan kepada warga yang sudah hadir di dalam masjid. Masyarakat akan bersama-sama memakan sajian tersebut untuk memeriahkan peringatan Isra Miraj, sekaligus merekatkan tali silaturahmi antar warga.
Sebelumnya, kesenian ini lahir dan dirawat oleh warga di wilayah Jatigede dan sekitarnya yang sering dipentaskan.
Sayangnya setelah wilayah tersebut ditenggelamkan untuk dijadikan bendungan, Kutukuprak sudah tidak pernah terdengar lagi kehadirannya.
Berikut secuplik kisah tentang tradisi kuno Sumedang yang kini hilang ditelan modernisasi.
Riwayat Warga Jatigede yang Melestarikan Kesenian Khas Sumedang Larang
Kawasan Jatigede, jadi salah satu tempat yang pernah dijadikan pusat sosial dari Kerajaan Sumedang Larang.
(Foto: Bendungan Jatigede/Disparbud Jabar)
Kekuasaannya dahulu berlangsung 721 – 1580, dan terakhir berada di bawah komando Cirebon.
Di masa itu, warga Jatigede mengadakan berbagai pertunjukan sesuai budaya kerajaan untuk mengenalkan visi misi serta sebagai media hiburan petinggi pemerintahan setempat yang sarat nilai kemasyarakatan.
Karena warga banyak yang menggemari pertunjukan, maka di masa itu lahirlah seniman-seniman yang juga berasal dari petinggi Kerajaan Sumedang Larang.
Kutukuprak yang Punah
Mengutip tayangan di YouTube Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IX berjudul Sisa-Sisa Kesenian Tradisional Jatigede, Kutukuprak jadi salah satu yang kini dikabarkan telah punah.
Di sana disebutkan penyebab punahnya karena terjadinya perubahan sosial masyarakat, terutama setelah wilayah tersebut dijadikan sebagai bendungan.
Warga yang sebelumnya kompak melestarikan warisan nenek moyang kemudian berpencar, sehingga belum ada lagi yang menggerakkan kesenian tersebut agar tidak punah.
Menghibur Warga yang Ditinggal Wafat Anggota Keluarga
Menurut catatan sejarah di tayangan tersebut, kesenian ini juga dikenal dengan Cikuprak. Tidak diketahui pasti asal muasal nama tersebut, termasuk arti Kutukuprak.
Namun secara fungsi diketahui bahwa Kutukuprak merupakan media pertunjukan rakyat untuk menghibur warga yang ditinggal wafat anggota keluarganya.
Bentuknya adalah lelakon dari orang yang didandani dengan karakter tertentu, lalu memparodikannya lewat komedi (banyolan) sebagai pesan penguat dan penyemangat.
“Kesenian Cikuprak atau Kutukuprak ini adalah kesenian khas Sumedang yang dapat dikatakan sudah punah,” tulis narasi di tayangan tersebut.
Tidak Boleh Berduka Secara Berlaruh-Larut
Pertunjukan Kutukuprak atau Cikuprak sebenarnya mengajak warga setempat yang menonton dan meminta warga yang mengalami musibah ditinggal anggota keluarga agar tidak berlaruh dalam kesedihan.
Ini karena apapun yang ada di dunia, baik pangkat, jabatan, harta sampai kehidupan seluruhnya adalah milik sang kuasa.
Dengan kekuatannya, seluruh kenikmatan dunia bisa saja dicabut. Namun bagi orang ikhlas dan tidak berduka secara berlebihan, apa yang sudah pergi akan diganti dengan kebaikan.
“Hiburan yang disampaikan dalam Kutukuprak diharapkan dapat menghibur seseorang yang berduka dan memberi semangat agar bangkit, sehingga bisa menjalani kehidupan seperti sedia kala,” tulis keterangan lagi.