Mengenal Tari Huda-Huda dari Simalungun, Pelipur Lara saat Keluarga Berduka
Tarian ini khusus ditampilkan ketika ada keluarga yang sedang berduka.
Tarian ini khusus ditampilkan ketika ada keluarga yang sedang berduka.
Mengenal Tari Huda-Huda dari Simalungun, Pelipur Lara saat Keluarga Berduka
Tarian Huda-Huda merupakan sebuah kesenian tradisional yang bertujuan untuk menghibur keluarga yang sedang berduka, sekaligus menjadi sarana hiburan bagi pelayat. Tarian yang juga disebut toping-toping ini khusus dipertontonkan ketika ada keluarga yang sedang berduka.
Penasaran dengan keunikan dari tarian yang satu ini? Simak rangkumannya yang dihimpun dari beberapa sumber berikut.
Asal Usul
Melansir dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, , munculnya tari huda-huda ini berawal dari anak raja yang meninggal dunia hingga membuat permaisuri merasa begitu sedih. Bahkan, ia tak rela jika anak satu-satunya itu dimakamkan.
Dari situlah, sekelompok orang mulai mencari cara untuk membujuk permaisuri dan menghibur hatinya yang sedang berduka itu.
-
Apa itu Tari Piriang Suluah? Tari Piriang Suluah ini bukanlah tarian biasa. Kesenian ini menggambarkan kehidupan para petani dan juga gerakannya terinsipirasi dari aktivitas ketika bercocok tanam.
-
Apa itu Tari Sintung? Kesenian ini diperkirakan setua pesantren di kampung Parongpong, Kecamatan Rubaru. Pesantren yang didirikan sekitar abad XVIII. Para santri di pesantren Parongpong, Kecamatan Rubaru ini diajarkan kesenian Sintung.
-
Tari Tanduak menceritakan apa? Melansir dari beberapa sumber, Tari Tanduak ini menceritakan adu kerbau antar masyarakat Pulau Paco di Minangkabau dan utusan dari Kerajaan Majapahit.
-
Dimana Tari Piriang Suluah berasal? Begitu juga dengan para petani di Padang Panjang, Sumatra Barat. Mereka memiliki kesenian tradisional yang terinspirasi dari aktivitas para petani yaitu Tari Piring Suluah.
-
Apa itu Tari Tabut? Tari Tabut merupakan sebuah tari kreasi yang sudah lama eksis di Bengkulu. Kesenian ini diadaptasi dari sebuah upacara ritual agama yang disebut Ritual Tabut.
-
Bagaimana Tari Sintung diekspresikan? Sintung merupakan refleksi jiwa, ungkapan kegembiraan yang diekspresikan dengan cara mengangkat kaki, maupun bergembira ria sambil melompat-lompat disertai pembacaan selawat dan barzanji.
Kemudian, sekelompok orang tadi menciptakan sebuah gerakan dengan menutup muka mereka dengan paruh burung enggang untuk menghibur sang permaisuri.
Selain itu, ada beberapa orang yang memakai topeng berbentuk wajah laki-laki dan juga wajah perempuan. Ada juga di antara mereka yang berinisiatif menambah bunyi-bunyian sebagai pengiring tariannya.
Dari situ, sang permaisuri pun tertarik melihat pertunjukan tersebut dan lupa bahwa anaknya yang meninggal dunia itu akan dimakamkan.
Momen itu dimanfaatkan oleh sang raja untuk sesegera mungkin mengubur anaknya.
Menjadi Tradisi
Saat ini, tari huda-huda sudah menjadi tradisi di masyarakat Simalungun untuk menyambut tondong melayat. tondong sendiri adalah keluarga yang sedang berduka.
Dalam penyambutan itu, seluruh keluarga besar yang berduka menari untuk menyambut tondong. Hal ini bertujuan untuk menghibur keluarga yang sedang berduka.
Seiring perkembangan zaman, tarian ini sudah berubah fungsi menjadi seni pertunjukan hiburan bagi penonton. Bahkan, tradisi ini sudah jarang ditampilkan ketika ada orang lanjut usia yang baru saja meninggal dunia.