Asal-usul Tari Pho Aceh, Diangkat dari Kisah Ibu yang Meratapi Kematian Anaknya
Gerakan-gerakan Tari Pho bervariasi tergantung dari tiap daerah.
Gerakan-gerakan Tari Pho bervariasi tergantung dari tiap daerah.
Asal-usul Tari Pho Aceh, Diangkat dari Kisah Ibu yang Meratapi Kematian Anaknya
Aceh memiliki beragam kesenian tradisional yang berasal dari mitos, legenda, maupun kisah-kisah kehidupan masyarakat di masa lampau. Salah satunya adalah tarian bernama Tari Pho yang berkembang di Aceh bagian Barat dan Selatan.
Melansir dari Institut Seni Budaya Indonesia Aceh, kata 'Pho' berasal dari 'Peubae-po, peubae' yang artinya meratoh atau meuratok yang dalam Bahasa Indonesia berarti meratapi nasib. Hanya saja penyampaiannya dalam bentuk kisah lirih yang mengandung unsur-unsur tragedi. (Foto: budaya-indonesia.org)
-
Tari Tanduak menceritakan apa? Melansir dari beberapa sumber, Tari Tanduak ini menceritakan adu kerbau antar masyarakat Pulau Paco di Minangkabau dan utusan dari Kerajaan Majapahit.
-
Dari mana pengaruh pantun Aceh? Asal-usul pantun Aceh berawal dari pengaruh budaya India Selatan serta Arab yang masuk ke daerah ini melalui jalur perdagangan maritim yang sibuk pada abad ke-13.
-
Apa itu tari tradisional? Tari tradisional adalah tarian yang berkembang dan dilestarikan secara turun temurun di suatu daerah tertentu. Tari tradisional merupakan bagian dari kebudayaan suatu daerah.
-
Apa makna tradisi Boh Gaca di Aceh? Meski pelaksanaan Boh Gaca terkesan rumit dan melibatkan banyak orang, namun tradisi ini merupakan simbol atau melambangkan kecantikan dan kesucian sang pengantin wanita.
-
Bagaimana ciri khas tari tradisional? • Diiringi oleh musik tradisional khas daerah tersebut • Memiliki pakem atau aturan gerakan dasar yang wajib diikuti • Mengandung filosofi yang berassal dari buah pikiran kearifan lokal setempat.
-
Apa kisah utama di balik Tari Batu Cino? Di Sumatra Selatan, terdapat sebuah kesenian drama tari yang mengisahkan kisah cinta sepasang kekasih yaitu Tari Batu Cino.
'Pho' sendiri adalah sebutan atau panggilan terhormat dari manusia kepada Tuhan Yang Maha Esa atau kepada seseorang yang dimuliakan, contohnya seperti raja.
Lantas, bagaimana asal-usul munculnya Tarian Pho khas Aceh Barat dan Selatan? Simak rangkuman informasinya yang dirangkum merdeka.com berikut ini.
Meratapi Kepergian Sang Anak
Tarian Pho diangkat dari sebuah kisah seorang ibu yang meratapi kematian anaknya di Aceh Barat Daya. Anaknya yang bernama Malelang itu pergi untuk selamanya setelah diganjar hukuman mati oleh penguasa atas tuduhan perbuatan zina kepada calon istrinya, Madion.
Alhasil, Malelang bersama tunangannya itu menerima hukum pancung oleh penguasa. Ketika hendak dihukum, sang ibunda Malelang pun datang dan memohon kepada penguasa untuk mengizinkan anaknya menikah dan melaksanakan pesta tujuh hari tujuh malam.
Permintaan sang ibunda tersebut akhirnya mendapat persetujuan dari penguasa. Kemudian, Malelang meminta dibuatkan sambal bungong crot. Malelang dan Madion pun akhirnya melaksanakan pernikahan dan mengadakan pesta tujuh hari tujuh malam.
Setelah melaksanakan serangkaian pesta, kedua mempelai pun dihukum mati. Sang ibunda pun hanya meratapi kepergian anaknya secara tragis itu sembari menari-nari. Suasana pun berubah menjadi penuh dengan duka dan kesedihan yang mendalam.
Para ibu-ibu kemudian ikut meratap dan melantunkan syair-syair serta ikut menari bersama-sama. Lama kemudian, gerakan dan syairnya membentuk sebuah tarian.
Dibawakan saat Acara Kematian
Tari Pho pada mulanya dibawakan ketika ada acara kematian keluarga bangsawan ataupun keluarga kerajaan. Tari ini sebagai simbol untuk menyampaikan isi hati kepada Tuhan dan meratap kemalangan serta kesedihan yang diiringi rasa tangis.
Masuknya agama Islam ke negeri Aceh lantas mengubah waktu pelaksanaan dari Tari Pho. Kesenian ini ditampilkan sebagai kesenian rakyat dalam rangkaian upacara-upacara adat.
Pelaksanaan Tari Pho
Mengutip dari beberapa sumber, Tari Pho dibawakan oleh perempuan berjumlah genap, mulai dari 8 sampai 12 orang. Kemudian, pelaksanaannya turut diiringi dengan syair-syair yang dilantunkan oleh seorang cahi.
Gerakan-gerakan Tari Pho bervariasi tergantung dari tiap daerah. Di Aceh Barat Daya, gerakannya diawali dengan 'gerak meuratoh', yakni ratapan seorang ibu kepada anaknya. Sementara itu, di Aceh Barat, Tari Pho dimulai dengan gerak saleum atau memberikan salam hormat kepada tamu.
Pertunjukan Tari Pho ini menggunakan pakaian tradisional Aceh dengan kostum baju berwarna kuning, celana panjang hitam, kain pinggang berwarna merah atau hijau tua serta membawa selendang dengang warna yang serupa.