Dulu Punya Banyak Fans Kini Nyaris Ditinggalkan, Begini Kisah Seniman Ludruk Tobong Ponorogo yang Masih Bertahan
Dulu menjadi seniman Ludruk Tobong dulu berarti bergelimang harta, kini sebaliknya.
Kini para seniman harus kerja keras mencari penonton.
Dulu Punya Banyak Fans Kini Nyaris Ditinggalkan, Begini Kisah Seniman Ludruk Tobong Ponorogo yang Masih Bertahan
Kesenian tradisional menghadapi tantangan tersendiri untuk tetap eksis di tengah zaman modern. Meski tak menghasilkan cuan sebanyak dulu, sejumlah seniman tetap setia melakoni kerja kebudayaan tersebut. Sebagaimana yang dilakukan sejumlah seniman Ludruk Tobong di Jawa Timur.
(Foto: Instagram @kembangtunggur)
-
Kenapa Tari Dolalak masih dilestarikan di Purworejo? Masyarakat Purworejo masih terus melestarikan budaya tersebut agar tidak hilang dengan cara mengadakan event setiap tahunnya
-
Siapa yang melestarikan Reog Ponorogo? 'Kita yang melestarikan permainan ini rata-rata anak keturunan Jawa. Jadi mungkin anggapan orang-orang Indonesia, Malaysia ini semuanya orang Melayu. Tapi bukan, di sini juga ada orang Jawa. Dan yang memainkan permainan ini hanya orang keturunan Jawa,'
-
Siapa yang mendapatkan penghargaan Ludruk? Pada upacara HUT ke-78 RI di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Cak Kartolo dianugerahi penghargaan Jer Basuki Mawa Beya Perak karena konsistensinya sebagai seniman sekaligus pelestari ludruk di Jatim.
-
Kenapa Kesenian Kutukuprak sekarang sudah punah? Di sana disebutkan penyebab punahnya karena terjadinya perubahan sosial masyarakat, terutama setelah wilayah tersebut dijadikan sebagai bendungan.
-
Kenapa Batik Terogong hampir punah? Batik Terogong mengalami masa terakhir kejayaannya hingga sebelum tahun 2000. Ini karena perubahan tata ruang kota yang memengaruhi pelestarian batik Terogong.
-
Apa yang viral di Ponorogo? Di sana ditemukan nisan makam kuno yang dijadikan trotoar dan dilintasi banyak orang.
Ludruk Tobong
Ludruk Tobong adalah pertunjukan teater tradisional yang pementasannya digelar di tanah lapang, dapat berpindah dari satu tempat ke wilayah lain yang didorong faktor antusiasme masyarakat untuk menonton, begitu juga faktor kontrak tanah yang disewa. Para seniman mendapatkan bayaran dari penjualan tiket penonton. Oleh karena itu, jumlah penonton sangat berpengaruh terhadap penghasilan para senimannya.
Salah satu pusat kesenian Ludruk Tobong yakni Kabupaten Ponorogo. Hingga tahun 2018 masih ada tiga kelompok ludruk yang bertahan. Kini, kelompok Ludruk Suromenggolo jadi satu-satunya yang tersisa.
(Foto: Instagram @kembangtunggur)
Ludruk Tobong di Ponorogo menampilkan pertunjukan dengan mengurangi esensi dagelan dan
meniadakan lakon pada struktur pertunjukan. Acara utama Ludruk Tobong Ponorogo adalah monosuko, lagu-lagu yang dipesan oleh
penonton dan dinyanyikan para tandhak ludruk.
Mengutip ejournal.unesa.ac.id, sesi Monosuko membuat Ludruk Tobong dapat cuan lebih banyak. Penonton memberikan upah untuk
setiap lagu yang dinyanyikan antara Rp10.000 hingga Rp100.000.
Adapun upah jasa menyanyikan gending dipatok Rp10.000 yang wajib disetorkan kepada sekretaris dan sisanya masuk kantong pribadi
penerima pesanan gending tersebut.
Senjakala Ludruk Tobong
Seorang seniman Ludruk Tobong Suromenggolo menceritakan kondisi yang ia dan teman-temannya tengah hadapi saat ini.
Menurut dia, menjadi seniman Ludruk Tobong bisa dikatakan memiliki penghasilan yang menjanjikan. Selain itu, dulu penampilan Ludruk Tobong dinanti-nantikan banyak orang. Sementara sekarang, sang seniman Ludruk Tobong yang harus bersusah payah mencari penggung pentas.
(Foto: Instagram @kembangtunggur)
Para seniman Ludruk Tobong Suromenggolo mengaku kini harus banyak berbesar hati. Pasalnya, penghasilan yang mereka dapatkan dari pementasan tidak seberapa, sebagaimana mengutip trailer film dokumenter Ludruk Dahulu, Kini, dan Nanti (2022).
(Foto: Instagram @kembangtunggur)
Kiprah Ludruk Tobong Suromenggolo
Paguyuban Ludruk Suromenggolo didirikan dan dipimpin oleh
Juri Wijaya bersama warga Sukorejo
Ponorogo pada 30 Juni 2007. Pada tahun 2015, pengelolaan manajemen Paguyuban Ludruk Suromenggolo
dilanjutkan oleh Eka Sanjaya.
Seniman Ludruk Suromenggolo di dominasi oleh Tandhak/travesti ludruk. Hadirnya travesti berparas cantik dan bersuara merdu menjadikan tolok ukur eksistensi ludruk di Ponorogo.