Teater Dulmuluk, Pentas Seni Hiburan Rakyat Khas Sumatra Selatan
Teater khas Sumsel ini menceritakan kisah Abdul Muluk dan pantun-pantun jenakanya.
Teater khas Sumsel ini menceritakan kisah Abdul Muluk dan pantun-pantun jenakanya.
Pentas Seni Hiburan Rakyat Khas Sumatra Selatan
Kearifan Lokal Sumatra Barat
Melansir dari liputan6.com, Teater Dulmuluk sangat kental dengan cerita rakyat. Seni pertunjukan ini sudah menjadi salah satu kearifan lokal di Sumatra Selatan yang masih terus dilestarikan hingga sekarang. Seni pertunjukan ini sudah ada sejak abad ke-19. Selama penampilannya, selalu sukses menghibur para penonton. Menengok sejarahnya, Teater Dulmuluk pertama kali dipelopori oleh warga asli Palembang yang memiliki keturunan etnis Arab yang bernama Syech Ahmad Bakar atau biasa dipanggil Wan Bakar.
-
Dimana Kesenian Kutukuprak di Sumedang dulunya sering dipentaskan? Sebelumnya, kesenian ini lahir dan dirawat oleh warga di wilayah Jatigede dan sekitarnya yang sering dipentaskan.
-
Dimana wayang kulit Sumatera Barat dipertunjukkan? Sampai saat ini, pertunjukan wayang masih digelar di berbagai daerah dan dicintai oleh masyarakat.
-
Apa itu Songket Palembang? Salah satu kekayaan budaya tradisional di Sumatra Selatan yaitu Songket Palembang.
-
Kenapa Tari Dulang dipertunjukkan? Tarian tersebut lazim dipertunjukkan saat masa selesai masa panen dan sebagai salah satu simbol ungkapan rasa syukur masyarakat setempat kepada Allah SWT atas panen yang melimpah.
-
Tradisi unik apa yang ada di Palembang? Setiap daerah di Indonesia memiliki tradisi dan budaya yang unik dalam menyambut datangnya Idulfitri. Seperti halnya di Bumi Andalas atau Palembang yang memiliki tradisi bernama rumpak-rumpakan.
-
Apa jenis wayang kulit yang ada di Sumut? Di Indonesia sendiri, ada berbagai jenis wayang kulit yang bisa ditemukan di berbagai daerah.
Pada sekitar tahun 1854, Wan Bakar menggelar acara kesenian di depan rumahnya. pertunjukan itu berisikan pembacaan syair petualangan yang berjudul Abdul Muluk Jauhari. Syair ini berasal dari kitab Kerajayaan Melayu yang sudah selesai ditulis pada tanggal 2 Juli 1845. Melansir dari situs Kominfo, Wan Bakar merupakan seorang pedagang yang berjualan rempah-rempah. Wan Bakar tinggal di Kampung Tangga Takat atau Daerah 16 ulu. Saat berjualan rempah-rempah, ia sering membacakan kitab hikayat, termasuk kitab syair Abdulmuluk.
Tata Pelaksanaan Teater Dulmuluk
Dalam setiap pementasan Teater Dulmuluk, biasanya diperankan oleh enam orang dan empat orang pengiring musik. Mayoritas, para pemain teater ini dimainkan oleh pria, meskipun ada figur perempuan di dalam ceritanya. Pada bagian dialognya, kerap diisi dengan pantun, syair, serta nyanyian dan tarian yang pastinya membuat penonton terhibur dan tertawa.
Jadi Alat Propaganda
Melansir dari badanbahasa.kemdikbud.go.id, Pada tahun 1910 sampai 1930, Teater Dulmuluk sudah dipertontonkan dalam bentuk teater. Setelah itu, pertumbuhan Teater Dulmuluk dipengaruhi oleh budaya bangsawan Jawa. Karena ketenarannya di masyarakat, teater ini rupanya dimanfaatkan untuk propaganda dalam bentuk pementasan atau panggung. Biasanya, teater ini digelar malam semalam suntuk.
Suasana Akrab
Meski teater ini dulunya dijadikan sebagai alat propaganda, saat ini Teater Dulmuluk cenderung diisi dengan humor di setiap syairnya. Hal ini memicu suasana yang lebih akrab bersama penonton. Peranan wanita pun dimainkan oleh wanita.