Melihat Uniknya Buleng Khas Jakarta, Tradisi Campuran Budaya Betawi, Sunda dan Jawa
Warisan leluhur Jakarta ini menghadirkan seni lisan, sastra hingga musik tradisional yang indah.
Warisan leluhur Jakarta ini menghadirkan seni lisan, sastra hingga musik tradisional yang indah.
Melihat Uniknya Buleng Khas Jakarta, Tradisi Campuran Budaya Betawi, Sunda dan Jawa
Buleng mungkin masih terdengar asing di telinga masyarakat, khususnya warga Jakarta. Padahal, Buleng merupakan budaya orang Betawi yang memiliki keunikan dan digemari di masa silam.
Berbicara tradisi Betawi, selama ini masyarakat hanya sebatas mengenal Ondel-ondel, Palang Pintu sampai Gambang Kromong. Padahal, Buleng memiliki banyak keunikan karena menggabungkan budaya Betawi, Sunda dan Jawa.
-
Bagaimana Batik Betawi berkembang di Jakarta? Mengutip situs Indonesia Kaya, melihat antusiasme pasar batik di Jakarta yang menjanjikan, pengusaha batik Tionghoa mendatangkan perajin dari kota batik Pekalongan dan Solo untuk membangun industri batik di Jakarta.
-
Apa keunikan nasi uduk Betawi? Rasa gurih nasi uduk diperoleh dari banyak rempah. Beras yang sudah dicuci, dimasukkan ke dalam alat masak dengan bumbu kayu manis, kembang pala, cengkeh, batang serai dan santan murni.
-
Apa yang unik dari tradisi Tabot di Bengkulu? Konon tradisi ini sudah ada sejak abad ke-14 melalui proses akulturasi.
-
Apa tradisi unik Bengkulu sambut Lebaran? Masyarakat muslim di Bengkulu punya tradisi unik yang bernama bakar gunung api.
-
Apa tradisi unik di Majalengka? Tradisi unik ini hanya bisa ditemui di Majalengka. Undangan menjadi unsur terpenting dalam prosesi hajatan. Biasanya si empunya hajat akan membuat desain yang menarik, agar tamu undangan terkesan.
-
Apa Sajian Kuliner Khas Bengkulu? Provinsi Bengkulu memiliki sajian kuliner lezat dengan bahan dasar daging ikan yang bernama Pendap.
Di masa silam, Buleng selalu dinanti oleh masyarakat. Pertunjukkannya diadakan sederhana dan mampu menghibur penonton. Warisan leluhur Jakarta ini menghadirkan seni lisan, sastra hingga musik tradisional yang indah.
(Foto: Kemdikbud)
Populer di Warga Betawi Pesisir
Mengutip situs jakita.jakarta.go.id, tradisi Buleng sebenarnya muncul dan berkembang di wilayah Betawi pesisir.
(Foto: Suaeb Mahbub, pelestari tradisi Buleng)
Mulanya, warga menjadikan Buleng sebagai media hiburan dengan menyisipkan pesan kebaikan.
Warga menyukai Buleng lantaran penampilannya yang menyenangkan, dengan suguhan musik tradisional Betawi, Gambang Kromong.
Biasanya, Buleng dipertontonkan satu hari sebelum hajatan pernikahan maupun sunatan. Hal ini bertujuan untuk menghibur anggota keluarga yang memiliki hajat.
Buleng Berangkat dari Seni Bercerita Kakek ke Cucunya
Jika ditilik sejarahnya, budaya ini berangkat dari kebiasaan kakek yang bercerita kepada sang cucu. Di zaman dulu, hal yang wajar jika kakek menjadi “orang tua kedua” yang menasihati cucunya.
Secara bahasa, Buleng merupakan cara mendongeng dengan menyisipkan pesan kebaikan kepada anak maupun cucu di dalam sebuah rumah.
Dari segi tema, Buleng biasanya mengangkat cerita kehidupan sehari-hari mulai dari rumah, sawah, ladang dan aktivitas sosial lainnya dengan gaya yang tidak membosankan.
Gunakan Bahasa Betawi Dialek Pesisir
Keunikan lain yang bisa ditemui dari tradisi ini adalah metode bercerita dari sosok yang dipercaya atau sesepuh setempat.
Biasanya mereka menggunakan bahasa Betawi dengan dialek khas pesisiran.
Dialek pesisiran kerap menyisipkan bahasa Jawa dan Sunda, seperti kata Ora yang artinya tidak dalam bahasa Jawa ataupun Bae yang bisa diartikan sebagai selalu, saja atau biarkan dalam bahasa Sunda.
Biasanya, pencerita akan mengenakan pakaian khas Betawi yang mirip jawara, lengkap dengan peci dan golok.
“Buleng diawali dengan memperkenalkan judul cerita, dilanjutkan dengan menyebutkan silsilah raja, menggambarkan sekilas keadaan kerajaan, menggambarkan konflik-konflik yang terdapat dalam cerita, lalu diakhiri dengan penjelasan pesan moral yang terkandung dalam cerita,” tulis di laman Kemdikbud.
Kembali Dihidupkan
Salah satu warga Betawi yang menaruh perhatian terhadap tradisi Buleng adalah Suaeb Mahbub.
Sebagai pelestari, dirinya kerap mengisi acara-acara kebudayaan Betawi di seputaran Jakarta.
Suaeb mengakui jika tradisi ini mulai meredup. Maka dari itu, dirinya terus berupaya agar tradisi ini bisa bertahan di tengah gempuran zaman.
“Buleng ini menghibur dengan cerita-cerita seperti “Aki Tirem”, ”Si Pitung” ataupun “Lutung Kasarung” biasanya saya selipin juga pesan-pesan positif saat menyampaikan Buleng. Di Marunda sendiri, Buleng masih terus dilestarikan,” kata pegiat asal Kampung Marunda Kepu, Jakarta Utara itu.