Jadi Resep Wajib, Sambal di Masa Kolonial Belanda
Sambal adalah salah satu elemen kuliner paling populer dan khas dari Indonesia.
Sambal adalah salah satu elemen kuliner paling populer dan khas dari Indonesia. Hidangan pedas yang berbahan dasar cabai ini telah lama menjadi bagian penting dari tradisi makan masyarakat Indonesia, dan berkembang ke dalam berbagai varian sambal yang biasanya berbeda-beda pada setiap daerah.
Tak hanya orang lokal, pada masa Kolonial Belanda, sambal menjadi makanan populer karena disukai oleh orang Eropa. Pada awalnya, banyak orang Eropa yang tidak tahan ketika menyantap sambal Nusantara. Namun, seiring waktu mereka mulai terbiasa bahkan menyukai sambal.
-
Apa kuliner yang terkenal di Bandung zaman Belanda? 'Pasar Baru yang terletak di pusat kota, tidak jauh dari Stasion, di zaman baheula (dulu), jadi pangkalan ‘manusia kalong’ yang suka begadang malam. Segala jenis makanan mentah dan matang, ada di situ,' Pasar Baru saat itu rapi dan bersih.
-
Bagaimana sambal diadaptasi di Bali? Misalnya saja di Bali, sambal Matah mencerminkan kesederhanaan karena proses pembuatannya yang cepat.
-
Kapan sambal masuk ke Indonesia? Awal abad ke-15 ditengarai sebagai awal masuknya sambal ke Indonesia.
-
Apa itu sambal goreng? Yaps, hidangan pedas dan menggugah selera ini memang menjadi penyelamat di tengah kebosanan menu sehari-hari.
-
Sambal apa yang populer di Jawa? Kabarnya, Serat Centhini juga menuliskan 46 jenis sambal yang familiar di masyarakat Jawa, seperti sambal kluwak, sambal gocek, sambal trancam congor, sambal cempaluk, dan masih banyak lagi.
-
Bagaimana cara mencicipi kuliner Eropa di Bandung zaman Belanda? Sementara untuk kalangan Eropa, tentu Jalan Braga jadi pilihan. Salah satunya ada Maison Bogorijen, Restoran yang jadi langganan Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Aneka makanan dan minuman Eropa tersedia, lengkap dengan minuman keras.
Oleh karena itu, sambal menjadi sangat populer dan sering hadir dalam hidangan rijsttafel (makan besar) di kalangan keluarga Eropa. Kepopularitasan sambal sangat ketara pada sekitar abad ke-18.
Buku Groot nieuw volledig Oost-Indisch Kookboek karya J.M.J Cartenius van der Meijden, seorang wanita Belanda yang terkenal sebagai ahli kuliner, merangkum berbagai resep masakan, termasuk sambal di nusantara.
Buku resep ini menjadi pegangan wajib para perempuan Belanda sebelum datang ke Hindia Belanda. Selain itu, buku ini juga banyak dibaca oleh para nyonya Eropa di Hindia Belanda, yang ingin menyiapkan hidangan sendiri tanpa bantuan juru masak pribumi.
Salah satu resep yang ada di buku itu adalah sambal badjak dan sambal serdadoe. Kala itu, para nyonya Eropa yang tinggal di Hindia Belanda memiliki juru masak.
Disenangi Majikan
Mereka inilah yang membuat sambal di keluarga Eropa. Melansir validnews.id, menurut Ary Budiyanto, seorang antropologi kuliner di Universitas Brawijaya mengatakan, ragam rasa dan variasi sambal di Nusantara pada masa itu banyak dipengaruhi oleh keluarga-keluarga Eropa.
Sebab, pada masa itu para tukang masak berkolaborasi dengan nyonya rumah untuk menciptakan sambal yang sesuai dengan keinginan mereka. Alhasil, variasi sambal jadi lebih beragam.
Bahkan menurutnya variasi sambal saat ini dirujuk dari catatan resep kalangan keluarga Eropa masa itu. Namun, banyak resep yang sudah tidak bisa ditemukan saat ini. Seperti sambal gandaria, sambal kecapi, dan sambal kenari.
Mengutip buku Indonesia Poenja Tjerita karya Sejarah RI, disebutkan bahwa para juru masak yang mahir membuat sambal mendapat tempat khusus karena disenangi para majikannya. Oleh karena itu, mereka memiliki harga pasaran yang cukup tinggi.
Bahkan, karena saking sukanya, banyak orang Belanda membawa tukang masak mereka pulang ke negaranya, Belanda. Seiring waktu, dengan keahlian dalam membuat sambal, banyak dari para juru masak tersebut membuka rumah makan Indies di Belanda.
Reporter Magang: Yulisha Kirani Rizkya Pangestuti