Intip Perjalanan Sate hingga Jadi Kuliner Khas di Tanah Air
Jadi salah satu kuliner khas Indonesia, tahu nggak kalau sate ternyata adaptasi dari kuliner Timur Tengah!
Ngobrolin soal kuliner Indonesia, sate pastinya jadi salah satu yang nggak asing lagi. Makanan yang satu ini bisa ditemukan dengan mudah di berbagai daerah. Mulai dari gang sempit, warung sate di pinggir jalan, bahkan hingga masuk restoran. Tapi, penasaran nggak sih gimana asal-usul sate hingga jadi kuliner khas yang go international?
Fakta KulinerTerinspirasi dari Pedagang Timur Tengah
Menelusuri sejarah sate, ada beberapa versi yang beredar tentang asal-usul kuliner yang satu ini. Kabarnya, sate mulai dikenal pertama kali di Indonesia sekitar abad ke-19. Masyarakat Indonesia saat itu memasak sate dengan cara direbus.
-
Bagaimana ciri khas Sate Tukangan? Menariknya, sate di sini menggunakan daging ayam kampung dan diberi irisan bawang merah segar sehingga menambah rasa yang khas.
-
Kenapa Sate Padang jadi makanan populer? Maka dari itu, Sate Padang tak dipungkiri sudah sangat populer di penjuru daerah Indonesia. Selain sensasi kuliner yang memikat, cita rasanya pun juga cocok di lidah masyarakat Indonesia.
-
Bagaimana proses pembuatan Sate Tegal? Daging kambing muda ini diiris dan ditusuk dengan tusukan bambu lalu dibakar.
-
Apa yang membuat sate lezat? Kunci keberhasilan dalam membuat hidangan sate yang lezat adalah kombinasi dari berbagai faktor, mulai dari pemilihan bahan hingga teknik memasak.
-
Dimana Sate Padang berasal? Melansir dari beberapa sumber, asal-usul Sate Padang rupanya sudah ada sejak zaman penjajahan.
-
Apa yang istimewa dari sate klatak? Sate klatak merupakan contoh nyata dari kreativitas kuliner yang dimiliki Jogja. Hidangan ini menarik perhatian tidak hanya karena cita rasanya yang unik, tetapi juga karena cara penyajiannya yang berbeda, yaitu menggunakan jeruji sepeda sebagai tusukan.
Mereka baru mengenal pengolahan kebab dengan cara dibakar dari para pedagang muslim Tamil dan Gujarat yang datang ke Nusantara.
Nggak hanya itu, cara memasak sate yang ditusuk-tusuk juga kabarnya terinspirasi dari kebab khas Timur Tengah.
Dalam buku 'Balinese Food: The Traditional Cuisine & Food Culture of Bali (2014) karya Vivienne Krueger, kabarnya penyebutan kata 'sate' diperkirakan dari bahasa Tamil yaitu 'sathai' yang artinya daging.
Penyebutan 'Sate' Juga Bagian dari Adaptasi
Istilah tersebut untuk menyebut potongan daging yang diasinkan lalu dipanggang dengan tusuk kayu dan dicelupkan ke saus khusus.
Namun, ada juga penjelasan lain yang menyatakan kalau sate berasal dari istilah Minnan, yaitu 'sa tae bak' yang artinya 3 potong daging.
Kuliner Adaptasi dengan Bumbu Asli
Meskipun ada banyak versi tentang sejarah makanan ini, tapi bentuk sate yang dikenal oeh masyarakat saat ini tetap menjadi kuliner asli Indonesia. Teknik memasaknya memang diadaptasi dari negara lain, tapi bicara soal bumbu jelas berasal dari rempah dan racikan asli pribumi.
Sate kemudian mulai populer di abad ke-19 ketika banyak imigran India dan Arab yang datang ke Nusantara. Saat itu Belanda pun mulai datang dan menjajah Indonesia karena keberadaan rempah seperti cengkeh dan pala yang memiliki nilai jual tinggi.
Mulai Banyak Dijajakan Pedagang Kaki Lima di Jawa
Sate banyak dijajakan oleh pedagang kaki lima yang ada di tanah Jawa.
Tak heran jika menu ini bukan hal yang asing bagi Belanda. Banyak restoran asli Belanda yang menawarkan menu sate dan disajikan bersama kentang dan salad.
Menyebar ke Seluruh Nusantara
Diperkirakan Ponorogo menjadi kota pertama sate mulai populer dan menyebar. Kuliner tersebut kemudian tumbuh dengan berbagai variasi, mulai dari jenis daging, bumbu rendaman, hingga saus pendampingnya.
Populer di Negara Asia Tenggara Lainnya
Nggak hanya menyebar di seluruh Nusantara saja. Sajian sate juga ikut menyebar di berbagai negara lain yang ada di Asia Tenggara seperti Malaysia, Thailand, bahkan ke beberapa negara di Eropa dan Afrika.
Di setiap daerahnya kuliner ini juga mengalami adaptasi bahan baku dan rasa. Inilah yang membuat sate tidak lagi menjadi nama sajian, melainkan sebagai nama pengolahan sebuah sajian.