Asal Usul Orang Sunda Menggemari Sambal, Awalnya untuk Hangatkan Badan
Orang Sunda yang tinggal di wilayah pegunungan kerap mengusir hawa dingin dengan memakan pedas.
Konon awalnya sambal digunakan untuk menghangatkan badan.
Asal Usul Orang Sunda Menggemari Sambal, Awalnya untuk Hangatkan Badan
Sambal dan orang Sunda
Bagi masyarakat Jawa Barat, sambal menjadi pelengkap makan yang nikmat. Rasa sambal Sunda pun terbilang bervariasi, ada yang pedas seperti sambal goang, asin layaknya sambal cengek maupun gurih dan sedikit manis seperti pada sambal terasi. Sambal akan makin nikmat jika disantap dengan ikan asin, tempe tahu maupun sayur lodeh.
-
Kenapa orang Sunda makan Lalapan? Bagi orang Sunda, mengonsumsi lauk tanpa didampingi lalap tidaklah lengkap, ini karena fungsi lalap sebagai pelengkap, penyegar dan penyehat tubuh.
-
Dimana Lalapan Sunda berasal? Menurut jurnal yang ditulis oleh Fadly Rahman dari Universitas Padjajaran (UNPAD) berjudul: Sunda dan Budaya Lalaban, Melacak Masa Lalu Budaya Makan Sunda, lalapan tidak bisa lepas dari orang Sunda karena zaman dulu kawasan ini masih merupakan kawasan hutan dengan berbagai jenis tumbuhan.
-
Bagaimana Lalapan Sunda muncul? Lalapan tak terlepas dari kondisi geografis tanah Jawa Barat yang sejak zaman dahulu ditumbuhi banyak pepohohan dan dekat dengan kawasan hutan. Asal-usul lalap dalam tradisi makanan orang Sunda
-
Apa itu Lalapan Sunda? Lalapan akan sangat lezat disantap bersama sambal terasi atau sambal goang yang pedas menggoda. Di restoran atau rumah makan khas Jawa Barat, sayur lalapan biasa tersaji bersama menu ikan bakar, ayam goreng, pepes, sayur asam hingga ikan asin dan tahu tempe.
-
Kenapa Gula Kawung digemari orang Sunda? Sampai saat ini gula kawung jadi andalan orang Sunda sebagai pengganti gula pasir.
-
Apa bahan utama Sambal Terasi? Sambal terasi adalah jenis sambal yang paling sering dijumpai di warung makan atau bahkan restoran. Racikan sambal ini terdiri dari cabai rawit, tomat, cabai merah besar, bawang merah, bawang putih, terasi, gula pasir (gula merah), dan garam.
Selain itu, masyarakat Jawa Barat juga biasa menikmati sambal dengan sayuran mentah atau biasa disebut lalapan. Beberapa jenis di antaranya timun, selada air, leunca (ranti/terung hitam), kubis, daun kemangi, kenikir sampai petai dan jengkol. Saking gemarnya terhadap sambal, orang Sunda sudah merasa cukup ketika menyantap nasi hangat dengan berbagai sambal. Lantas bagaimana kisah di balik ragamnya sambal khas Jawa Barat itu? simak ulasan selengkapnya.
Mengenal macam-macam sambal khas Sunda
Sebenarnya ada banyak kreasi sambal yang dibuat oleh warga Jawa Barat. Menu pelengkap itu selalu tersaji di ruang makan saat waktu bersantap. Mengutip Instagram Budaya Kuring, Selasa (18/7) sambal-sambal tersebut terkadang juga diberi isian sehingga makin menambah rasa dan selera makan. Beberapa sambal khas Sunda lainnya yakni sambal ati ampela, sambal tomat, sambal atah (mentah), sambal peuteuy (petai), sambal dage dan sambal leunca. Untuk sambal ati ampela tentu isinya potongan ati ampela goreng yang nikmat, lalu sambal tomat berisi tomat yang sudah digoreng, serta cabai dan terasi, sambal atah biasanya hanya bahan-bahan umum seperti cabai dan terasi yang tidak digoreng. Sedangkan sambal petai hanya berisi petai mentah, sambal dage berisi ulekan fermentasi kacang kedelai sedangkan sambai leunca berisi beberapa buah ranti/terong hitam.
Rasa unik sambal khas Sunda
Sambal khas Sunda memiliki rasa unik dan beragam. Ini berbeda dari rasa sambal pada umumnya yang hanya asin dan pedas. Salah satu yang unik bisa ditemukan di sambal leunca. Ini karena leunca memiliki rasa dominan pahit segar, sehingga akan menimbulkan sensasi berbeda saat bertemu dengan cabai dan terasi. Lalu sambal goang juga menjadi varian unik, karena terasa rempah berupa kencur. Selain itu, sambal dage juga patut masuk ke dalam jajaran sambal khas Sunda yang antimainstream, karena berisi campuran fermentasi kedelai (bisa tahu/tempe) dengan rasa gurih kedelai yang nikmat.
Jadi pembangkit selera makan orang Sunda
Mengutip jurnal yang diterbitkan oleh Unikom, sambal menjadi varian kuliner semacam saus tradisional yang melekat dengan masyarakat Sunda.
Menurut Rosidi (2000:170) Selera makan akan bangkit jika lauk-pauk disertakan dengan sambal. Bahkan mereka juga bisa bertahan hidup di hutan asalkan ada sambal yang dimakan bersama lalap. “Urang Sunda mah mun cicing di leuweung ge bakalan hirup, (orang Sunda itu kalau tinggal di gunung juga bakalan hidup),” sebut Rosidi.
Sejarah sambal Sunda
Menurut jurnal tersebut, sambal menjadi makanan khas orang Sunda sejak 1447 masehi. Ketika itu cabai baru saja masuk ke Indonesia dan banyak ditanam. Keberadaan komoditas ini sampai ke telinga raja dari kerajaan Galuh di Ciamis. Mulanya cabai digunakan untuk campuran masakan karena rasa pedasnya yang menggugah selera. Ini menjadikan juru masak di kerajaan mengolah berbagai menu dengan memberi tambahan cabai. Ketika itu sang raja mengaku suka dengan rasanya yang menggigit.
Awal abad ke-15 ditengarai sebagai awal masuknya sambal ke Indonesia. Warga kerajaan kemudian membuat varian menu lain sebagai lauk dari cabai, hingga jadilah sambal. Terkait terasi, awalnya berasal dari udang rebon yang jadi upeti dari rakyat Cirebon yang kemudian dicampurkan ke dalam cabai dan dihaluskan secara bersamaan.
Jadi penghangat badan
Selain digunakan sebagai campuran makanan, cabai digemari masyarakat Sunda karena sensasi pedasnya yang menambah nafsu makan. Rasa pedas dipercaya menambah lapar saat menyantap makanan. Hal ini semakin mendukung kegemaran orang Sunda yang mencampurkan nasi dengan ulekan cabai itu. Di balik itu, berbarengan dengan masuknya cabai, konon orang Sunda yang tinggal di wilayah pegunungan kerap mengusir hawa dingin dengan memakan pedas. Menu sambal menjadi andalan karena setelah makan akan menimbulkan sensasi hangat di badan.