Mengenal Makyong, Seni Pertunjukan Drama Asli Kepulauan Riau
Makyong, seni pertunjukan drama atau cerita penuh pesan moral yang berkembang pesat di Kepulauan Riau sejak abad 18.
Di kebudayaan Melayu terdapat salah satu bentuk kesenian khas yang ditampilkan dalam bentuk drama atau cerita, yaitu Makyong.
Mengenal Makyong, Seni Pertunjukan Drama Asli Kepulauan Riau
Makyong merupakan sebuah tradisi lisan dalam bentuk seni pertunjukan yang sudah berkembang pesat sejak masa pemerintahan Kesultanan Riau, lebih kurang tahun 1722-1911.Tradisi Makyong ini telah menyebar ke berbagai daerah dengan masyarakat mayoritas etnis Melayu, seperti Bangka, Johor (Malaysia), Malaka, Pulau Pinang dan juga Kepulauan Riau.
Melansir dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, ada yang menganggap awal mula Makyong ini muncul dari Dewa Hindu Jawa yang bernama Semar dan seorang putranya bernama Turas.
Penasaran dengan asal usul tradisi Makyong? Simak rangkumannya yang dihimpun merdeka.com berikut ini.
Asal Usul Makyong
Banyak yang menduga bahwa asal usul seni pertunjukan yang satu ini datang dari berbagai daerah. Contohnya Makyong berasa dari kata "Mak Hyang" yang artinya Dewi Sri, dan Dewi yang dikenal oleh Orang Jawa. Namun, lebih banyak pengaruh Siam dibanding Jawa.
-
Apa jenis wayang kulit yang ada di Sumut? Di Indonesia sendiri, ada berbagai jenis wayang kulit yang bisa ditemukan di berbagai daerah.
-
Dimana wayang kulit Sumatera Barat dipertunjukkan? Sampai saat ini, pertunjukan wayang masih digelar di berbagai daerah dan dicintai oleh masyarakat.
-
Dimana Kesenian Kutukuprak di Sumedang dulunya sering dipentaskan? Sebelumnya, kesenian ini lahir dan dirawat oleh warga di wilayah Jatigede dan sekitarnya yang sering dipentaskan.
-
Di mana contoh musik tradisional Sumut? • Arumba merupakan alat musik yang terbuat dari bambu yang berasal dari Jawa Barat • Angkulung adalah alat musik asal Jawa Barat • Basa-Basi adalah alat musik yang bentuknya seperti terompet asal Sulawesi Selatan • Gamelan Jawa alat musik gamelan yang berasal dari Jawa Tengah, Jawa Timur, dan Yogyakarta
-
Bagaimana Wayang Ringkang dipertunjukkan? Penonton akan disuguhkan pertunjukan boneka tradisional khas orang Sunda itu dengan konsep teater kolosal yang megah.
-
Bagaimana Tari Miyang dipentaskan? Tari Miyang dipentaskan dengan komposisi kelompok. Tak ada batasan khusus berapa banyak penari dalam sebuah pementasan Tari Miyang.
Selain itu, ada juga yang menyatakan bahwa Makyong berasal dari tontonan orang Phatani atau Thailand, Klantan, Trenggano, Pulau Pinang dan Kedah.
Sedangkan Makyong bisa masuk ke Kepulauan Riau sebagai seni pertunjukan drama pada masa kekuasaan Sultan Sulaiman pada abad ke-18.
Melansir dari disbudpar.batam.go.id, cerita Makyong bertajuk istana sentris dengan berbagai macam cerita akhir yang sedih bahkan bahagia serta mengandung pesan moral kehidupan.
Pertunjukan Lama
Pertunjukan Makyong bisa berlangsung lebih dari satu malam. Dalam satu alur cerita bisa berjalan selama berhari-hari bahkan 15 sampai 44 malam sekaligus. Namun, dengan seiring modifikasi alur cerita, maka acara tersebut bisa berjalan selama 1 sampai 3 jam saja.
Lazimnya, pertunjukan ini berlangsung di lahan terbuka, dilengkapi dengan tenda dan setiap tiang diberikan seperti dedaunan kelapa. Tidak diketahui secara pasti maksud dan tujuan dari pemberian daunan kelapa tersebut.
Kemudian, Makyong juga diiringi dengan alat musik tradisinal seperti Nafiri, Gong, Gedombak, Gendang, Mong, dan Breng-Breng.
Mengutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, setiap pertunjukan Makyong sendiri biasa dimainkan oleh 20 orang bahkan sampai 30 orang.
Penuh Pesan Moral
Dalam salah satu kisah Makyong berjudul Putri Siput Godang, mengisahkan di sebuah negeri yang besar terdapat seorang istri raja yang melahirkan siput. Kemudian raja merasa keberatan dengan anaknya tersebut dan membuangnya ke Teluk Tujuh Pantai Sembilan.
Kemudian hari, istri raja ingin makan siput, lalu raja menyuruh wak-wak untuk mencarikannya siput di teluk tersebut.
Sontak, mereka langsung melaporkan siput tersebut kepada raja dan membawanya ke istana. Saat sampai tujuan, kembali terdengar suara jeritan minta tolong dari dalam siput tersebut.
Raja pun menyuruh untuk membukanya dan semua terkejut, bahwa di dalamnya ada seorang putri yang cantik. Ia mengaku bahwa adalah siput yang dulu di buang oleh ayahnya sendiri.
Pesan moral dari pesan ini, dimana pun dan kapan pun kita tidak boleh menghina hewan apapun.