Tak Kalah dengan Koboi di Amerika, Intip Serunya Tradisi Leluhur Saptonan yang Unik di Kuningan
Tradisi ini memiliki atraksi yang serupa ala koboi di Amerika, dengan nuansa kearifan lokal Sunda yang kental.
Dalam seni film khas Amerika, budaya koboi jadi adegan seru yang paling sering ditunggu. Di sana, para penunggangnya begitu ahli mengendarai kuda dan memacunya dengan kecepatan tinggi untuk menumpas kejahatan.
Namun rupanya kebiasaan serupa juga dimiliki oleh masyarakat di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, bernama Saptonan. Tradisi ini memiliki atraksi yang serupa ala koboi di Amerika, dengan nuansa kearifan lokal Sunda yang kental.
-
Apa motif batik khas Kuningan? Sejumlah motif batik telah diproduksi galeri tersebut. Seluruhnya mengangkat ikon khas Kabupaten Kuningan mulai dari kuda Windu, bokor emas, lembah Gunung Ciremai, gedung Perjanjian Linggarjati, Kagungan dan lain sebagainya.
-
Bagaimana tradisi kupatan di Serang dilakukan? Ketupat kemudian dibelah dan dibagikan kepada warga yang sudah hadir di dalam masjid. Masyarakat akan bersama-sama memakan sajian tersebut untuk memeriahkan peringatan Isra Miraj, sekaligus merekatkan tali silaturahmi antar warga.
-
Bagaimana membuat batik khas Kuningan? Dalam membuat batik, dibutuhkan ketelitian dan kesabaran yang tinggi. Menggoreskan canting pun harus perlahan dan luwes agar lilinnya menempel sempurna di motif yang sudah dibuat.
-
Dimana tradisi kupatan dilakukan di Serang? Mengutip kanal YouTube Jaman Bengen, tradisi Rajaban atau kupatan ini menjadi acara yang rutin dilaksanakan oleh masyarakat di wilayah Serang dan sekitarnya.
-
Apa yang unik dari tradisi Tabot di Bengkulu? Konon tradisi ini sudah ada sejak abad ke-14 melalui proses akulturasi.
-
Dimana sentra batik khas Kuningan? Sentra batik khas Kuningan sendiri terletak di Desa Cikubang Sari, Kecamatan Kramat Mulya, lewat sebuah galeri bernama Nisya Batik.
Penunggangnya akan memacu kuda agar berlari cepat menuju garis yang ditentukan. Bukan senapan yang digunakan, melainkan tombak panjang yang kemudian akan dilemparkan ke titik tertentu. Saat pengguna kuda berhasil menombak dengan tepat sasaran, seketika para penontong langsung bersorak.
Tradisi yang juga dikenal dengan nama Kuda Saptonan ini jadi salah satu warisan budaya leuhur yang masih dilestarikan sampai sekarang. Yuk kenalan dengan tradisi Saptonan khas Kabupaten Kuningan berikut ini.
Penunggang Pakai Bendo bukan Topi Koboi
Jika koboi memakai topi bundar, maka lain halnya dengan penunggang kuda Saptonan. Mereka biasanya mengenakan pakaian tradisional Sunda seperti baju pangsi berwarna hitam dan ikat kepala bernama bendo yang mirip blangkon.
Para pemain yang terlibat rata-rata merupakan kusir delman yang ada di wilayah Kabupaten Kuningan. Mereka, mengembangkan kemampuannya merawat kuda dan mengendarainya dengan cermat.
Selain bendo dan baju pangsi, hal wajib yang harus dipersiapkan adalah tombak panjang yang akan dilontarkan dengan tingkat fokus yang tinggi.
Menombak Lubang di Tiang
Mengutip laman Humas Kuningan, dalam tradisi ini penunggang kuda atau pemain Saptonan harus memacu kudanya secepat mungkin dan melontarkan tombak.
Ketika mengenai lubang yang dipersiapkan, maka ia sudah berhasil menaklukan lomba tersebut. Namun jika gagal mengenai lubang, maka pemain dinyatakan kalah.
Mula-mula, penunggang kuda menyiapkan diri di jarak sekitar 100 meter. Kemudian, setelah dapat aba-aba ia bisa langsung memacu kuda untuk mengarahkan lontaran tombak. Tradisi ini sangat seru untuk disaksikan.
Diiringi Musik Tradisional Sunda
Selain mengandalkan sorak dari penonton, tradisi ini juga semakin meriah dengan iringan musik tradisional khas Sunda. Beberapa instrument yang dibunyikan di antaranya kendang dan terompet Sunda yang bertempo cepat.
Alat musik ini seolah menjadi penyemangat para petarung di sana untuk mencapai target penombakan dengan waktu tercepat serta tepat sasaran.
“Tradisi Saptonan merupakan salah satu warisan leluhur Kabupaten Kuningan, tradisi yang merupakan lomba ketangkasan dalam menunggangi kuda dan memasukan tombak kedalam lubang yang ada di bawah ember dan digantung di atas bilah kayu,” tulis laman Humas Kuningan.
Kudanya Khusus
Kuda yang digunakan dalam Saptonan juga tak bisa sembarangan. Para penunggang harus memakai kuda berjenis Si Windu yang merupakan asli Kabupaten Kuningan.
Kuda ini, punya ciri tubuh yang lebih kecil dengan jangkauan lari yang cepat dan gesit. Kuda ini juga telah dijadikan sebagai ikon dari Kabupaten Kuningan, karena jumlahnya yang banyak diternakan.
Mengutip Instagram Disporapar Kuningan, kuda ini dipercaya sebagai keturunan dari kuda milik Arya Kemuning yang merupakan pemimpin di zaman Kerajaan Kuningan dan Kesultanan Pajang di Demak pada tahun 1400-1500 an silam.
Rutin Diadakan Setiap Hari Jadi Kabupaten Kuningan
Dalam kuningankab.go.id, disebutkan bahwa pertunjukan ini selalu ditampilkan saat peringatan hari jadi Kabupaten Kuningan. Salah satu lokasi yang dijadikan arena koboi ala Kuningan itu adalah di Lapangan Sepak Bola Desa Ancaran, Kecamatan Kuningan.
Tradisi ini biasanya diiringi dengan pawai keprajuritan dari Kerajaan Kajene (Kuningan) yang kembali menampakan diri. Di sana akan berjalan seorang raja, atau adipati, patih, mantri jero, hingga para tumenggungnya yang dikenal setia dan loyal.
Pemerintah setempat berharap Saptonan jadi salah satu daya tarik budaya yang dimiliki oleh Kabupaten Kuningan dan menjadi ikon pariwisata khas leluhur.