Mengenal Tradisi Toktok, Aduan Sapi Musim Kemarau di Masalembu Sumenep
Tradisi Toktok masih dilestarikan oleh masyarakat saat musim kemarau.
Tradisi Toktok masih dilestarikan oleh masyarakat saat musim kemarau.
Mengenal Tradisi Toktok, Aduan Sapi Musim Kemarau di Masalembu Sumenep
Salah satu tradisi di masyarakat yang cukup unik yaitu Tradisi Toktok. Tradisi ini berasal dari Masalembu, sebuah kecamatan di Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur. Daerah ini memiliki keberagaman adat istiadat dan budaya. Mengingat masyarakat setempat berasal dari berbagai etnis yaitu suku Jawa, Madura, Bugis, dan Mandar.
-
Bagaimana tradisi Lebaran Sapi dilakukan di Desa Sruni? Tradisi Lebaran ketupat sendiri digelar rutin oleh warga sepekan setelah Idulfitri dengan cara mengarak sapi berkeliling dusun. Sebelum diarak sapi dimandikan, diberi wewangian, dan kemudian diberi kalung ketupat. Acara semakin meriah karena arak-arakan diawali dengan gunungan hasil bumi dan berbagai kesenian. Tak ketinggalan, ratusan warga ikut serta dalam acara tersebut dengan membawa ketupat.
-
Di mana sapi kurban mengamuk di Sleman? Peristiwa sapi kurban mengamuk di Yogyakarta terjadi pada Kamis (29/6). Terpantau peristiwa ini berlangsung di dua tempat, yakni Kabupaten Bantu dan Kabupaten Sleman.
-
Apa yang dilakukan oleh sapi sonok di Madura? Penyebutan Sapi Sonok merujuk pada sapi berjalan anggun menuju pelaminan, kemudian masuk (nyono') ke pelaminan yang disediakan.
-
Apa yang dilakukan dalam tradisi Ngalungi Sapi? Tradisi tersebut ditandai dengan membuat ketupat dan lepet yang dikalungkan ke sapi.
-
Dimana Ngalungi Sapi dilakukan? Tak hanya di Desa Klopoduwur, tradisi itu juga dijumpai pada beberapa desa di wilayah Kecamatan Jepon dan Jiken.
-
Kapan tradisi Lebaran Sapi di Desa Sruni dirayakan? Tradisi Lebaran ketupat sendiri digelar rutin oleh warga sepekan setelah Idulfitri dengan cara mengarak sapi berkeliling dusun.
Mengenal Toktok
Melansir dari Budaya Indonesia, Toktok adalah sebuah kompetisi antara dua sapi yang saling berhadapan (saling beradu). Sapi yang digunakan biasanya sapi jantan. (Foto : Instagram @beduhunsen)
Berbeda dari karapan sapi yang berasal dari Madura, jika karapan sapi mengadu kecepatan sepasang sapi sedangkan Toktok mengadu kekuatan tanduk sapi masing-masing dengan cara berhadapan. Dalam kompetisi ini harus ada pawang ahli. Tidak semua orang bisa menjadi “wasit” dalam tradisi Toktok karena jika bukan ahlinya maka akan berakibat fatal seperti cidera, luka, bahkan hingga menyebabkan kematian.
Sejarah Tradisi Toktok
Pada zaman dahulu, tradisi adu sapi ini dimasukkan dalam agenda kegiatan Agustusan sehingga masyarakat bisa menontonya setahun sekali setiap tanggal 17 Agustus. (Foto : Pixabay)
Saat Ini Tradisi Toktok Dilestarikan di Musim Kemarau
Tradisi ini dilaksanakan pada musim kemarau yaitu mulai bulan Juni hingga November. Musim Kemarau dipilih karena pada musim tersebut sapi tidak digunakan untuk membajak ladang sehingga masyarakat bisa memanfaatkan untuk melakukan sebuah kompetisi. Lokasi yang digunakan bernama “Jureg” yaitu lahan seluas lapangan bola dengan permukaan yang cekung. Lahan ini dipilih karena memudahkan penonton melihat Toktok.
Pergeseran Fungsi dalam Tradisi Toktok
Pada awalnya tradisi ini mirip dengan karapan sapi yang tujuannya agar para petani bersemangat untuk merawat sapi. Sebab biasanya sebelum sapi diadu akan dirawat dengan baik dengan diberikan makan yang banyak dan jamu. Perawatan yang baik membuat kondisi fisik sapi gemuk dan sehat sehingga bagus digunakan untuk membajak ladang para petani.
Seiring berkembangnya zaman, Toktok bernilai prestis dan ekonomis. Sapi yang biasa bertarung memiliki nilai harga yang mahal. (Foto : Pixabay)
Makna Tradisi Toktok
Terdapat hal positif di dalam tradisi ini yaitu sikap toleransi ketika ada banyak orang berkumpul untuk menonton. Mereka menjalin keakraban untuk saling tolong - menolong antar masyarakat (Foto : Pixabay)