Mengenal Tradisi Ngalungi Sapi, Budaya Masyarakat Blora Warisan Nenek Moyang
Tradisi ini terus dilestarikan masyarakat Sedulur Sikep agar tidak punah
Tradisi ini terus dilestarikan masyarakat Sedulur Sikep agar tidak punah
Mengenal Tradisi Ngalungi Sapi, Budaya Masyarakat Blora Warisan Nenek Moyang
Ada tradisi masyarakat Samin di Blora, Jawa Tengah, yang masih terus dijaga dari zaman nenek moyang hingga sekarang. Salah satunya adalah tradisi Ngalungi Sapi.
Dilansir dari Liputan6.com, tradisi tersebut ditandai dengan membuat ketupat dan lepet yang dikalungkan ke sapi.
Acara tersebut digelar pada Selasa Kliwon atau Jumat Pahing yang diadakan setiap selapanan hari sekali.
-
Bagaimana tradisi Lebaran Sapi dilakukan di Desa Sruni? Tradisi Lebaran ketupat sendiri digelar rutin oleh warga sepekan setelah Idulfitri dengan cara mengarak sapi berkeliling dusun. Sebelum diarak sapi dimandikan, diberi wewangian, dan kemudian diberi kalung ketupat. Acara semakin meriah karena arak-arakan diawali dengan gunungan hasil bumi dan berbagai kesenian. Tak ketinggalan, ratusan warga ikut serta dalam acara tersebut dengan membawa ketupat.
-
Bagaimana tradisi 'Nganggung' dilakukan? Tradisi ini dilaksanakan ketika hari besar Islam yaitu Idulfitri, Maulid Nabi, dan juga Iduladha.
-
Bagaimana sapi kurban di Bantul dikendalikan? Sapi pun akhirnya berhasil dituntun kembali dan dibawa ke titik penyembelihan, dengan kondisi yang lebih tenang dari sebelumnya.
-
Di mana tradisi Ngalor Ngulon berlaku? Masyarakat di Desa Margopatut Nganjuk memiliki tradisi Ngalor Ngulon yang terkait dengan syarat seseorang yang akan menikah.
-
Siapa yang menerapkan tradisi Ngalor Ngulon? Masyarakat di Desa Margopatut Nganjuk memiliki tradisi Ngalor Ngulon yang terkait dengan syarat seseorang yang akan menikah.
-
Apa tradisi leluhur yang masih dijalankan di Lebak Bitung? Warga di Kampung Lebak Bitung di Desa Sirnaresmi, Kecamatan Cisolok, Sukabumi, masih menjaga adat dan tradisi para pendahulunya di masa lampau.
“Tujuannya zaman dahulu sapi dibancaki, terutama yang dipakai di kebun. Sapi dibawa ke kebun. Lalu dikalungi kupat lepet,” ujar Sugiartono (57), tokoh masyarakat Suku Samin atau dikenal sebagai Sedulur Sikep di Desa Klopoduwur, Kecamatan Banjarejo, Blora.
Sugiartono mengatakan, bagi Sedulur Sikep dan masyarakat Kendeng, sapi dan kerbau merupakan Raja Kaya sehingga harus dirawat dan digelar bancakan.
“Sapi kan kayak raja, makan tinggal makan, tidak seperti manusia,” kata Sugiartono dikutip dari Liputan6.com.
Menurut Sugiartono, tradisi tersebut terus dilestarikan hingga sekarang meski perkembangan zaman terus mengalami perubahan. Dengan begitu, orang Samin-lah yang mampu melestarikan tradisi nenek moyang itu hingga sekarang.
Tak hanya di Desa Klopoduwur, tradisi itu juga dijumpai pada beberapa desa di wilayah Kecamatan Jepon dan Jiken. Tradisi itu dimaksudkan agar sapi-sapi petani selalu diberi kesehatan.
Dalam tradisi ini, sapi-sapi milik warga digilir keluar kandang menuju tanah lapang. Ajang tersebut sekaligus menjadi sarana kompetisi dalam usaha beternak sapi.
Dalam tradisi tersebut, masyarakat juga menyiapkan bahan dan membuat anyaman kantong ketupat dari janur kelapa. Doa memohon keselamatan dipanjatkan oleh tokoh adat setempat agar sapi-sapi tersebut diberi keselamatan.
Sumber Foto: Liputan6.com
Di desa tersebut, masyarakat cenderung lebih memelihara dan memperanakan sapi agar ternak mereka menjadi banyak dibandingkan dengan menjualnya ternak sapi tersebut. Kuantitas dan kualitas ternak yang banyak dan bagus secara otomatis meningkatkan status sosial petani pemilik ternak tersebut.