Mengenal Tradisi Lamporan, Upaya Warga Sedulur Sikep Pati Jaga Kelestarian Alam
Tradisi ini sebagai bentuk keresahan atas keresahan alam yang merajarela
Tradisi ini sebagai bentuk keresahan atas keresahan alam yang merajarela.
Mengenal Tradisi Lamporan, Upaya Warga Sedulur Sikep Pati Jaga Kelestarian Alam
Kerusakan alam merajarela. Hal itulah yang terjadi di kawasan Pegunungan Kendeng, Jawa Tengah. Keprihatinan itu diungkap Gunretno, salah satu tokoh Sedulur Sikep Pati.
-
Kenapa orang Jawa di Malaysia tetap lestarikan tradisi? Namun mereka tak ingin meninggalkan identitas asal. Walaupun berada di negeri orang mereka tetap lestarikan budaya Jawa.
-
Bagaimana cara menjaga budaya di Penglipuran? Masyarakat desa ini menjaga adat dan tradisi Bali dengan baik, termasuk dalam menjaga kebersihan lingkungan dan menjaga keharmonisan antar sesama.
-
Apa tradisi di Kampung Jawa Malaysia? Selain itu, bila ada warga kampung itu yang menikah, mereka juga melaksanakan tradisi rewang.
-
Apa itu tradisi Paculan? Paculan konon bisa memanggil rezeki bagi pengantin setelah menikah. Ada banyak tradisi di Indonesia untuk memeriahkan hari bahagia pernikahan. Di wilayah Serang, Provinsi Banten, Paculan jadi salah satunya.
-
Apa itu tradisi Barikan di Pati? Tradisi Barikan dilestarikan oleh masyarakat Pati, Jawa Tengah. Tradisi ini meliputi acara kenduri bersama.
-
Mengapa tradisi ini dilestarikan? Tradisi itu dilestarikan untuk mengenang penyebar agama Islam di Jatinom, Ki Ageng Gribig.
Tradisi ini diikuti ratusan Komunitas Sedulur Sikep dari berbagai daerah, mulai dari Kabupaten Pati, Kudus, Blora, Rembang hingga Grobogan.
Menurut Gunretno, ritual yang digelar setiap tanggal 5 Suro tersebut, merupakan tradisi yang dilakukan Sedulur Sikep untuk merawat Ibu Bumi atau lingkungan. Tradisi ini juga sebagai upaya masyarakat dan generasi muda dalam ikut merawat lingkungan disebut sebagai Ibu Bumi.
"Kami mengadakan acara ini setiap tanggal 5 Suro. Brokohan, lamporan, nandur cikal sebagai simbol menanam bibit muda agar perjuangan Kendeng ada yang melanjutkan."
Gunretno, tokoh Sedulur Sikep yang juga ketua Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK).
Gunretno mengatakan bahwa merayakan Bulan Suro tidak hanya sekadar bersyukur atau selamatan. Namun juga sebagai upaya intropeksi tentang perjuangan merawat lingkungan atau ibu bumi.
Acara lainnya yaitu menanam cikal pohon kelapa. Acara kemudian dilanjutkan dengan brokohan atau selamatan untuk meminta keselamatan kepada Tuhan di tahun baru Jawa.
Usai menanam bibit kelapa, Jamasan Kendeng dilanjutkan dengan Lamporan pada malam harinya. Sekitar seratusan orang berkumpul dan membentuk lingkaran. Mereka masing-masing membawa obor dan berkeliling di atas Bukit Ngalang-alang.
Sebanyak tiga orang tampak merapalkan berbagai kalimat berbahasa Jawa. Kalimat itu bemakna agar masyarakat dijauhkan dari penyakit, wabah maupun musibah lainnya.