Mengenal Larung Kepala Kerbau, Ungkapan Rasa Syukur Nelayan di Jepara
Tradisi warisan nenek moyang ini masih dipertahankan oleh masyarakat nelayan Jepara.
Tradisi warisan nenek moyang ini masih dipertahankan oleh masyarakat nelayan Jepara.
Mengenal Larung Kepala Kerbau, Ungkapan Rasa Syukur Nelayan di Jepara
Masyarakat Jepara masih memelihara dan menjaga tradisi yang diwariskan oleh nenek moyang mereka. Bahkan, sampai saat ini tradisinya masih berjalan dan rutin dilaksanakan setiap tahunnya. (Foto: Pixabay)
-
Kenapa warga Lebak memelihara kerbau? Keuntungan hingga ratusan juta rupiah bisa didapat dari memelihara kerbau. Kerbau masih menjadi andalan masyarakat Kabupaten Lebak, Banten yang bergelut di sektor peternakan.
-
Dimana warga Lebak memelihara kerbau? “Kami setiap hari melepaskan ternak kerbau di lahan tanah lapang, karena terdapat pakan rerumputan hijau itu,“ kata dia lagi.
-
Apa ciri khas Jalak Kebo jantan? Jantan biasanya memiliki ukuran kepala yang lebih besar, bulu kepala yang lebih rapat, dan jambul di dekat paruh depan. Mereka juga memiliki variasi suara yang lebih banyak dan warna bulu yang lebih hitam mengkilap dibandingkan betina.
-
Bagaimana warga Lebak beternak kerbau? Warga di Kabupaten Lebak sendiri memiliki cara yang unik dalam beternak kerbau. Mereka hanya melepaskannya saja di tanah lapang yang luas. Konsep ini merupakan cara tradisional untuk membudidaya kerbau, karena hewan tersebut bisa leluasa mencari makan.
-
Apa keuntungan memelihara kerbau di Lebak? Keuntungan hingga ratusan juta rupiah bisa didapat dari memelihara kerbau. Kerbau masih menjadi andalan masyarakat Kabupaten Lebak, Banten yang bergelut di sektor peternakan.
-
Bagaimana tradisi Bekarang Iwak dilakukan? Pelaksanaan upacara Bekarang Iwak ini dilakukan oleh warga secara bersama-sama. Dengan menggunakan alat tradisional dan Lubuk Larangan, tentu ekosistem sungai akan terjaga dengan baik sekaligus menjaga populasi jumlah ikan.
Salah satu tradisi yang masih bertahan sampai sekarang adalah Larung Kepala Kerbau atau disebut juga dengan Tradisi Lomban. Tradisi ini biasa dilakukan oleh masyarakat pesisir terutama yang berprofesi seorang nelayan di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah.
Tradisi ini menjadi bagian dari puncak pesta rakyat para nelayan setelah berpuasa selama sebulan dan biasa dilakukan pada tanggal 7 Syawal atau 1 minggu setelah Hari Raya Idul Fitri.
Pesta Bersenang-senang
Saat Larung Kepala Kerbau atau Tradisi Lomban digelar, baik itu masyarakat biasa atau nelayan turut tumpah ruah dalam kegembiraan dan menghabiskan waktu bersenang-senang di laut.
Selain itu, ada juga lomba menangkap bebek dan angsa yang dilepaskan ke tengah laut. Kemudian ada lomba mengambil barang yang dilempar dari perahu. Untuk meramaikan acara, biasanya masyarakat juga membawa petasan sehingga seperti sedang dalam medan perang.
Salah satu "amunisi" yang harus disiapkan berupa minuman dan berbagai jenis ketupat dan lepet serta kolang kaling. (Foto: merdeka.com)
Layaknya Perang Kapal
Suara riuh petasan bak seperti sebuah peluru menghujani seluruh kapal nelayan dalam tradisi ini. Usai pertempuran mereka akan makan bekal masing-masing.
Kini Tradisi Lomban sudah menjadi bagian dari kearifan lokal masyarakat Jepara. Terlihat dari partisipasi yang cukup besar dari masyarakat dalam menyambut kegiatan ini.
Meski terkesan penuh dengan kesenangan, tradisi ini memiliki nilai-nilai yang bisa ditiru dalam kehidupan sehari-hari. Ada beberapa nilai yang bisa dipetik dari Tradisi Lomban, seperti nilai ketuhanan, nilai silaturahmi, dan kekeluargaan yang kental.
Selain itu, melalui tradisi ini masyarakat secara langsung juga menjaga lingkungan hidup di sekitarnya. Kemudian ada pula nilai berbagi daging kerbau yang diserahkan kepada warga.
Senggolan antar perahu maupun kapal nelayan pun tak terelakkan. Kendati demikian tak ada perahu nelayan yang rusak justru saat perahu bersenggolan akan menambah meriah acara.
Ungkapan Rasa Syukur
Dilansir dari berbagai sumber, upacara Larung Kepala Kerbau ini sebagai bentuk rasa terima kasih nelayan setelah melaut dan menangkap ikan selama setahun penuh.
Selain itu, melakukan tradisi ini juga sebagai bentuk doa kepada Tuhan agar permohonan para nelayan bisa terpenuhi pada tahun-tahun berikutnya.