Peringati Malam Satu Suro, Begini Keseruan Warga Boyolali Adakan Tradisi Sedekah Merapi
Tradisi ini digelar sebagai bentuk doa agar terhindar dari bencana dan selalu diberi hasil alam melimpah.
Tradisi ini digelar sebagai bentuk doa agar terhindar dari bencana dan selalu diberi hasil alam melimpah.
Peringati Malam Satu Suro, Begini Keseruan Warga Boyolali Adakan Tradisi Sedekah Merapi
Ribuan warga lereng Gunung Merapi mengikuti ritual Sedekah Merapi dengan melabuhkan kepala kerbau untuk menyambut malam 1 Suro (kalender Jawa) atau 1 Muharram 1445 Hijriyah di Joglo Merapi 1, Desa Lencoh, Kecamatan Selo, Boyolali, Jateng.
-
Di mana tradisi Malam 1 Suro dirayakan? Seperti yang telah disebut sebelumnya, sejarah malam 1 Suro saat ini tak bisa lepas dari tradisi perayaan yang dilakukan oleh keraton. Yang paling terkenal adalah perayaan malam 1 Suro oleh Keraton Ngayogyakarta dan Keraton Surakarta.
-
Dimana ritual malam 1 suro? Lokasi ini disebut memilki nilai sisi spiritual kuat.
-
Bagaimana ritual malam 1 suro? Cara yang biasa digunakan masyarakat Jawa untuk berintrospeksi dengan lelaku, yaitu mengendalikan hawa nafsu.
-
Bagaimana masyarakat Jawa rayakan Malam 1 Suro? Banyak pandangan dalam masyarakat Jawa yang menganggap malam 1 Suro sebagai malam keramat. Terlebih apabila malam 1 Suro jatuh pada Jumat Legi karena malam ini dikaitkan dengan hal-hal mistis.
-
Bagaimana tradisi malam satu suro dirayakan di Cirebon? Di malam itu, para abdi dalem keraton beserta warga bersama-sama melakukan tradisi mengelilingi keraton sembari mengarak makanan tumpeng beserta lauk pauknya.
-
Bagaimana orang Jawa merayakan malam 1 suro? Malam tahun baru Hijriah bukan hanya sekadar menghitung waktu, tetapi juga mengingat sejarah Islam yang kaya dan memikirkan pencapaian spiritual di masa yang akan datang.
Kegiatan yang diadakan setiap tahun itu bertujuan untuk memohon perlindungan dari segala penyakit dan bencana yang timbul dari dampak Merapi, serta bentuk rasa syukur atas limpahan hasil bumi yang menyejahterakan masyarakat sekitar.
Prosesi upacara tradisional Sedekah Merapi diawali dengan menyediakan satu kepala kerbau yang dibalut kain mori, serta sesajen tumpeng gunung dari nasi jagung yang dibuat menyerupai gunung atau gunungan yang diarak keliling kampung oleh puluhan warga menuju Joglo Merapi 1.
Setelah itu mereka memanjatkan doa bersama-sama agar warga kawasan Merapi diberi perlindungan dari bencana maupun wabah penyakit serta hasil pertanian yang melimpah. Setelah doa bersama selesai, kepala kerbau dan sesaji dibawa oleh sejumlah warga diiringi barisan pembawa penerangan obor menuju puncak Merapi.
Selanjutnya, kepala kerbau tersebut dilabuhkan di Puncak Merapi, tepatnya di lokasi Pasar Bubrah atau empat kilometer dari Joglo Merapi. Namun karena status Gunung Merapi masih siaga maka ritual itu dilaksanakan hanya dua kilometer dari Joglo Merapi.
Kepala Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Boyolali, Budi Prasetyaningsih, mengatakan bahwa upacara Sedekah Merapi perlu dilakukan sebagai bentuk nguri-uri budaya serta menarik wisatawan untuk hadir di daerah itu.
Sementara itu Bupati Boyolali M. Said Hidayat mengatakan bahwa kegiatan itu dilakukan dalam rangka pengajaran nilai-nilai budaya, tradisi, dan kearifan lokal untuk terus dilestarikan. Warga Merapi dengan kearifan lokal diajarkan bagaimana harus selalu dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa, sesama manusia, dan alam.