Melihat Keseruan Tradisi Sedekah Bumi di Demak, Kaya Hasil Tangkapan Laut
Sebelum arak-arakan gunungan, warga terlebih dahulu menggelar pengajian, pentas wayang kulit, hingga ziarah ke makam leluhur.
Sebelum arak-arakan gunungan, warga terlebih dahulu menggelar pengajian, pentas wayang kulit, hingga ziarah ke makam leluhur.
Melihat Keseruan Tradisi Sedekah Bumi di Demak, Kaya Hasil Tangkapan Laut
Kabupaten Demak memiliki tradisi sedekah bumi yang dikenal dengan nama Apitan. Tradisi dinamakan “Apitan” karena dilaksanakan setiap bulan Apit, yaitu sebelum bulan besar dalam penanggalan Jawa atau bulan Dzulhijjah dalam penanggalan Islam.
-
Apa yang dilakukan di Sedekah Laut Tambaklorok? Acara itu berupa larung sesaji ke tengah laut yang kurang lebih berjarak 25 km dari dermaga nelayan. Para nelayan di Kampung Tambaklorok, Kelurahan Tanjung Mas, Kota Semarang, biasanya menggelar acara sedekah laut setahun sekali. Acara itu biasanya berupa larung sesaji ke tengah laut yang kurang lebih berjarak 25 km dari dermaga nelayan.
-
Bagaimana Sedekah Laut Tambaklorok dilakukan? Acara itu digelar secara swadaya di mana para nelayan merogoh kocek sendiri untuk kesuksesan acara tersebut. Hal ini dikarenakan bantuan yang diharapkan dari pemerintah tidak bisa didapatkan. 'Kita sudah mengajukan ke Dinas Pariwisata pada Mei 2023 tidak ada anggaran, dari dinas kota menganggarkan tidak bisa, mau tidak mau tahun 2024 ini harus diadakan. Karena kita nguri-nguri budaya,' kata Suwartono selaku ketua panitia.
-
Kenapa Sedekah Laut Tambaklorok diadakan? Acara tersebut digelar sebagai bentuk rasa syukur para nelayan atas hasil laut yang diperoleh. Selain itu acara tersebut juga sebagai permohonan untuk keberkahan dan keselamatan bagi para nelayan.
-
Kenapa nelayan di Brebes melakukan sedekah laut? Sedekah laut merupakan bentuk rasa syukur masyarakat nelayan kepada Tuhan yang Maha Esa karena telah memberikan rejeki berupa tangkapan ikan.
-
Apa saja yang dilarung saat sedekah laut? Acara tersebut dilanjutkan dengan larung atau membuang sesaji yang berisi kepala kerbau, dua ekor angsa yang masih hidup, serta aneka buah-buahan dan makanan ke tengah laut.
-
Bagaimana cara warga Brebes merayakan sedekah laut? Acara tersebut dimulai dengan arak-arakan yang diiringi aneka kesenian tradisional seperti buroq, kuda lumping, dan tarian tradisional.
Mengutip Demakkab.go.id, Apitan atau sedekah bumi digelar sebagai ikhtiar masyarakat Demak serta ungkapan rasa syukur atas hasil panen yang melimpah di tahun sebelumnya.
Selain itu, pada acara tersebut mereka berharap bisa terhindar dari musibah dan mara bahaya serta diberi hasil panen yang melimpah lagi.
Keseruan tradisi itu terlihat dalam sebuah reportase dari kanal YouTube Liputan6 pada Rabu (22/5). Dalam video liputan, terlihat warga saling berebut hasil bumi yang berada di gunungan itu.
Tanpa menunggu lama, empat gunungan hasil pertanian dan laut yang berada di halaman Desa Surodadi, Kecamatan Sayung, Demak, jadi rebutan warga.
Tak memandang tua ataupun muda, mereka merebut aneka sayur dan hasil tangkapan laut yang menghiasi gunungan. Hasil rebutan gunungan akan dimasak di rumah. Warga percaya bahwa sajian dalam gunungan akan membawa berkah.
“Ini mau saya masak oseng-oseng. Harapannya baik semua. Biar selamat, panjang umur, bagas waras,” kata Sujinah, warga Desa Surodadi.
Ada Hasil Tangkapan Laut
Gunungan di Desa Surodadi terbilang cukup unik. Hal ini dikarenakan di sana ada hasil tangkapan laut seperti kerang, ikan tengiri, kepiting, hingga ikan bandeng.
Selain sebagai bentuk rasa syukur, tradisi ini juga digelar guna mempertahankan warisan budaya leluhur. Hal itulah yang diungkap Kepala Desa Surodadi, Supriyanto.
“Kami mengajak masyarakat untuk merasa memiliki kegiatan tersebut. Biar kegiatan tersebut tidak punah. Kalau kita selaku pemerintah desa hanya mencarikan sponsor atau biaya utuh dari pemerintah desa, maka masyarakat tidak merasa memiliki. Sehingga nanti pada saat kepemimpinan kami berubah ke pemimpin baru, maka program dari kegiatannya akan berubah. Saya takut budaya ini akan hilang,”
kata Supriyanto dikutip dari kanal YouTube Liputan6.
Sebelum arak-arakan gunungan, warga terlebih dahulu menggelar pengajian, pentas wayang kulit, hingga ziarah ke makam leluhur. Puncaknya adalah membawa gunungan berkeliling desa diiringi badut wayang.