Sempat Vakum selama Pandemi COVID-19, Ini Fakta Unik Sedekah Laut Tambaklorok yang Digelar para Nelayan Semarang
Acara itu berupa larung sesaji ke tengah laut yang kurang lebih berjarak 25 km dari dermaga nelayan.
Acara itu berupa larung sesaji ke tengah laut yang kurang lebih berjarak 25 km dari dermaga nelayan.
Sempat Vakum selama Pandemi COVID-19, Ini Fakta Unik Sedekah Laut Tambaklorok yang Digelar para Nelayan Semarang
Para nelayan di Kampung Tambaklorok, Kelurahan Tanjung Mas, Kota Semarang, biasanya menggelar acara sedekah laut setahun sekali. Acara itu biasanya berupa larung sesaji ke tengah laut yang kurang lebih berjarak 25 km dari dermaga nelayan.
-
Kenapa nelayan di Brebes melakukan sedekah laut? Sedekah laut merupakan bentuk rasa syukur masyarakat nelayan kepada Tuhan yang Maha Esa karena telah memberikan rejeki berupa tangkapan ikan.
-
Bagaimana cara warga Brebes merayakan sedekah laut? Acara tersebut dimulai dengan arak-arakan yang diiringi aneka kesenian tradisional seperti buroq, kuda lumping, dan tarian tradisional.
-
Apa saja yang dilarung saat sedekah laut? Acara tersebut dilanjutkan dengan larung atau membuang sesaji yang berisi kepala kerbau, dua ekor angsa yang masih hidup, serta aneka buah-buahan dan makanan ke tengah laut.
-
Bagaimana cara nelayan Tarakan meningkatkan ekonomi? Dia menambahkan, selain perlindungan sosial, mereka juga mendapatkan beragam kegiatan yang menjadi langkah perbaikan ekonomi nelayan. Program- tersebut sesuai dengan Undang Undang No 7 Tahun 2016 tentang Perlindungan dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudi Daya Ikan, dan Petambak Garam.
-
Tradisi apa yang unik di Selatpanjang? Tradisi ini hanya satu-satunya di Indonesia. Bahkan etnis Tionghoa di daerah lain tidak ada pelaksanaan tradisi yang serupa.
-
Kenapa nelayan Kebumen tenggelam? Saat itu korban bersama rekannya, Parwono (42), hendak berangkat dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Pasir menuju ke tengah laut menggunakan “perahu katir“ untuk menangkap ikan. Namun dalam perjalanan perahu tersebut dihantam gelombang hingga terbalik. Sodiran tenggelam di laut dan akhirnya hilang.
Selama masa pandemi COVID-19, acara sedekah laut itu sempat vakum digelar hingga empat tahun lamanya. Namun kini acara itu diadakan kembali secara lebih meriah.
Acara itu diikuti oleh 500 kapal nelayan dan disaksikan oleh masyarakat setempat. Acara itu digelar secara swadaya di mana para nelayan merogoh kocek sendiri untuk kesuksesan acara tersebut. Hal ini dikarenakan bantuan yang diharapkan dari pemerintah tidak bisa didapatkan.
“Kita sudah mengajukan ke Dinas Pariwisata pada Mei 2023 tidak ada anggaran, dari dinas kota menganggarkan tidak bisa, mau tidak mau tahun 2024 ini harus diadakan. Karena kita nguri-nguri budaya,” kata Suwartono selaku ketua panitia.
Acara tersebut digelar sebagai bentuk rasa syukur para nelayan atas hasil laut yang diperoleh. Selain itu acara tersebut juga sebagai permohonan untuk keberkahan dan keselamatan bagi para nelayan.
Wali Kota Semarang, Hevearita Gunaryanti Rahayu turut menghadiri acara tersebut. Bahkan ia bersama jajaran Forkopimda mengikuti prosesi larung sesaji kepala kerbau dan makanan tradisional hingga ke tengah laut.
"Saya merasa sangat bangga dan mengapresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh masyarakat nelayan Tambaklorok yang tetap menjaga kelestarian tradisi Sedekah Laut Larung Sesaji," kata Ita, sapaan akrab Hevearita.
Ita menjelaskan bahwa Sedekah Laut Larung Sesaji bisa menjadi salah satu agenda yang masuk dalam kalender event tahunan Pemerintah Kota Semarang.
Dengan masuk sebagai agenda rutin Pemerintah Kota Semarang, nantinya acara tersebut bisa dianggarkan dalam APBD.
Dikutip dari Semarangkota.go.id, Sedekah Laut Tambaklorok sebenarnya merupakan salah satu agenda tahunan sejak tahun 2014.
Pada mulanya acara ini merupakan hajatan para nelayan. Namun seiring waktu, bagian acaranya ditambah agar lebih meriah.