Mengunjungi Desa Sade di Pulau Lombok, Rumah Bagi Masyarakat Suku Sasak yang Setia Pertahankan Budaya Leluhur
Di desa itu, mereka menjaga tradisi dan kearifan lokal yang telah mereka miliki selama berabad-abad.
Di desa itu, mereka menjaga tradisi dan kearifan lokal yang telah mereka miliki selama berabad-abad.
Mengunjungi Desa Sade di Pulau Lombok, Rumah Bagi Masyarakat Suku Sasak yang Setia Pertahankan Budaya Leluhur
Desa Sade merupakan sebuah kampung adat yang berada di Kabupaten Lombok Tengah. Dilansir dari Liputan6.com, desa ini merupakan rumah bagi masyarakat Suku Sasak. Di desa itu, mereka menjaga tradisi dan kearifan lokal yang telah mereka miliki selama berabad-abad.
-
Bagaimana cara melihat budaya Sasak di Lombok? Untuk melihat kehidupan dan kebudayaan Sasak, suku asli Lombok, pengunjung dapat mengunjungi Desa Sade. Desa ini merupakan salah satu desa adat yang masih mempertahankan budaya dan tradisi Sasak.
-
Dimana Suku Sakai tinggal? Beberapa daerah yang menjadi lokasi tempat tinggal Suku Sakai ini adalah daerah Kandis, Balai Pungut, Kota Kapur, Minas, Duri, sekitar Sungai Siak, dan hulu Sungai Apit.
-
Di mana Suku Sekak tinggal? Suku Sekak atau Orang Sekak merupakan sub Suku Laut yang menetap di Pulau Bangka dan Belitung.
-
Di mana Desa Sambak terletak? Desa Sambak yang terletak di Kecamatan Kajoran, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah ini memiliki konfigurasi berupa pegunungan dengan ketinggian antara 438 – 750 meter di atas permukaan laut (mdpl).
-
Bagaimana budaya masyarakat Sekerat dilestarikan di Kutai Timur? Budaya ini yang akan terus dilestarikan dan dikolaborasikan dengan keindahan pantai dan wisata edukasi lingkungan seperti mangrove.
-
Siapa yang menghuni Desa Adat Sijunjung? Desa Adat Sijunjung dihuni oleh enam suku yaitu Chaniago, Piliang, Melayu, Tobo, Panai, dan Melayu Tak Timbago.
Salah satu warisan leluhur yang masih mereka jaga adalah rumah adat yang terbuat dari anyaman bambu. Rumah itu disebut bale.
Dilansir dari Liputan6.com, rumah itu menjadi simbol keberanian dan keuletan masyarakat Sasak dalam mempertahankan budaya mereka.
Tak hanya sebagai tempat tinggal, rumah-rumah itu juga menjadi tempat pusat kegiatan sosial dan keagamaan bagi masyarakat setempat.
Keunikan Desa Sade tak hanya dari arsitektur rumahnya. Masyarakat setempat punya cita rasa seni yang mereka ekspresikan dalam bentuk kerajinan tenun.
Tenunan tradisional masyarakat Suku Sasak memiliki motif yang indah yang merupakan wujud ekspresi kecintaan terhadap nenek moyang.
Dilansir dari Liputan6.com, setiap pola dan warna motif tenun masyarakat Suku Sasak memiliki makna mendalam. Ia bercerita tentang sejarah, keyakinan, dan kehidupan sehari-hari masyarakat Sasak.
Para kaum wanita di Desa Sade biasanya membutuhkan waktu sekitar 2 minggu hingga 1,5 bulan untuk menyelesaikan satu helai kain tenun.
Dilansir dari Merdeka.com, masyarakat Suku Sasak memiliki pakaian adat yang menawan, yaitu lambung yang dikenakan laki-laki dan pengon yang digunakan perempuan.
Masyarakat Suku Sasak juga punya tradisi unik yaitu tradisi kawin culik. Pada saat akan menikah, seorang pemuda menculik pujaan hatinya untuk menikah dan mengakhiri masa lajang. Tempat pertemuan antara laki-laki dan perempuan itu adalah di depan pohon cinta Desa Sade.
Tradisi unik lainnya di tengah masyarakat Suku Sasak adalah melumuri lantai dengan kotoran kerbau. Bagi masyarakat Sasak, kotoran kerbau dan sapi bukanlah hal yang menjijikan.
Meskipun dilumuri dengan kotoran sapi, tak tercium bau tak sedap di desa itu. Kotoran sapi atau kerbau dicampur dengan tanah liat lalu digosok ke lantai.
Kotoran sapi akan didiamkan hingga mongering. Aroma tak sedap akan mengering dengan sendirinya. Biasanya warga melakukan pelumuran lantai dengan kotoran itu setiap sebulan sekali.