Melihat Rumah Orang Sunda di Kampung Naga Tasikmalaya, Lantai Dapurnya Bisa Kelola Sisa Makanan
Warisan budaya leluhur di Kampung Naga amat menarik untuk dipelajari.
Warisan budaya leluhur di Kampung Naga amat menarik untuk dipelajari.
Melihat Rumah Orang Sunda di Kampung Naga Tasikmalaya, Lantai Dapurnya Bisa Kelola Sisa Makanan
Kampung Naga di wilayah Tasikmalaya, Jawa Barat, masih menjunjung tinggi kearifan lokal nenek moyang zaman dulu.
Walau mempertahankan budaya lampau, teknologi yang diterapkan masyarakat sehari-hari sungguh memukau.
-
Apa yang unik dari rumah di Kampung Sunda Galunggung? Terlihat, rumah-rumah di sana memiliki desain panggung layaknya rumah tradisional Sunda di Jawa Barat.
-
Apa keunikan Masjid di Kampung Naga? Masjid As Salam merupakan tempat ibadah masyakat Kampung Naga, Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Bentuknya masih tradisional dengan bahan kayu serta atap daun kering. Di masjid ini terdapat sebuah beduk yang tak boleh ditabuh sembarangan.
-
Kenapa Kampung di Tasikmalaya ini disebut Kampung Seribu Gua? Dalam tayangan di kanal YouTube FHR 21 Entertainment, dikatakan bahwa wilayah ini merupakan kampung seribu gua.
-
Dimana letak Kampung Gua di Tasikmalaya? Di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, terdapat sebuah desa unik bernama Wangunsari.
-
Di mana kampung unik di Tasikmalaya berada? Di Tasikmalaya, terdapat deretan permukiman warga yang memiliki pesona serupa yakni di Sukamekar, Mandalasari, Kecamatan Puspahiang.
-
Apa yang membuat kampung unik di Tasikmalaya istimewa? Keunikan yang paling mencolok di sini adalah saat hujan, rumah-rumah warga tampak tidak terlihat.
Salah satu yang unik adalah, lantai dapur di rumah tradisionalnya bisa mengelola sisa makanan yang tersisa setelah dihidangkan.
Sampai sekarang, rumah dengan gaya panggung berbahan kayu dan bambu masih menjadi identitas kuat masyarakat adat di Kampung Naga. Simak selengkapnya.
Mengenal rumah tradisional di Kampung Naga.
Mengutip kanal YouTube Dibra Channel, Selasa (12/9), rumah adat tradisional di Kampung Naga sendiri seluruhnya bergaya rumah panggung berbahan kayu dan bilik bambu.
Mereka juga tidak menggunakan listrik dan hanya mengandalkan lampu teplok atau lentera berbahan bakar minyak tanah.
Atapnya sendiri diketahui menggunakan daun kering dari ijuk, alang-alang sampai rumbia yang dikenal kokoh menahan cuaca.
Di bagian kolong rumah panggung, biasanya digunakan untuk memelihara hewan ternak kecil seperti ayam dan bebek.
Perabotannya khas zaman dulu.
Pada bagian perabotannya, warga di Kampung Naga juga masih menggunakan perabotan peninggalan zaman dulu.
Dalam kanal YouTube Dibra Channel, sang kreator didampingi tourguide bernama Yani melihat-lihat perabotan tradisional ala warga setempat seperti setrika arang, teko berbahan seng, piring dari anyaman bambu bernama pengki dan lampu-lampu api seperti teplok, obor dan lentera.
Menurut Yani, warga setempat masih mempertahankan ini sebagai identitas asli dari Kampung Naga.
Bagian-bagian ruang di rumah tradisional Kampung Naga.
Yani juga menyebutkan bahwa terdapat beberapa nama ruangan di dalam sebuah rumah adat khas Kampung Naga.
Biasanya dalam satu rumah terdiri atas ruang tepas, nggon, balandongan sampai pawon. Tepas merupakan bagian depan rumah dengan fungsi utamanya untuk menerima tamu.
Lalu nggon merupakan penamaan kamar tidur, balandongan adalah ruang tengah atau ruang khsusu yang luas dan pawon adalah dapur.
Lantai dapur bisa kelola sisa makanan.
Terdapat fakta unik dari rumah adat Sunda di Kampung Naga, yakni lantainya yang berbahan bambu bisa difungsikan untuk mengelola sisa makanan.
Menurut Yani, warga di Kampung Naga membedakan lantai di dapur dengan ruang-ruang lainnya. Khusus di dapur, lantainya menggunakan susunan bambu bernama Palupuh. Sedangkan ruang lainnya berbahan kayu.
Palupuh disebut memiliki fungsi untuk mengelola sisa makanan setelah dihidangkan dan disantap bersama keluarga. Jadi makanan yang tumpah atau sisa bisa dibuang langsung lewat lantai bambu Palupuh yang bisa dibuka dan langsung jatuh ke kandang ayam.
Makanan akhirnya tidak terbuang dan bisa menjadi makanan ternak ayam, atau terurai langsung di tanah.
Kampung Naga jadi destinasi adat Sunda yang wajib dikunjungi.
Seperti diulas di laman perpustakaanbpnbjabar.kemdikbud.go.id, Kampung Naga merupakan permukiman komunitas adat Sunda yang masih mempertahankan tradisi nenek moyang mereka.
Lokasi Kampung Naga berada di Desa Neglasari, Kecamatan Salawu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Lokasinya juga berbatasan dengan perbukitan Gunung Cikuray di Kabupaten Garut.
Masyarakat di sini masih mempertahankan kearifan lokal Sunda.
Asal usul nama Kampung Naga sendiri berasal dari bahasa Sunda yakni Na Gawir atau Dina Gawir yakni di sekitar bukit.
Kampung Naga menjadi destinasi budaya Sunda mulai dari pertanian, kebudayaan dan lingkungan sosial. Mayoritas warga di sini memeluk agama Islam, dan berpadu harmonis dengan adat istiadat Sunda.
Pengunjung bisa mendapatkan ragam souvenir lokal dengan harga yang terjangkau saat berkunjung ke sini untuk berlibur.