Melihat Uniknya Rumah Warga Baduy, Tidak Ada Kursi sampai Ranjang
Rumah milik warga Baduy ini unik dan beda dari yang lain.
Berdinding bambu, rumah warga Baduy ini juga kokoh saat gempa.
Melihat Uniknya Rumah Warga Baduy, Tidak Ada Kursi sampai Ranjang
Warga Baduy di Kabupaten Lebak, memiliki rumah yang masih menggunakan arsitektur tradisional. Mereka tidak ingin membuat hunian dengan gaya modern agar bisa ngamumule tradisi nenek moyang sebagai identitas kehidupan.
-
Kenapa tempat mandi Baduy unik? Yang unik, baknya dibuat dari kayu utuh serta penyalur airnya berasal dari bambu.
-
Apa ciri khas Rumah Imah Badak Heuay? Rumah Imah Badak Heuay memiliki arti yang begitu unik, yaitu badak sedang menguap.
-
Apa nama tempat mandi warga Baduy? Masyarakat adat Baduy sendiri menyebut tempat mandi ini dengan nama Tampian.
-
Kenapa Museum Rumah Adat Baanjuang unik? Museum Unik Ada hal unik ketika Anda menyambangi tempat ini. Ya, secara menyeluruh bangunan ini selayaknya rumah adat Minangkabau, adanya anjung di bagian kiri dan kanan rumah. Selain itu, Anda bisa menggunakan pakaian pengantin khas Minang yang telah disediakan oleh pengelola museum. Jangan lupa untuk mengabadikan momen menggunakan busana tersebut karena pelayanan seperti ini tidak akan Anda jumpai di museum manapun.
-
Dimana letak tempat mandi warga Baduy? Lokasinya yang berada di pinggir jalan, membuat tempat mandi tradisional ini menjadi andalan warga setempat.
-
Apa yang unik dari Museum Rumah Adat Baanjuang? Ada hal unik ketika Anda menyambangi tempat ini. Ya, secara menyeluruh bangunan ini selayaknya rumah adat Minangkabau, adanya anjung di bagian kiri dan kanan rumah. Selain itu, Anda bisa menggunakan pakaian pengantin khas Minang yang telah disediakan oleh pengelola museum.
Saat berkunjung ke wilayah perkampungan Baduy, seluruh rumah di sana memang dibuat menggunakan kayu dan anyaman bambu, tanpa memakai banyak desain seperti rumah masyarakat modern. Walau demikian, sisi kenyamanan masih sangat terasa, karena berukuran besar dan sirkulasi udara terbuka lebar. Lantas bagaimana kondisi dalam rumah dari warga adat Baduy? Simak ulasan berikut ini.
Gunakan anyaman bambu dan tiang kayu
Dalam kanal YouTube Dibra Channel, masyarakat diajak untuk mengetahui kondisi dalam rumah dari seorang warga Baduy Luar bernama Ambu Juni, di Kampung Cicengal, Desa Sangkanwangi, Kecamatan Leuwidamar. Menurut sang kreator, rumah dari warga Baduy ini unik dan bagus, karena dinding bambunya memiliki dua motif anyaman, yakni bamboo hitam dan putih. Jika dibuat dinding tercipta motif mozaik sedikit melingkar di dindingnya.
“Jadi ini dindingnya pakai anyaman bambu hitam, sangat bagus sekali,” kata Dibra, di kanal YouTube miliknya, dilansir, Sabtu (5/8).
Kokoh saat gempa
Selain itu rumah warga Baduy juga kokoh saat gempa. Banten pada 2018 lalu pernah diguncang gempa 6,1 SR. Namun rumah warga Baduy tetap kokoh dan tak ada yang ambruk. Warga Baduy membangun rumah panggung sesuai dengan ajaran nenek moyang. "Rumah kita kan panggung. Jadi kalau ada gempa, ngikutin aja goyang-goyang, tapi enggak kayak tembok, kalau tembok goyang retak, kalau rumah panggung kita, ngikutin goyang-goyang," Mulyono, salah satu suku Baduy Luar pada 2018 lalu dikutip dari Liputan6.com
Ruang tengah jadi satu dengan ruang tamu
Di kanal youtube tersebut dikatakan jika rumah warga Baduy itu langsung mengarah ke ruang tengah, dari pintu masuk. Disampaikan Ambu Juni, jika di ruang tengah juga merupakan ruang untuk tamu yang datang. Namun warga Baduy biasanya akan terlebih dahulu menerima tamunya di bale-bale (halaman depan rumah) sebelum diizinkan masuk. “Ini ruang tamu,” kata Ambu Juni
Ditata secara rapi
Sisi dalam rumah warga Baduy umumnya ditata secara rapi. Mereka tidak menyimpan banyak perabotan, dan akan menempatkannya di ruangan khusus. Ini turut membuat ruang tengah dari rumah warga Baduy tampak kosong dan leluasa saat dikunjungi. Belum lagi lantainya yang berbahan bambu pipih, semakin membuat rumah tersebut otentik. “Ini dalamnya seperti ini ya, rapi sekali rumahnya, benar-benar rapi, enak, adem, ayem dan tentram,” kata kreator lagi
Dapur terkoneksi dengan ruang tengah
Keunikan lain dari rumah warga Baduy adalah terhubungnya antara ruang tengah, dengan dapur yang berada di bagian belakang bangunan.
Terlihat kondisi dapur yang juga tertata rapi, dan bergaya tradisional. Di sana terdapat seeng atau tempat memasak nasi, lalu kompor tradisional berbahan bakar kayu bernama hawu. “Ini bagian dapurnya, dan terlihat di bagian atasnya dijadijkan tempat untuk menempatkan peraltan dapur,” kata kreator video.
Terdapat ruang khusus menyimpan padi
Warga Baduy sendiri menerapkan prinsip swasembada, artinya mereka memiliki upaya untuk menympan stok padi sebelum diolah menjadi beras dan nasi. Biasanya padi maupun beras disimpan di ruangan tersendiri yang tak jauh dari dapur. Di bagian luar, warga Baduy juga kerap memiliki leuit atau bangunan dari kayu untuk menyimpan hasil panen.
Habiskan biaya Rp80 juta untuk membangun
Menurut sang pemilik, rumahnya memang dibuat menggunakan bahan kayu dan bambu. Untuk tiangnya menggunakan kayu mahoni, dengan karakter yang kuat dan kokoh untuk menopang beban.
Sementara untuk tiang pada bagian atap, pemilik memakai kayu berjenis akor. Total pemilik menghabiskan biaya sebesar Rp80 juta untuk membangun rumah tersebut. “Jadi rumah ini menghabiskan biaya Rp80 juta ya, dari awal sampai akhir, termasuk material dan bayar tenaga,” kata kreator lagi.
Tidak memiliki kursi sampai ranjang
Sementara itu, keunikan rumah masyarakat Baduy juga terus dipertahankan, salah satunya dengan membiarkan ruang tengah kosong. Masih di kanal YouTube yang sama, warga Baduy memiliki pantangan untuk tidak menaruh kursi maupun ranjang di dalam rumah mereka. Untuk tidur pun mereka hanya boleh menggunakan satu bantal, dengan bahan alami kapuk. Warnanya juga harus putih dan tidak boleh di luar itu sebagai aturan adat.
“Jadi memang sudah aturan adatnya (wiwitan) begitu, dari mulai kursi, lemari, ranjang, termasuk bantal juga tidak boleh sebenarnya,” kata warga setempat.
Sampai sekarang, warga Baduy tetap memperlihatkan cirinya dalam membatasi diri dengan modernitas agar menjaga kemurnian warisan leluhur.