Java Volume Art Sukses Bikin Furnitur Nusantara Naik Panggung Dunia, Ini Kisahnya
Sejak awal, Java Volume Art membidik segmen pasar menengah ke atas (middle-up) dengan fokus utama pada ekspor.

Di balik keindahan furnitur kayu yang menghiasi rumah-rumah di Eropa dan Amerika, ada kisah perjalanan panjang dari sebuah UMKM asal Sleman Yogyakarta. Sejak didirikan pada tahun 2012, Java Volume Art kini dikenal sebagai produsen furnitur dan dekorasi kayu berkualitas tinggi.
Berawal dari batu alam, bisnis ini bertransformasi menjadi eksportir furnitur yang mampu menembus pasar global dengan desain yang unik dan material alami. Java Volume Art menggunakan berbagai jenis kayu berkualitas termasuk kayu Jati, dan akar kayu, untuk menciptakan furnitur dengan bahan terbaik, desain unik dan estetika alami.
Dengan visi untuk membawa keindahan kayu Indonesia ke panggung internasional, Java Volume Art tidak hanya menawarkan produk, tetapi juga cerita di balik setiap potongan kayu yang mereka gunakan. Keunikan bahan baku, riset tren global, serta strategi bisnis yang cermat membuat mereka terus berkembang dan menjadi salah satu UMKM unggulan dalam industri furnitur ekspor.
Produk-produk Java Volume Art mencakup berbagai furnitur dan hiasan rumah, kafe dan hotel seperti kursi, meja dan hiasan lainnya yang terbuat dari kayu pilihan terbaik.
Perjalanan Kreasi Furnitur Kayu Java Volume Art

Java Volume Art didirikan pada tahun 2012 oleh Rieke Rinawati Arum Kusumo bersama suaminya, Ruslamaji Dwi Putranto. Awalnya, usaha ini tidak bergerak di bidang furnitur kayu, melainkan memproduksi batu alam untuk dekorasi lantai dan dinding. Waktu itu, mereka mengambil batu dari Jawa Timur dan Kupang, kemudian merakitnya menjadi stone tile.
Namun, permintaan dari pembeli terus berkembang. Pada 2013–2014, mereka mulai serius mengembangkan bisnis furnitur dan dekorasi kayu, mengikuti tren yang ada di pasar.
“Awalnya kami hanya suplai batu, lalu buyer minta bisa tidak menyuplai wastafel. Setelah itu, meja. Dari situlah akhirnya kami mulai fokus ke perkayuan,” cerita Rieke ketika ditemui di Workshop Java Volume Art pada Sabtu (1/3/2025).
Sebagai seseorang yang pernah bekerja di perusahaan ekspor furnitur, Rieke memahami perbedaan antara produk yang dulu ia kerjakan dengan yang kini diciptakan di Java Volume Art. “Saat ini, kami lebih fokus pada natural organic wooden furniture dan wooden decoration yang mengedepankan keunikan material alami,” tambahnya.
Daya Tarik Furnitur Java Volume Art

Java Volume Art menawarkan beragam produk, mulai dari dekorasi rumah hingga furnitur besar. Produk yang paling populer di tahun 2024 adalah wooden home decoration, seperti standing decoration dan wooden sculpture lamp yang banyak diminati karena nilai estetisnya.
Untuk harga, produk Java Volume Art sangat beragam, mulai dari Rp30 ribu hingga Rp12 juta. “Tidak semua produk ekspor itu mahal. Bahkan, saat pameran di BRI UMKM EXPO(RT) 2025 lalu, ada yang bilang barang kami terlalu murah,” ujar Rieke.
Produk dengan harga tertinggi adalah meja munggur sepanjang 4 meter, yang dijual seharga Rp12 juta. Meski demikian, harga yang ditawarkan tetap kompetitif, mengingat pembeli internasional masih harus membayar biaya tambahan seperti ongkos kirim dan pajak impor.
Sejak awal, Java Volume Art membidik segmen pasar menengah ke atas (middle-up) dengan fokus utama pada ekspor. Saat ini, 90–95 persen produknya dikirim ke luar negeri, dengan pelanggan utama berasal dari Jerman, Austria, Belgia, Prancis, Spanyol, Australia, Selandia Baru, Amerika, dan Dubai.
“Desain yang kami buat memang disesuaikan dengan selera pasar Eropa dan Amerika. Selain desain, kami juga sangat menjaga kualitas. Kayu yang kami gunakan selalu melalui proses oven untuk memastikan ketahanannya,” jelas Rieke.
Java Volume Art juga terus melakukan riset tren global untuk memastikan bahwa produknya tetap relevan di pasar.
Ekspansi ke pasar internasional tidak terjadi dalam semalam. Rieke dan suaminya memanfaatkan internet dan website untuk mencari pembeli. Peluang besar datang ketika mereka berhasil menjalin komunikasi dengan seorang pembeli dari Jerman, yang sebelumnya memesan barang di tempat kerja lama Rieke.
“Dia kemudian meminta kami meng-handle barang yang dikirim ke Jerman, dan akhirnya menjadi main buyer kami selama 4–5 tahun,” kenangnya.
Berkat ketekunan berinovasi dan memanfaatkan peluang, misinya untuk memperkenalkan keindahan kayu Indonesia ke panggung internasional mengantarkannya pada kesuksesan. Kini Java Volume Art memetik buah hasil kerja kerasnya dengan memperoleh omzet miliaran rupiah per bulan.
Tantangan Global: Perang, Ekonomi, dan Logistik

Perjalanan ekspor Java Volume Art tidak selalu mulus. Tantangan terbesar datang dari situasi ekonomi global yang terdampak oleh konflik geopolitik.
“Perang Rusia-Ukraina sangat memengaruhi daya beli orang Eropa, terutama karena pasokan gandum dan gas terganggu. Mereka jadi lebih hemat untuk pengeluaran non-esensial seperti furnitur,” ungkap Rieke.
Tak hanya itu, konflik di Timur Tengah juga berdampak besar pada logistik pengiriman. Perang Israel-Houthi di Yaman menyebabkan kapal harus memutar jauh.
“Biasanya, pengiriman ke Eropa hanya 25 hari, sekarang bisa sampai 2,5 bulan. Ini jelas menaikkan biaya dan memperlambat perputaran bisnis,” ceritanya.
Di sisi lain, perubahan cuaca ekstrem juga menjadi tantangan dalam menjaga kualitas produk kayu. Fluktuasi suhu bisa menyebabkan jamur, sehingga membutuhkan treatment yang lebih baik.
Dukungan Pameran dan Peran BRI dalam Ekspansi
Meski lebih fokus ke ekspor, Java Volume Art juga mulai memperhatikan pasar lokal. Pameran menjadi salah satu cara mereka untuk memperkenalkan produk kepada konsumen dalam negeri. Salah satu strategi Java Volume Art untuk memperluas pasar adalah dengan aktif mengikuti pameran, terutama Indonesia International Furniture Expo (IFEX) di Jakarta.
“Tahun ini ada penurunan 18 persen buyer akibat krisis, tapi biasanya IFEX menarik 18 ribu buyer dari berbagai negara,” kata Rieke.
Java Volume Art juga sudah beberapa kali mendapat kesempatan dari Bank BRI untuk mengikuti berbagai pameran. Kesempatan terbesar datang di tahun ini, ketika Java Volume Art langsung ditawari oleh Bank BRI Sleman untuk mengikuti pameran.
“Bagusnya BRI, mereka tidak hanya menawarkan tempat pameran, tetapi juga datang langsung untuk survei dan memastikan produk kami cocok untuk ditampilkan. Itu sangat membantu,” jelas Rieke.
Pertama Kali Ikut Pameran BRI UMKM EXPO(RT) 2025
Terbaru, Java Volume Art diajak untuk mengikuti pameran BRI UMKM EXPO(RT) 2025. Selain membuka peluang ekspor, partisipasi dalam pameran BRI UMKM EXPO(RT) 2025 juga menjadi momen penting bagi Java Volume Art untuk memahami pasar domestik.
“Kami jadi sadar bahwa desain, warna, dan harga yang diminati pasar lokal sangat berbeda dengan pasar ekspor. Kalau tahun depan ikut lagi, kami akan menyesuaikan produk dengan selera lokal,” tambahnya.
Dukungan dari BRI tidak hanya sebatas tempat pameran, tetapi juga fasilitas penuh bagi para peserta.
“Akomodasi, penginapan, hingga makan semuanya ditanggung oleh BRI. Intinya, kami hanya perlu membawa barang dan berjualan. Itu pengalaman yang sangat luar biasa,” kata Rieke antusias.
Selama pameran di BRI UMKM EXPO(RT), hampir 50 persen dari barang yang dibawa terjual habis, dengan total sekitar 3–4 kubik produk. Produk yang paling laris adalah standing decoration dari kayu jati.
Pameran ini sekaligus membuka mata Rieke terhadap perbedaan pasar ekspor dan lokal. “Di pasar lokal, desain dan warna sangat berbeda. Produk yang kami bawa ke bazar ternyata sangat diminati, bahkan ada yang bilang murah sekali,” ujarnya.
Setelah sukses di pameran di BRI UMKM EXPO(RT), Java Volume Art kini mulai memasarkan produk ke interior desainer, toko-toko, hotel project, dan villa project di Bali dan Jakarta.
Dalam 13 tahun perjalanannya, Java Volume Art telah berkembang dari usaha kecil yang menjual batu alam menjadi eksportir furnitur kayu dengan pelanggan di berbagai negara.
Bank BRI Sukses Bantu UMKM Lokal Tembus Pasar Global

BRI UMKM EXPO(RT) 2025 berhasil menarik minat ribuan pengunjung, baik dari dalam maupun luar negeri. Beragam UMKM binaan BRI menampilkan produk-produk kreatif, inovatif, dan autentik, yang sukses memikat perhatian pengunjung dari berbagai kalangan.
Acara yang digelar pada 30 Januari hingga 2 Februari 2025 di ICE BSD City Tangerang ini sukses menarik lebih dari 63 ribu pengunjung. Selama penyelenggaraan, event ini mencatat transaksi senilai Rp38,9 miliar serta merealisasikan business matching dengan komitmen kerja sama mencapai USD 90,6 juta atau sekitar Rp1,5 triliun. Pernyataan tersebut disampaikan oleh Direktur Utama BRI, Sunarso, dalam closing ceremony BRI UMKM EXPO(RT) di ICE BSD Tangerang pada 2 Februari 2025.
Direktur Utama BRI, Sunarso, menyatakan bahwa selain memberikan peluang bisnis bagi UMKM, expo ini juga sukses menarik minat masyarakat untuk lebih mengenal produk unggulan Indonesia. Hal tersebut terlihat dari jumlah pengunjung yang terus bertambah.
Sunarso menegaskan bahwa BRI terus berkomitmen mendukung UMKM Indonesia agar dapat bersaing di pasar internasional dengan membuka akses pasar melalui kegiatan business matching yang telah diselenggarakan. “Tahun ini, kami menargetkan commitment deal senilai USD 89,4 juta dan berhasil merealisasikan sebesar USD 90,6 juta. Kegiatan business matching ini akan terus berlanjut sepanjang tahun 2025,” ujarnya mengutip situs BRI.
Lebih lanjut, Sunarso menambahkan bahwa upaya mendorong UMKM Go Global tidak berhenti di ajang BRI UMKM EXPO(RT) 2025. Sebagai bagian dari strategi jangka panjang, BRI berkolaborasi dengan Kementerian Perdagangan RI untuk mengadakan sesi business matching secara rutin dua kali dalam sebulan guna memperluas peluang perdagangan bagi UMKM di Indonesia.
Dalam rangkaian acara BRI UMKM EXPO(RT) 2025, antusiasme pasar global terhadap produk UMKM Indonesia terlihat dari partisipasi 506 registered buyers dari 34 negara, jauh melampaui target awal sebanyak 94 buyers dari 33 negara. Hingga saat ini, sebanyak 166 UMKM telah berpartisipasi dalam 270 sesi business meeting, membuka lebih banyak peluang untuk menembus pasar ekspor.
Sunarso berharap BRI UMKM EXPO(RT) dapat terus berkembang dan mengalami peningkatan, sehingga semakin membuka peluang bagi pelaku usaha lokal untuk menembus pasar internasional.
Menurutnya, inisiatif ini tidak hanya berfokus pada peningkatan penjualan UMKM, tetapi juga menjadi bagian dari upaya BRI dalam memberdayakan masyarakat secara finansial serta meningkatkan literasi keuangan. Langkah ini sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dalam mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif, berdaya saing, dan berkelanjutan.