Jadi Warisan Budaya Tak Benda, Ini Sejarah Rumah Rungko Peninggalan Suku Kluet Aceh
Rumah Rungko menjadi salah satu warisan budaya tak benda di Tanah Aceh.
Rumah Rungko menjadi salah satu warisan budaya tak benda di Tanah Aceh.
Jadi Warisan Budaya Tak Benda, Ini Sejarah Rumah Rungko Peninggalan Suku Kluet Aceh
Hampir seluruh suku yang ada di Indonesia tentu memiliki identitas masing-masing, bisa melalui kesenian, adat dan tradisi, hingga rumah tempat tinggal masyarakat.
Suku Kluet di Kabupaten Aceh Selatan salah satu suku di Indonesia yang memiliki ciri khas dan identitas di rumah adatnya yang bernama Rumah Rungko.
Setiap ruangan dari rumah ini memiliki fungsi dan kegunaannya masing-masing.
-
Apa keunikan rumah adat suku Osing? Rumat Adat Suku Osing memiliki keistimewaan yang terletak pada konstruksi bangunan yang menggunakan sistem knock down.
-
Bagaimana rumah adat Nuwo Sesat dibangun? Hampir seluruh material yang digunakan untuk membangun rumah ini adalah kayu. Dulunya rumah ini beratapkan anyaman ilalang, namun mulai berkembangnya zaman berganti menggunakan genteng.
-
Apa keunikan rumah tradisional di pelosok Purbalingga? Rumah itu berbentuk limasan dan memiliki bagian interior yang luas. Keunikan rumah-rumah tradisional itu mengundang minat para konten kreator.
-
Bagaimana konstruksi rumah adat Julang Ngapak? Untuk strukturnya, rumah adat Julang Ngapak di Sempurmayung juga mempertahankan ciri khasnya, yakni berbentuk panggung. Dibuat dengan kayu Keunikan lainnya adalah dari sisi konstruksinya yang masih menggunakan kayu dan anyaman bambu.
-
Bagaimana cara masyarakat Aceh membangun Rumoh Aceh? Unsur Filosofis Tak hanya rumah adat Nias saja yang tidak menggunakan paku, namun rumah adat Aceh juga tidak menggunakan paku saat membangun rumahnya, melainkan diikat dengan bahan pengikat dari tali ijok, rotan untuk mengukat atap yang menggunakan daun kelapa.
-
Dimana rumah adat Nuwo Sesat dibangun? Uniknya, rumah-rumah Nuwo Sesat banyak dibangun mengikuti aliran jalur utama perkampungan.
Rumah Rungko konon sudah didirikan oleh seorang pejuang daerah pada abad ke-20.
Ketika Belanda menguasai Nusantara, rumah ini dulunya menjadi tempat tinggal raja dan kerap digunakan untuk tempat musyawarah dan kantor pengadilan setempat.
Asal Usul
Mengutip dari beberapa sumber, Rumah Rungko ini tak jauh berbeda dengan rumah adat Aceh yang dibangun pada tahun 1914.
Rumah ini menjadi salah satu peninggalan budaya Suku Kluet yang ada di Desa Koto, Kecamatan Kluet Tengah, Kabupaten Aceh Selatan.
Dulunya bangunan ini dulunya didirikan oleh seorang Raja Menggamat bernama Imam Hasbiyallah Muhammad Teuku Nyak Kuto yang merupakan keturunan pejuang Kluet Tgk. Imam Sabil yang berperang melawan Belanda saat itu.
Rumah Rungko ini dibangun menggunakan kayu pilihan dan proses penebangannya memakan waktu hingga bertahun-tahun.
Hal ini disebabkan masyarakat Kluet menggunakan parang untuk menebang pohon. Apabila parang tersebut terjatuh, maka tidak boleh dilanjutkan karena tidak diizinkan oleh Tuhan.
Banyak Ruangan dan Luas
Rumah Rungko ini memiliki banyak ruangan dengan beragam fungsi sekaligus bisa menampung beberapa keluarga dan bahkan satu keluarga besar.
Bentuknya terdiri atas serambih huluan, anjung nyulu, rambat, ruang tengah, dapur dan anjung nyahei.
Mengutip dari warisanbudaya.kemdikbud.go.id, uniknya dari Rumah Rungko ini adalah selalu dibangun menghadap ke arah Utara lantaran masyarakat Suku Kluet percaya bahwa agar terhindar dari malapetaka dan terhindar dari segala macam penyakit.
Sementara itu, bagian dapur dan rambat menyambung dengan anjung nyahei di Sebelah Selatan, anjung nyulu di sebelah Utara, serambi haluan di sebelah Barat.
Rumah Tinggi
Secara fisik, Rumah Rungko termasuk rumah yang dibangun dengan pondasi yang cukup tinggi karena untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kluet saat itu.
Melansir dari Jurnal Geosfer Universitas Syiah Kuala, tinggi pondasi yang menyangga Rumah Rungko mencapai 10,16 meter dan berjumlah 32 tiang.
Fungsi utama Rumah Rungko didesain cukup tinggi karena menghindari gangguan hewan buas. Hal ini kembali lagi ke kondisi sekitar rumah yang dikelilingi hutan lebat dan berada di pegunungan. Selain itu, ketinggian rumah ini berguna untuk terhindar dari bencana banjir.
Sudah Langka
Seiring berjalannya waktu, teknologi semakin modern.
Rumah Rungko lambat laun juga semakin tergerus eksistensinya oleh perkembangan zaman dan teknologi. Maka dari itu, sekarang sudah cukup jarang dijumpai Rumah Rungko.
Kesadaran masyarakat akan kelestarian rumah adat ini semakin rendah. Apabila menjumpai rumah ini, pasti kondisinya sudah rusak dan terlihat sangat tua.
Dengan langkanya Rumah Lungko, pemerintah setempat telah menetapkan bangunan tersebut ke dalam Warisan Budaya Tak Benda Indonesia.
Sekarang ini masyarakat Kluet lebih memilih untuk membangun rumah dengan konstruksi semen atau batu selayaknya rumah-rumah modern. Meskipun ada yang menggunakan bahan kayu, tetapi segi bentuk sudah tidak sama seperti Rumah Rungko dan sudah tidak sesuai dengan fungsinya.