Mengenal Miruha, Cara Menyalakan Api Warisan Nenek Moyang Orang Subang
Warga setempat hanya membutuhkan dua bilah bambu untuk menjalankan tradisi Miruha.
Warga setempat hanya membutuhkan dua bilah bambu untuk menjalankan tradisi miruha
Mengenal Miruha, Cara Menyalakan Api Warisan Nenek Moyang Orang Subang
Ternyata, orang Subang sudah memiliki teknologi tradisional untuk menyalakan api sebelum ditemukannya korek. Teknologi bernama Miruha ini bisa membantu aktivitas warga di masa lampau yang membutuhkan api untuk mengolah makanan maupun berburu di hutan.
-
Apa tradisi unik di Sumatera Selatan? Salah satunya adalah tradisi unik yang ada di Sumatra Selatan yakni saling bertukar takjil dengan tetangga di sekitar kampung tempat tinggal.
-
Mengapa tradisi Ruwat Jagat Mapag Hujan penting bagi masyarakat Subang? Pasalnya di musim kering air kerap kali tidak mengalir, dan membuat masyarakat setempat kesulitan.
-
Dimana tradisi ini dilakukan di Sumedang? Kebiasaan ini masih dijalankan oleh masyarakat di beberapa desa seperti Kadu, Lebaksiuh, Cintajaya, dan Cipicung, Kecamatan Jatigede.
-
Apa yang unik dari tradisi pemakaman di Subang? Rombongan penggotong keranda diharuskan meyakinkan juru kunci yang membawa golok agar diizinkan masuk makam.
-
Di mana tradisi mlumah murep dipraktekkan? Pada masyarakat di Desa Crabak, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo, Provinsi Jawa Timur, tradisi ini dikenal dengan mlumah murep.
-
Apa yang diibarkan Bupati Subang? Di sana, Ruhimat mengibarkan bendera khas Republik Indonesia berukuran 10x5 meter di ketinggian 75 meter.
Untuk menyalakan api dengan Miruha dibutuhkan sejumlah alat, salah satunya bambu kering untuk membantu proses memantik api.
Sampai sekarang Miruha masih dilestarikan oleh sebagian warga di Kampung Banceuy, Desa Sanca, Kecamatan Ciater. Berikut informasi selengkapnya tentang Miruha.
Teknologi sederhana untuk menyalakan api
Mengutip kanal YouTube Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah IX, Kamis (23/11), Miruha didefinisikan sebagai teknologi sederhana dari warga Subang di zaman dahulu untuk menyalakan api.
Miruha cukup mudah dipraktikkan, dengan menafaatkan dua batang bambu yang dibelah dan dipotong masing-masing kurang lebih 60 cm.
Kegiatan menyalakan api ini biasa dilakukan di lahan terbuka, terutama wilayah perbukitan.
Menggesekkan kedua belah bambu
Prinsip kerja Miruha cukup sederhana, yakni dengan cara menancapkan satu ruas bambu yang sudah dibelah secara vertikal, lalu digesekkan dengan bambu lain.
Proses penggesekan dilakukan dari bawah ke atas secara berulang-ulang, sesuai arah ruas bambu yang tertancap.
Perlu tenaga yang kuat untuk menggesekkan kedua belah bambu agar memantik percikkan api. Kegiatan ini dilakukan sampai muncul asap dan percikan api.
Gunakan serabut bambu untuk menyalakan api
Proses penggesekan terus dilakukan secara berulang, sampai muncul asap dan bibit api pada salah satu bambu. Agar bisa menyala, bambu yang mengeluarkan percikan api lantas diberi serpihan serabut bambu dari hasil pembuatan Miruha.
Serbuk itulah yang akan membuat percikan api menyala dengan besar, terlebih jika ditiup secara terus menerus.
“Miruha ini pakai bambu, tapi untuk menggeseknya harus memakai tenaga yang kuat,” kata salah satu warga Kampung Banceuy yang masih melestarikan miruha, aki Ndang.
Warisan nenek moyang turun temurun
Menurut aki Ndang, teknologi Miruha ini ia dapatkan dari sang kakek puluhan tahun silam. Saat itu dirinya diajarkan cara menyalakan api tanpa memakai pemantik dan hanya menggunakan dua bilah bambu
“Dulu pertama diajarkan sama kakek waktu usia (saya) sekitar 30-an, tenaganya harus kuat agar nyala,” katanya lagi.
Kini Miruha jadi kearifan lokal khas Kampung Adat Banceuy, dan masih terus dilestarikan oleh segelintir warganya.