Amnesty International Kritik Pembatalan Pameran Lukisan Yos Suprapto: Cara Pengecut Bungkam Kebebasan Berekpresi
Usman menyebut, kritik sosial yang ditujukan seniman lewat karya seni terhadap Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) tak bisa dilarang.
Direktur Eksekutif Amnesty International Indonesia, Usman Hamid mengkritik pembatalan pameran tunggal karya seni milik pelukis Yos Suprapto di Galeri Nasional. Menurutnya, pembatalan itu menunjukkan sikap tidak bertanggung jawab.
"Melarang karya seni Yos Soeprapto karena mengandung kritik terhadap bekas presiden Joko Widodo adalah hal yang keliru dan tidak bertanggung jawab," kata Usman dalam keterangan tertulis, dikutip Minggu (22/12).
Usman menyebut, kritik sosial yang ditujukan seniman lewat karya seni terhadap Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) tak dilarang. Usman menilai cara semacam itu sebagai tindakan pengecut.
"Meredam lukisan kritik sosial itu adalah cara dan alasan pengecut untuk membungkam kebebasan berekspresi," ucap Usman.
Usman menyatakan, tindakan seperti itu menjadi pesan kepada pihak lain bahwa kritik apapun terhadap pemerintah atau pejabat hingga bekas pejabat tidak akan ditoleransi. Hal ini, kata dia, tidak boleh dibiarkan karena bisa berujung pada represi.
"Pola represi seperti ini bisa berujung pada situasi di mana orang-orang dijebloskan ke penjara semata-mata karena secara damai menggunakan hak kebebasan berekspresi mereka. Jika benar begitu, maka muncul pertanyaan apakah ide Indonesia Maju itu Indonesia tanpa ekspresi seni yang kritis?" ujarnya.
Kronologi Pembatalan Pameran Yos Suprapto
Sebelumnya, Galeri Nasional Indonesia (GNI) mengumumkan Pameran Tunggal Yos Suprapto yang bertajuk ‘Kebangkitan: Tanah untuk Kedaulatan Pangan’, yang dijadwalkan untuk dibuka pada Kamis, 19 Desember 2024, ditunda.
Yos Suprapto mengungkapkan pengunjung yang hadir di pembukaan pada 19 Desember 2024 malam dilarang melihat pameran yang telah dipersiapkan sejak setahun terakhir. Pintu pameran dikunci.
Dia juga menjelaskan bahwa kurator yang ditunjuk Galeri Nasional, Suwarno Wisetrotomo, meminta lima di antara 30 lukisan diturunkan. Tapi, Yos menolak.
"Saya tidak mau lagi berurusan dengan Galeri Nasional dan Kementerian Kebudayaan," kata Yos.
Menurutnya, lima lukisan itu berkaitan dengan sosok yang pernah sangat populer di masyarakat Indonesia.
"Saya rasa itu ekspresi kurator yang takut secara berlebihan," kata Eros Djarot, yang membuka acara.
Para pengunjung yang sudah siap untuk menikmati lukisan karya Yos Suprapto akhirnya kecewa. Pihak Galeri Nasional mengunci ruang pameran. Pintu utama dikunci dan lampu digelapkan.
"Ini adalah pembredelan pameran seni rupa pertama di era Prabowo Subianto," ujar Oscar Motulloh, fotografer professional yang juga pengamat seni dalam keterangannya.
Menurut Yos, jika kelima lukisan tersebut diturunkan, maka dia akan membatalkan pameran secara keseluruhan dan membawa pulang seluruh lukisan pulang ke Yogya.