Pameran Industri Proses Terlengkap di ASEAN Segera Digelar, Target 200 Peserta dan 10.000 Pengunjung
PIA 2024 akan memungkinkan para pengambil keputusan utama, pemain global, dan pengguna akhir untuk membangun koneksi yang berkelanjutan.
Constellar bekerja sama dengan DECHEMA Ausstellungs-GmbH (DECHEMA Exhibitions) bakal menggelar pameran perdana bertajuk Process Innovation Asia Pacific - Powered by ACHEMA (PIA) yang akan diselenggarakan pada tanggal 19-21 November 2024 di Singapore EXPO.
Sebagai pameran Teknologi Proses terlengkap di Asia Tenggara, PIA 2024 akan memenuhi kebutuhan pasar yang belum terpenuhi akan pameran khusus yang mendorong transformasi dan menginkubasi inovasi di industri teknologi proses di kawasan Asia Pasifik dengan potensi pertumbuhan yang kuat. Industri ini meliputi farmasi, kimia (petro), bioteknologi, dan pengolahan makanan.
PIA 2024 akan memungkinkan para pengambil keputusan utama, pemain global, dan pengguna akhir untuk membangun koneksi yang berkelanjutan, mempelajari teknologi proses terbaru, menginspirasi inovasi, dan berkolaborasi untuk pertumbuhan bisnis jangka panjang.
"Karena industri makanan dan minuman menghadapi tantangan yang semakin meningkat dalam hal keberlanjutan, efisiensi, dan beradaptasi dengan teknologi yang berkembang pesat, sangat penting bagi kita untuk tetap menjadi yang terdepan dalam hal inovasi,” ujar Wakil Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI), Lena Prawira.
"Pameran Process Innovation Asia Pacific berfungsi sebagai platform penting untuk bertukar pengetahuan dan membina kolaborasi di seluruh wilayah. Saya merasa terhormat dapat berkontribusi sebagai bagian dari Komite Penasihat Internasional dan menantikan diskusi-diskusi mendalam yang akan memajukan industri kita," lanjut dia.
Mengenai pameran PIA 2024, Kepala Badan Standardisasi Nasional dan Kebijakan Jasa Industri (BSKJI) Kementerian Perindustrian Andi Rizaldi, akan berbagi inisiatif dan prioritas utama untuk mentransformasi industri proses di Indonesia.
"Ketika industri di Asia Pasifik berusaha untuk meningkatkan efisiensi, produktivitas, dan keberlanjutan, pentingnya standarisasi dan proses inovatif tidak dapat dilebih-lebihkan. Process Innovation Summit adalah platform penting yang mempertemukan para pemimpin industri, inovator, dan pembuat kebijakan untuk bertukar ide dan solusi yang mendorong transformasi industri. BSKJI bangga dapat berpartisipasi sebagai pembicara dalam pertemuan ini, karena sejalan dengan misi kami untuk meningkatkan standar industri dan mendorong lanskap manufaktur yang kompetitif, tangguh, dan berkelanjutan di seluruh wilayah," tutur Andi Rizaldi.
Target 200 Peserta dan 10.000 Pengunjung
PIA 2024 berharap dapat menyambut lebih dari 200 peserta pameran dan 10.000 pengunjung dari 20 negara dan wilayah, termasuk Belgia, Cina, Jerman, Italia, Jepang, Malaysia, Singapura, Swiss, dan Inggris, yang akan memamerkan teknologi dan aplikasi proses terbaru untuk mengoptimalkan kinerja, meningkatkan keberlanjutan, dan mendorong nilai tambah yang lebih tinggi untuk berbagai industri.
PIA 2024 bermitra dengan para pemimpin utama dalam industri proses untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat akan aplikasi dunia nyata yang praktis dari teknologi proses canggih. Kolaborasi ini akan ditampilkan sebagai pusat inovasi di PIA 2024, di mana para peserta dapat merasakan pengalaman langsung dalam penerapan inovasi mutakhir.
Sebelumnya, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita, mengatakan sektor manufaktur nasional tetap tangguh meskipun terus diterpa masalah.
"Meskipun dalam lima tahun terakhir ini, sektor manufaktur nasional banyak diterpa, banyak menghadapi challenges dan tantangan yang luar biasa, kadang-kadang berat, tapi sangat berat. Mulai dari pandemi, kemudian juga sebagai masalah krisis, masalah geopolitik, dan lain sebagainya," kata Agus Gumiwang Kartasasmita dalam Annual Indonesia Green Industry Summit (AIGIS) ke-1 Tahun 2024” di Jakarta, Kamis (19/9).
Kendati begitu, berkat kerja sama antara pemerintah, para pelaku usaha, asosiasi, dan lain sebagainya, kata Agus, Indonesia berhasil membuktikan bahwa sektor manufaktur nasional sangat tangguh, sangat resilian.
Hal itu dibuktikan dengan data World Bank menunjukan pada 2023, Indonesia berhasil masuk di posisi ke-12 Top Manufacturing Countries by Value Added di dunia, dengan nilai Manufacturing Value Added (MVA) sebesar USD255 miliar.