Mengenal Rumoh Aceh, Tempat Tinggal Orang Aceh Tempo Dulu yang Mulai Terpinggirkan
Rumoh Aceh, tempat tinggal mayarakat Aceh yang penuh filosofis dan makna yang mendalam.
Rumah merupakan tempat yang paling bernilai tinggi dan menjadi lambang otoritas laki-laki.
Mengenal Rumoh Aceh, Tempat Tinggal Orang Aceh Tempo Dulu yang Mulai Terpinggirkan
Asal Mula Rumoh Aceh
Mengutip kebudayaan.kemdikbud.go.id, rumah adat Aceh merupakan rumah panggung yang tingginya lebih kurang 2,5 sampai 3 meter di atas permukaan tanah. Rumah ini terdiri dari tiga sampai lima ruang dengan satu ruang utama yang disebut Rambat.
-
Dimana Pengungsi Rohingya di Aceh singgah? Pantai di Pidie, Bireuen, Aceh Timur, dan Sabang yang menjadi tempat mereka bersandar.
-
Siapa yang bermigrasi ke Aceh? Keturunan Perantau Minangkabau, Ini Asal-usul Suku Aneuk Jamee di Pesisir Aceh
-
Di mana rumah tradisional di pelosok Purbalingga? Di pelosok desa Purbalingga, tepatnya di Desa Pelumutan, Kecamatan Kemangkon, terdapat sebuah perkampungan yang memiliki banyak rumah tradisional.
-
Bagaimana bentuk rumah tradisional di pelosok Purbalingga? Rumah itu berbentuk limasan dan memiliki bagian interior yang luas. Keunikan rumah-rumah tradisional itu mengundang minat para konten kreator.
-
Dimana Rumah Bersejarah itu berada? Rumah sederhana itu berada di lereng Gunung Prau sebelah timur, tepatnya di Desa Purwosari, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal.
-
Mengapa Sugiono singgah di Aceh? Pesawat yang akan membawanya terbang ke Rusia transit Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda (SIM) Blang Bintang, Aceh Besar.
Keunikan Rumoh Aceh
Ada satu hal yang unik dari tempat tinggal orang Aceh ini, yaitu pintu masuk utama Rumoh Aceh terbilang pendek, tingginya hanya sekitar 120-150 Cm saja. Maka dari itu, setiap tamu yang datang harus menunduk.
Unsur Filosofis
Tak hanya rumah adat Nias saja yang tidak menggunakan paku, namun rumah adat Aceh juga tidak menggunakan paku saat membangun rumahnya, melainkan diikat dengan bahan pengikat dari tali ijok, rotan untuk mengukat atap yang menggunakan daun kelapa.
Selain itu, ada juga pengaruh keyakinan yang dianut masyarakat Aceh, yaitu jumlah anak tangga yang berjumlah ganjil, tiang penyangga yang berjumlah genap, serta jumlah ruangan yang ganjil.
Antisipasi Kebakaran
Selain unik dan filosofis, Rumoh Aceh memang berbahan dasar kayu atau ijuk yang mudah sekali terbakar. Untuk mengantisipasi hal tersebut, masyarakat Aceh menggunakan pengikat tali yang tidak tersambung satu sama lain.